Malam telah melahap siang. Saat ini hanya pencahayaan temaram, angin dingin dan melodi jangkrik yang berduet dengan gemeretuk ranting kering. Seorang pria gagah menilik keadaan di luar kapal angkasa yang beberapa saat lalu mendarat di tengah tengah hutan sunyi. Setelah melakukan screaning terhadap lingkungan ini, tidak ada ancaman yang perlu dikhawatirkan, maka seluruh penumpang kapal sepakat untuk mendarat di daerah ini sekaligus untuk memperbaiki dan meningkatkan performa kapal. Dari balik topeng canggihnya, ia memandang punggung rekannya yang terdiam seraya memandang kosong kepada gelapnya hutan. Sontak, hatinya tertuntun untuk menghampiri. Bersama dengan dua gelas kopi.
Tanpa babibu, ia menyodorkan kopi kepada pria berjubah hitam yang seperti belum menyadari keberadaannya.
Orang yang dihampiri tersebut agak terkejut. Hal itu membuat ucapannya terdengar canggung. "Terimakasih." Amato—pria itu terbangun setelah pikirannya melayang-layang. Kali ini, ia yakin jika Maskmana akan membicarakan sesuatu sebagai seorang teman.
"Apa kau sudah selesai dengan urusanmu?"
"Sudah, hanya sisa-sisa kecil, dan mereka menggantikan pekerjaanku." balas Amato dengan santai.
"Kita sangat jarang mendapatkan waktu santai saat di atas tanah seperti ini ...." Ucapan Amato hanya dibalas dengan tawa singkat.
Pria bertopeng teringat akan sesuatu, ia membuka topik secara tiba-tiba. "Bagaimana hubunganmu dengan ..."dia menggantung kalimatnya untuk sementara, "putramu?"
Amato kaku di tempat, lidahnya kelu untuk sekadar memaparkan penjelasan singkat, entah kenapa ini begitu memojokkkan dirinya. "Eerm, begitulah ...."
Dibalik topeng, Maskmana tengah menaikkan sebelah alis. Dirinya tahu profesi itu penting, namun tidak ada salahnya juga untuk sekadar menemui seorang keluarga. Bahkan saat pekerjaan itu tidak memiliki cuti.
Amato menarik napas panjang, menyesap larutan hitam kafein dalam cangkirnya. "Aku mendidiknya untuk berdikari." Ia mengelak.
"Setelah aku ingat-ingat, semenjak bertahun-tahun lamanya, kau sangat jarang-" Maskmana memiringkan kepala, sesaat sebelum menoleh ke arah Amato. "sepertinya kau belum pernah menemui putramu lagi."
Hawa dirasa semakin tidak mengenakkan, prosesor dari dalam kepala Amato membuka jalur darurat untuk kabur dari pembicaraan. "Aku, akan masuk ke dalam sebentar."
"Maaf untuk ikut campur, tetapi aku takut bukannya mendidiknya untuk berdikari, kau justru akan mendidiknya untuk melupakan jika ia punya ... seorang ayah." Masa bodoh dengan kata lancang, tetapi Maskmana yakin—kata hatinya mengatakan—hal ini akan mengubah sesuatu.
"Kau itu manusia, aku yakin jika hatimu tidak sekuat itu, begitu juga hatinya."
***
Author tidak terlalu mengenal Maskmana, dan juga tidak begitu tahu bagaimana alur pembicaraan bapak-bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
FanficIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...