27 : Pengakuan Arjen

4.8K 299 47
                                    

"Ini gak adil."

Gerta menatap penuh hujat kakak pertama dan ayah kandungnya. Dengan perasaan kesal, pemuda itu beranjak dan berdiri di hadapan mereka---menghalangi televisi yang masih menayangkan film horror yang direkomendasi Sasta.

"Kamu menghalang," berang Linter dengan tatapan mematikan. Namun, mungkin karena berasal dari pabrik yang sama, Gerta tidak merasa tertekan sama sekali.

"Kakak, ada apa?" tanya Sasta penuh perhatian. Seketika, raut wajah Gerta melunak. Tidak sekeras tadi.

"Kamu duduk di sebelah Kakak aja, ya?"

Refleks Sasta melirik kedua manusia yang berada di sebelah kanan dan kirinya.

"Berhenti protes, Gerta. Kamu kekanakan sekali," tandas Cesar datar.

Gerta mendecih sinis. "Kalian hanya memonopoli Sasta untuk diri kalian sendiri. Siapa yang kekanakan di sini?" tanyanya sembari terkekeh rendah.

"Seandainya aku amoeba," batin Sasta tertekan.

"Kayaknya kita ganti yang lain aja deh," usul Sasta pada akhirnya. Gadis tersebut menyerah menghadapi tingkah laku keluarganya.

"Kamu mau apa?" tanya mereka bertiga serempak.

"Truth or dare aja gimana?"

"Apa itu?" Linter bertanya heran. "Apa itu nama siasat untuk membunuh orang?"

"A-apa?"

"Bisa enggak Kakak berhenti bicara omong kosong?" tukas Gerta kesal. "Dasar katrok!"

Sasta tersenyum geli. Dengan sabar gadis itu menjelaskan apa itu truth or dare dan bagaimana cara memainkannya. Setelah semuanya mengerti, Sasta mengambil botol yang isinya tinggal setengah dan menyuruh mereka untuk duduk di atas lantai.

"Aku putar, ya." Sasta memutar botol tersebut and gotcha! Botol itu berhenti di depan Gerta.

"Tidak ada yang saya inginkan dari kamu. Lebih baik putar lagi botolnya," kata Linter tidak tertarik.

"Kakak, bukan gitu cara mainnya. Kan, udah aku jelasin tadi," gerutu Sasta sambil mencebikkan bibir. "Oke, Kak Gerta, Kakak pilih truth or dare?"

"Truth," jawabnya.

Sasta tersenyum lebar. "Oke, aku mau tanya!" Jeda sejenak. "Dari satu sampai seratus, kira-kira Kak Gerta sayang Kak Linter berapa?"

Sontak Gerta mengernyit jijik. "Minus tak hingga."

"Kamu sepertinya sudah bosan hidup?" tanya Linter dengan senyum psikopat. Sasta merinding melihatnya.

"K-Kak Gerta, giliran Kakak yang putar."

Gerta tanpa banyak bicara menuruti perintah Sasta. Ketika ia selesai memutar botol, ujung botol itu berhenti tepat di depan Cesar.

"Yey, Papa kena!" seru Sasta semangat.

"Truth," ujar Cesar tanpa ragu. Membuat Sasta langsung memasang wajah jenaka.

"Kira-kira kita nanya apa, ya, Kak?" pancing Sasta kepada kedua kakaknya.

"Entahlah, Kakak tidak tertarik," sahut Linter seperti tadi. Ia tidak tertarik perihal Gerta dan sang ayah.

"Kak Gerta?" tawar Sasta, Gerta menggeleng pelan.

"Kakak juga tidak tertarik."

Raut wajah Cesar semakin lempeng mendengarnya. Anak-anak ini sangat menyebalkan.

"Oke, biar aku yang tanya," sahut Sasta semangat. Berusaha membuat suasana tetap menyenangkan meskipun dirinya diapit tiga manusia menyeramkan.

"Apa hal yang Papa suka di dunia ini?"

I'm (Not) SastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang