"Dei Boboiboy! Kau itu dengar aku bicara tidak?!" geram Gopal, suara darinya lebih keras melampaui niat awal. Tangannya di pinggang, ini lebih seperti merajuk.
"Sepertiii ...." Alih-alih membalas Gopal yang sudah tersungut-sungut, Boboiboy justru berjongkok sesekali mencoba meraba lantai—berharap menemukan yang tengah dicari. Matanya meneliti setiap inchi darinya, lalu kembali bergumam "dimana ya?"
"Ish! Kau ini sedang melakukan apa hei Boboiboy?!" Gopal menyilangkan lengan di depan dada.
Boboiboy masih tetap gusar, tetapi dia tetap menyempatkan diri untuk bertanya pada Gopal bersama rasa harap-harap cemas "Kau lihat-" Ia tak melanjutkan kalimat, bibirnya terkatup bungkam menyimpan segala gelisah.
"Lihat apa Boboiboy?" tanya Yaya. Dalam benaknya, gadis itu ingin membantu sang rekan, tetapi bagaimana ia dapat memberikan bantuan disaat tak tahu pasal apa yang Boboiboy cari.
Wajah pemuda manis itu sudah dipenuhi keringat dingin, alisnya menegang memaksa diri untuk fokus mengamati lantai sembari setengah jongkok "Itu ...." Selanjutnya ia mendesis seraya menekan dada, seiring tubuhnya yang kembali luruh ke lantai hingga membuatnya terduduk. Satu detakan kuat ia rasakan, membuat bibirnya meringis menahan nyeri. Perasaannya hanya berisi sedih. Namun juga ... hampa. Seakan hal buruk tengah terjadi di luar sana.
Ini firasat.
Gopal menaikkan sebelah alisnya kentara bingung. Perlahan pemuda gempal tersebut menyamai posisi Boboiboy dan menjatuhkan telapak tangan di bahu sang sahabat. Lantas ia bertanya menggunakan nada normal, tetapi berbalut perasaan khawatir "Kau ok Boboiboy?"
Yaya dan juga Ying—mereka sebelumnya nampak membicarakan sesuatu, kini menghampiri sang penguasa elemental. Boboiboy menarik napas dalam, menghembuskannya dan kembali melakukan hal tersebut beberapa kali. Ini sudah terjadi. Namun dirinya tetap menyalahkan diri sendiri dalam batin karena membuat para sahabatnya khawatir. Selanjutnya bibirnya menjawab pertanyaan Gopal yang terasa terabaikan beberapa saat "Tidak." kata yang ia ucapkan singkat dan juga lirih, hampir terasa senyap. Kemudian dirinya memperjelas kalimat, meminta agar mereka tidak mengkhawatirkan dirinya lebih jauh "Aku baik-baik saja."
Bukannya bermaksud untuk membuat teman-temannya gusar melihatnya terdiam, tetapi ia tidak siap untuk berkata-kata. Jantungnya berdetak diatas ritme biasa. Perlahan, rasa ketakutan menjalar pasti dan mulai membuat tubuhnya tegang.
Dia takut untuk ... menjelaskan. Takut kepada reaksi yang akan dirinya sendiri berikan nantinya.
Boboiboy sudah merangkai kata pasti di dalam otaknya. Ludahnya tertelan bersama rasa nyeri tenggorokan, sebab tangis dan juga isakan tertahan.
Pemuda manis itu tiba-tiba bergumam "Serpihan ...." suaranya sedikit ditahan selama mengucapkan kata pendek tersebut. Lalu tangannya mengepal, dan melanjutkan kalimat rumpang darinya dengan suara yang kini menjadi agak parau "batu."
"Ha? Ini Boboiboy Gempa atau yang asli huh?!" Dengan seenak jidat, Gopal menarik Boboiboy bangkit dari tempatnya, kemudian mengguncang bahu secara kasar hingga membuat kepala Boboiboy terasa pening. Yang jatuh di kepala Gopal; identik dengan batu, pasti gempa.
"Hish Gopal." lerai Ying.
"Itu ... batu apa Boboiboy?" tanya Yaya lirih, mewakili teman-temannya.
Pandangan Boboiboy berpendar pada lantai, mencari deskripsi singkat yang tercecer di otaknya sebelum akhirnya menjawab pelan "Warnanya putih bersih."
Sekarang Boboiboy hanya bisa mengindikasi jika salah satu benda berharga tersebut terjatuh saat Kapten Kaizo melancarkan serangan tepat di sampingnya hingga membuat dirinya tersungkur. Sebuah serpihan batu tipis sebesar liontin, terus ia pikirkan. Bentuknya asimetris dengan satu warna seputih salju. Sejujurnya, benda tersebut selalu ia bawa semenjak dulu. Peninggalan sekaligus pemberian terakhir dari seseorang yang begitu ia sayang tersebut dikaitkan pada benang berwujud tali kecil, dikalungkan di lehernya dan selalu tersembunyi di balik pakaian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
Fiksi PenggemarIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...