Teleportasi Ochobot. Bukan. Ini sama sekali tidak menyerupai momentum berteknologi tinggi itu. Rasanya lembut, ringan dan juga senyap. Namun tetap membuatmu lemas pada ujungnya.
Boboiboy sudah jatuh. Untuk kesekian kalinya.
Lorong sempit menjorok ke dalam menjadi pemandangan yang pertama tersaji. Ada beberapa lampu bersemprong menyuguhkan penerangan dengan jarak teratur satu sama lain. Cahaya temaram jingga membuat pemukaan dinding basah bergemilap mencari perhatian. Namun bagaimanapun ini lebih baik dari gelap.
Alis pemuda manis itu bertautan gelisah, giginya bergetar takut. Ia berbisik pada diri sendiri dengan suara lemah "Aku-" lututnya jatuh ke tanah seolah energinya dirampas kasar, rasa dingin perlahan terfokus pada permukaan lututnya karena tempat ini seperti gua berair, pada lantainya terdapat genangan tipis. Namun, hal itu tidak kunjung membuatnya peduli. Boboiboy menunduk, tak kuasa memandang ke depan. "lelah." rintihnya.
Bibir keringnya bergetar, ia tidak sempat untuk membuatnya tetap lembap. Energinya terasa sudah tersedot habis beberapa waktu lalu, antara kantuk dan juga letih tak kunjung pergi dan justru semakin menjadi. Tulang-tulangnya terasa lunglai pula, ditambah ngilu entah kenapa.
Ia menimang dalam hati; Apakah tumbang akan menjadi hal terbaik? Dalam batin ia bersumpah, akan mengutuk alam bawah sadarnya sendiri.
Boboiboy mencoba berdiri, telapak tangannya mencengkeram kaki yang bergiliran bangkit. Matanya memejam diiringi napas terembus seiring tangannya beralih menahan topi agar tidak jatuh.
Tubuhnya memutar lemah, mencoba mengamati apa yang di belakang. Jika awalnya ia berpikir berada di mulut gua buatan. Jawabannya salah. Ini tepat di tengah-tengah.
Namun, tidak peduli akan kata payah, dia memilih untuk kembali tumbang. Pandangannya berputar otomatis saat tubuhnya ambruk. Bersama pening yang mengikuti di belakang. Dirinya terisak pilu, tubuhnya semakin meringkuk mencari kehangatan di atas tanah basah. Namun percuma saja, hanya ada dingin menusuk kulit. Membuat buku kuduk berdiri.
Seolah alamiah, ini membuat perasaannya bergejolak. Rindu, sedih, putus asa, kecewa, semuanya terasa bersatu, bahkan beradu. Merasuk. Melubangi hati dengan pisau berlumur racun. Bukannya bermaksud hiperbolis. Perasaannya terasa berantakan seperti benang kusut, ia sendiri juga sukar untuk memahami.
Di antara isakan yang ia dengar dan buat seorang diri, suara derap kaki perlahan memasuki telinganya. Satu langkah kaki, gema kuat terdengar, begitupun seterusnya. Ritmenya terdengar tenang dan juga mantap. Sebelum itu terhenti dan terganti oleh suara wanita "Bangunlah, jangan sok lemah begitu." Bukan suara feminin, itu terkesan seperti danau yang tenang. Dewasa dan juga bercitra ramah.
Remaja tersebut perlahan bangkit kendati bersusah payah. Kepalanya mendongak ragu, mengikuti asal suara tadi.
Seseorang di depannya. Boboiboy belum bisa mengidentifikasi apa warna rambut dan segala cirinya. Namun, setiap gelombang rambutnya berkilauan saat bertemu dengan cahaya lampu minyak. Pakaian usangnya besar dan juga tebal, menjuntai ke bawah hingga menutupi mata kaki. Yang terlihat hanya bagian kepala ke atas dan juga jemari lentik.
Seorang perempuan.
"Si-siapa kau." Kini mata mereka bersirobok. Boboiboy menatap penuh tanya, tetapi si wanita hanya memberikan senyum manis. Di antara pemandangan yang sesekali buram, Boboiboy mengamati wanita itu lekat. Matanya tajam, tidak telalu bulat, tetapi juga tidak memenuhi kriteria oriental. Hidungnya mancung walaupun mungil. Wajahnya ceria sekaligus teduh bagai wanita matang yang sudah menjalani banyak ujian hidup.
Perempuan itu membasahi bibirnya, kemudian tersenyum lebih lebar. Saat itulah persepsi menakutkan turun ke pikiran Boboiboy. Gaunnya yang lebih kentara seperti jubah lusuh bergoyang seiring kakinya melangkah, menghasilkan gema kembali. Berbarengan, Boboiboy semakin memundurkan tubuhnya, tenggelam diantara lorong yang tidak dijamah cahaya lampu minyak. Netranya senantiasa menatap wanita itu dengan sorot waspada.
Si perempuan melambaikan tangan kanannya satu kali. Dan pada kala itu pula Boboiboy merasa dirinya sudah terantuk dinding sesaat setelah terasa vibrasi ringan. Ia tak tahu pasti, tetapi sepertinya itu dinding tembus pandang.
