26 : Family Time

4.8K 310 35
                                    

"Lo itu abis sembuh, Sas. Malah pesen seblak! Sini, tuker sama punya gue."

Sasta mencuatkan bibir. "Tapi aku lagi pengen seblak."

"Tuker atau gue aduin sama Kakak lo?" Suara penuh penekanan Selsia membuat Sasta mau tak mau menurut. Jika saja seandainya Selsia benar-benar mengadu pada Linter ataupun Gerta, maka akan rumit setelahnya.

"Padahal tadi pagi aku sarapannya juga nasi goreng," keluh Sasta dengan bibir berkerut. Matanya menatap tidak minat sepiring nasi goreng yang dipesan Selsia tadi.

"Jangan banyak protes."

"Kamu kok galak sih?"

"Ini tuh demi lo, Sasta."

Sasta akhirnya mengangguk ogah-ogahan. "Iya iya. Makasih deh. Kamu yang terbaik."

"Gitu dong, nurut." Selsia tersenyum puas lalu mulai menyantap makanannya, begitu pula Sasta.

Sedang asyik-asyiknya mereka makan, netra Sasta teralihkan pada dua orang pemuda yang baru saja masuk ke area kantin.

Mereka Arjen dan Gerta. Kedua pemuda itu tampak mengayunkan langkah menuju meja yang sudah terisi oleh Rean dan Cave.

"Gitu amat liatinnya. Kepincut lagi lo sama Arjen?" celetuk Selsia mengikuti arah pandang Sasta.

"Kita berdua, kan, pacaran."

Selsia memicingkan mata. "Oh, pantes dulu mesra banget. Tapi gue gak nyangka, kalian masih langgeng sampai sekarang."

Sasta kontan mengalihkan pandangan pada Selsia. "Dulu aku sama dia mesra banget?"

"Hm. Mau gue spill?"

"Boleh deh."

Sambil tersenyum tipis, Selsia menghentikan aktivitas makannya lalu menatap Sasta dengan serius. "Kalian dekat udah dari SD. Gue gak tau sih gimana kalian bisa saling kenal. Gue bahkan masih ingat betul bagaimana dulu Arjen mencoba rebut lo dari gue. Dia maunya lo cuma untuk dia doang."

Jeda sejenak.

"Selain itu, lo dulu paling gak mau belajar kalau bukan Arjen yang ngajarin. Kadang juga kalau ulangan, Arjen rela-relain kerjain punya lo dulu, punya dia belakangan. Dia juga jadi suka basket karena lo sering cerita kalau lo pengen banget bisa mainin itu. Arjen dulu emang bucin banget sama lo gila. Padahal masih bocah SMP."

Senyum tipis Selsia lenyap selang beberapa detik kemudian.

"Tapi gue gak tau alasan kenapa lo sama dia tiba-tiba renggang karena di saat yang sama, gue juga menjauh dari lo. Tau-tau habis dari itu, lo pindah ke Amerika."

Sasta terdiam sejemang. Tak lama setelahnya, gadis itu mengukir senyuman kecil. "Berarti di balik sikap Arjen itu pasti ada alasannya, 'kan?"

"Iyalah. Gila aja dari yang bucin tolol sampai jadi kek orang gak pedulian. Gue yakin waktu itu ada masalah yang terjadi sama kalian berdua. Tapi, lo malah hilang ingatan. Padahal gue penasaran banget." Selsia mendelik ketika Sasta malah cengengesan bego.

"Ya, maaf. Tunggu aja ingatan aku sampai balik lagi," ucap Sasta santai.

"Gue benturin kepala lo sekarang sini."

"Gak gitu juga kali. Serem banget." Sasta mengelak tatkala Selsia ingin meraih kepalanya.

Tak lama kemudian, netra Sasta tanpa sengaja menangkap Arjen yang juga sedang melihat ke arahnya. Lalu dengan muka tembok, Sasta melambaikan kedua tangan seraya cengar-cengir gila.

"Hai, Arjen!"

Plak.

Refleks Selsia menabok punggung tangan Sasta. "Biasanya aja kali manggilnya. Nafsu banget lo."

I'm (Not) SastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang