Hawa dingin memang tidak benar-benar ada di sini. Namun rasanya hal itu yang melingkupi sekujur tubuh Amato. Rasa gugup menjalar dan berdetak bersama dengan denyut nadi. Mencoba menahan tangannya sendiri yang gemetaran. Ini memang janggal dikala seorang pria paruh baya yang sudah bertahun-tahun menjadi sosok pahlawan pemberani merasa gugup maupun takut. Entah kenapa firasatnya mengatakan ada hal besar yang terjadi. Ada hal yang menunggu dirinya untuk menyesal lagi, untuk kesekin kali.
Sudah cukup. Tercenung seraya memandangi pintu Stasiun angkasa ini adalah hal yang begitu payah. Ia cukup melangkah, semuanya akan berjalan sesuai dengan arah. Tidak akan ada hal yang perlu dikhawatirkan. Menampar dirinya kembali dengan sebuah rencana, ia harus menunjukkan sikap yang tepat kala bertemu dengan putra semata wayangnya. Mungkin mereka akan terkejut kala ia mendeklarasikan secara senyap jika ia adalah ayah dari seorang penguasa elemental yang telah mengalahkan salah satu musuh paling kuat di galaksi. Meskipun yang ia lakukan ini merupakan hal yang tiba-tiba menjurus gila, keyakinannya cukup bulat untuk melakukan hal ini.
Ia membuang napas bercampur segala kegundahan. Melangkah dengan pasti didiringi dengan jubah hitamnya yang mengalun. Pintu besar itu telah terbuka beberapa saat setelah ia mengajukan kode rahasia. Cahaya kebiruan yang menerangi koridor menyambutnya.
Mereka menyambut dengan berbagai ekspresi dan juga tanggapan. Ada yang menyalami, ada wanita yang tersipu kala memandangnya, ada juga yang memberikan penghormatan singkat, hal itu terjadi sebelum mereka kembali bergelut dengan pekerjaan masing-masing. Setelah situasi mulai sepi, Ramenman mulai menghampiri.
Ramenman hanya dapat menunjukkan senyum tipis, "Aku tidak menduga kedatanganmu kemari!"
Amato tersenyum kecil, dipungkas dengan kikikan khas bapak-bapak. "Aku hanya berkunjung."
Sungguh! Amato tidak menutupi apapun, tidak ada tujuan lain dari kedatangannya melainkan hanya berkunjung. Secara teknis, ini adalah cuti singkatnya setelah mengerjakan misi bersama Maskmana. Tentu saja, ia harus memanfaatkannya walaupun dengan hal seperti ini. Namun, diantara hal ini ada hal yang ia tunggu-tunggu. Putranya. Ia datang untuk pertama kali di masa remaja sang anak semata wayang.
"Bagaimana misimu?"
Amato sudah tahu ini adalah pertanyaan basa-basi yang diucapkan oleh sang rekan, tetapi tidak ada ruginya daripada langsung terjun pada topik tertentu. "Seperti biasa, aku selalu berjaya."
Menanggapi ungkapan penuh bangga dari Amato, Ramenman menepuk pundak pria tersebut seraya tertawa garing. Ia tahu perangai orang itu yang sangat optimis meskipun jarang bertemu.
"Aku dengar, para anggota muda TAPOPS singgah di sini?" Tidak ada gunanya menunggu lebih lama lagi. Rasanya jantung Amato berdetak tidak sabar kala menunggu keterangan pasti dari Ramenman.
"Ya! Bagaimana kau tahu? Tapi mereka sudah pergi lagi."
Krak.
Patahlah harapan Amato. Dengan secuil informasi yang membuat hatinya gemerlap girang, kini rasanya terjadi mati listrik besar di dasar dadanya. Wajahnya langsung kentara masam.
"Mereka penuh dengan tekad. Aku dengar ada sedikit masalah pada regu muda itu, tidak terlalu jelas juga. Setelah tewasnya Retakka, kondisi stabil dan semua kembali fokus pada pekerjaan dan tugas masing-masing." Ramenman memaksakan tawanya, "Sangat disayangkan ..., tapi kenapa kau ingin tahu."
Bukannya melakukan klarifikasi atas pertanyaan Ramenman, Amato justru kembali bertanya dengan tergesa. "Mereka pergi ke mana?" Matanya bahkan melebar, membuat Ramenman bingung sekaligus merasa janggal. Pahlawan merah ini sepertinya begitu tertarik, penasaran atau bahkan seperti akan menemui orang tertentu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
FanficIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...