Kekuatan apa ini?
Napasnya terengah-engah. Ia semakin merapat ke belakang secara spontan saat wanita itu semakin mendekat seiring pupilnya yang semakin menciut.
Dia agak membungkuk, menyesuaikan tinggi badan Boboiboy yang lebih pendek.
"Kita, harus jalan terus." titah si wanita agak berbisik.
Tubuh mungilnya direngkuh cepat. Hanya dalam sepersekian detik, Boboiboy sudah hanyut dalam pelukan. Matanya terbelalak terkejut, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak. Tubuhnya kaku, seolah ada magis yang telah memengaruhi.
Hangat. Ini terasa familiar. Aroma kulit kayu manis menyeruak perlahan dari tubuh wanita tersebut. Saat tercium, timbul rasa tenteram dan juga tenang. Tetapi namanya tidak akan berubah.
Tetap pelukan orang asing.
Boboiboy tidak bisa berkutik, ia juga enggan untuk merengkuh balas.
Boboiboy merasa pelukan itu melonggar setelah beberapa lama. Wanita itu mulai menyudahi rengkuhannya, menatap Boboiboy dengan penuh arti seraya berujar "Kau sudah besar," Tangannya mengelus punggung kepala Boboiboy. Lalu ia bertanya kembali, lebih kepada dirinya sendiri "Kapan ya terakhir kali kita bertemu?"
Bertemu?
Tangannya digamit perlahan hingga pemuda manis itu terpaksa mengikut.
Untuk sementara ini, hanya ada keheningan di antara mereka. Jika para orang tua menekankan supaya tidak meladeni ajakan orang asing, kali ini—mungkin—akan ia sisihkan sebentar. Sejujurnya, sekarang dia juga tidak terlalu peduli.
Lorong gelap telah berakhir. Tergantikan dengan bentang taman bersama mentari bersinar cerah di cakrawala.
Ternyata ini siang.
Boboiboy mengedarkan pandangan. Ini ia juluki sebagai bentang alam tersembunyi. Indah. Rumput lembut hampir menutupi tanah. Di atasnya, ada beragam tumbuhan. Seperti, semak belukar hijau, ilalang yang menari-nari tertiup angin, dan juga berbagai bunga yang tumbuh subur dengan warna mencolok. Ada sebuah kolam di sisi tebing, tidak begitu jauh dari lokasi Boboiboy. Airnya bening, berkilauan sebab diterpa sang mentari. Sesekali ada percikan air kecil. Ternyata-ikan yang menjadi biang keladi. Mereka justru—seakan—ingin tahu siapa yang datang ke tempat mereka daripada memilih bersembunyi.
Wanita itu memutar tubuhnya hingga berhadap-hadapan dengan Boboiboy. Wajahnya yang semula netral kembali memancarkan senyuman sebab melihat riak kagum si remaja bertopi oranye. Senyumannya beralih miring. Jarinya terangkat ke udara, bergerak-gerak seiring perintah dari empunya.
Apa ini? Boboiboy kaget, kepalanya menengok tanpa aba-aba. Tubuhnya menjadi tegang. Seolah bergejolak ketika kepalanya menengok cepat ke kiri, kanan, atas, bawah, lalu berlabuh pada perempuan itu lagi.
"Aakh!" Boboiboy mengerang sembari menahan matanya yang terasa seperti akan jatuh. Nyeri, rasanya seperti ditusuk.
"Kau masih kurang berlatih" ungkap si wanita. Selanjutnya ia menebak-nebak, atau ... benar-benar tahu "Aku tahu ... kau sudah menggunakannya."
Boboiboy menaikkan sebelah alis, juga menggaruk pipi. Entah bagaimana cara mendeskripsikan keterbingungan yang ada di pikirannya. "Apa mak-"
"Otot matamu perlu lebih banyak latihan, agar bisa menggunakan itu. Kalau tidak, akan sakit." selanya. Dia melambai dengan gestur ceria sebelum menutup "Berjuanglah! Selamat ting-" kalimatnya terhenti, lantas diganti dengan menggaruk dagu "Tidak. Maksudku, sampai jumpa!"
Debu-debu putih mulai beterbangan di kaki si wanita, hingga membuatnya tak terlihat. Semakin naik ke atas, seperti menghanguskan tubuhnya. Hanya wajah senyum dan juga sorot mata ramah yang terakhir kali Boboiboy lihat, sebelum debu-debu putih itu berhamburan dan akhirnya luruh mengotori rumput.
"A-" Boboiboy sudah hampir berucap. Ia menyesal tidak memberondong tanya barusan. Ini membuatnya bingung.
Namun, wajar. Bukannya? ... Ini hanya mimpi.
***
A/N: 🗿Aaamacam? Apa benda ee yang aku tulis tadi, hmm ....
Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca tau! Jangan lupa timang-timang vote, kritik, saran atau sekadar komentar. Jumpa lagi! ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
FanfictionIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...