Tak kuasa untuk menyerukan umpatan, Boboiboy hanya mendengus seraya tetap meluncurkan anak panah. Sudah puluhan dari benda-benda runcing itu ia habiskan, tetapi baru tiga buah yang berhasil menancap tepat di mata monster menjijikkan tersebut. Makhluk itu begitu licin, secara harfiah maupun gerak-geriknya. Terlebih lagi, butuh lebih banyak perjuangan untuk menembakkan anak panah tradisional, mengingat yang biasa ia gunakan ialah panah pembeku yang memiliki pengaruh pada area yang hendak dibekukan, bukan tepat menuju sasaran. Singkatnya ia belum mau menjuluki diri sebagai 'si mahir' karena kemampuannya yang masih lumayan.
Ini sudah kesekian kali anak panah kayunya patah karena dirinya yang telanjur diliputi rasa panik dan juga grasah-grusuh. Rasanya ia ingin merutuk pada seseorang yang sudah mempersiapkan senjata, bagaimana bisa mereka menyelipkan anak panah kayu lapuk diantara anak panah kokoh berujung logam? Apakah ini dilandasi faktor kesengajaan?
Sesungguhnya, pemuda itu sudah kenyang akan bersabar.
Monster-monster itu melakukan regenerasi dengan sangat cepat, potongan-potongan tubuh mereka bergetar acap kali tergeletak di atas tanah selama mata mereka belum terluka. Pada sisi-sisinya akan muncul asap berwarna hitam yang mengurai, menarik satu sama lain hingga kembali pada bentuk semula. Semacam magnet dan kekuatan hitam yang berduet menjadi satu. Jumlah mereka tidak banyak, hanya saja mereka seakan tidak pernah habis. Boboiboy berani bertaruh, jika tidak ada keajaiban yang diberikan Sang Kuasa, sampai lebaran belut pun mereka tidak akan berhenti berhadapan dengan belut-belut darat ini kecuali mereka mati terlebih dahulu.
Nahas dan meresahkan.
Dari belakang Boboiboy, napas bau monster itu menyeruak. Ia segera menoleh ke belakang, tepat pada saat itu teriakan memekakkan bersama dengan cipratan lendir menjamah pipi dan wajah Boboiboy. Dia hanya menutup mata dan mencondongkan tubuh untuk mundur selama hal itu terjadi. Tidak. Ia tidak payah, refleksnya masih berfungsi untuk meraih belati di samping celananya. Tepat, kurang beberapa detik saja mungkin kepalanya sudah dilahap makhluk dengan gigi mencuat itu andai saja dia tidak mencongkel matanya. Setelah hal itu berlalu, telapak tangannya bergetar, Boboiboy kagum dengan dirinya sendiri, lebih kepada tidak percaya.
Makhluk itu datang dari segala penjuru. Mendongak dan seraya terus meludah dan memekik. Terus bergulir. Sementara Erya, semenjak tadi ia menyunggingkan sebelah bibirnya. Dia menebas, menusuk dan juga memenggal tanpa ampun, aliran darah yang melintang pada pembuluh-pembuluh darahnya telah banjir dengan invasi adrenalin. Memberinya perasaan menyenangkan ketika menggenggam sebilah pedang. Selaras dengan itu, baginya suara-suara tulang patah makhluk itu bagai ekstasi yang membuatnya candu. Tubuh jangkungnya bergerak dengan gesit, seluruh kemampuannya dikerahkan saat ini. Seolah-olah dirinya tengah menikmati hari terakhirnya untuk bertarung.
Waktu setelah menebas adalah salah satu pemandangan yang ingin Boboiboy lewatkan. Erya akan meraih kepala monster itu. Lalu, dia akan mencongkel mata mereka dengan ujung pedangnya hingga lepas dari kelopak lembek mereka. Dia tidak peduli dengan tangan yang sudah berbau busuk dan juga berlumuran lendir bergelambir, saat ini yang ada di dalam dirinya hanyalah brutal dan kesenangan. