12. Latihan Pertama

175 21 3
                                    

Boboiboy menjawab dengan cengengesan "Ya, aku masih utuh." Dia lantas terkikik "Memangnya kenapa kau takut, dan ... siapa dia tadi?"

"Dia Erya, taruna muda pertama yang diangkat langsung oleh Sang Eques. Itulah sebabnya dia menjadi ... angkuh, dan merasa bangga diri." beber Bima.

"Sang-, Sang Eques?"

***

Setelah tahu Boboiboy belum paham banyak, Bima menerawang langit-langit, seolah ada sesuatu yang menarik di atas sana. Sehingga, Boboiboy mengikuti apa yang Bima lakukan dengan raut tak mengerti. Spekulasinya menunjukkan jika Bima hanya menyaksikan refleksi dari imajinasinya sendiri. Pada akhirnya, Bima menarik napas sebelum menjelaskan "Sang Eques, sebenarnya aku tidak tahu banyak sih .... Tapi, yang aku tahu dia adalah kesatria pertama yang menguak adanya pengkhianat di dalam kerajaan. Kabarnya ..., ah tidak! Aku pernah sekali melihatnya dari kejauhan, dia selalu memakai topeng. Walau begitu, dia terlihat ramah ketika menoleh ke arahku beberapa tahun yang lalu." Bima menggigit bibirnya, sorot matanya berubah sendu "Sayangnya, sekarang keberadaannya sudah tidak diketahui ...."

Boboiboy lantas menimpali dengan wajah sedih.

"Tapi tenang," Bima mengepalkan tengannya ke udara, ucapannya beralih lantang dan penuh semangat "kita dilatih di sini untuk menemukan kembali beliau, menyelamatkan Dalandra!"

Kendatipun Boboiboy tersenyum ketika mendengar semangat Bima, tetapi rasa bingung belum juga sirna, justru semakin membumbung seiring dengan informasi yang ia peroleh. Jika bumi yang sudah ia tinggali bertahun-tahun lamanya masih banyak menyisakan misteri, pun hanya sebagian yang baru kakinya jamah. Lantas, bagaimana dengan planet ini? Ia juga belum genap dua hari ada di sini. Hanya mempelajari lewat cerita-cerita singkat Makcik Sae? Tentu saja mustahil untuk langsung memahami segalanya.

Dirinya belum melihat adanya jam dinding atau setidaknya alat sejenis itu di Dalandra pula. Mungkinkah planet ini memang tidak menomorsatukan waktu? Bahkan, pada pagi hari seperti ini sudah tiba jam istirahat? Aaagh! Boboiboy rasanya ingin mengerang meluapkan rasa frustasi yang membuat otaknya semakin berat. Namun, yang ia lakukan hanya menyimpan segalanya dalam diam—untuk saat ini.

Ia tidak tahu, sekarang rasa fokusnya terbelah. Mungkin, Bima yang masih duduk di sebelahnya menangkap adanya kejanggalan: tentang raga Boboiboy yang ditinggal sebentar oleh pemikiran. Saat ia menatap lekat manik mata Bima; dirinya teringat akan sesuatu. Seperti apapun itu, yang jelas rasanya seperti deja vu.

Ah iya, ia mengingat dirinya sendiri.

Monster yang ada di dalam kepala sudah sejak dulu memberikan rasa mulas di otaknya. Saat ini dan juga terkadang, Boboiboy bisa tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Beragam memori, firasat, prediksi maupun imajinasi; itu semua menghasilakn rasa lelah jiwa yang seakan tak berujung. Bahagia dan juga ceria, itulah hal yang selalu ia tunjukkan pada dunia dalam kehidupan sehari-hari. Hanya sekadar tipuan kecil—mungkin.

"Boboiboy."

Satu panggilan singkat telah dilontarkan oleh Bima, tetapi sang pemilik nama belum juga mengingat jika keberadaannya ada.

Andai saja ada Tok Abah yang dapat memberinya ketenangan dan ajaran tentang memaknai arti hidup. Jika saja ada Gopal yang dengan senang hati menepuk keras bahunya, membuatnya kembali dalam kehidupan nyata dan ikut tertawa. Andai saja ada Fang dengan rasa ambisius kepalang tinggi hingga membuat Boboiboy ikut tertular rasa semangat. Jika saja ada Yaya dan juga Ying yang dapat memberinya saran menuju hal yang benar. Semua harapan itu terus terulang tanpa ada seseorang yang mendengarnya. Hanya andai saja dan jika saja. Kemampuan berandai-andai yang tidak menciptakan implementasi apa-apa. Namun, itu semua bukan salah mereka. Melainkan, karena konspirasi yang ia buat-buat sendiri. Entah itu akan bertahan sampai kapan. 

Eques' Blood: He's Full Of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang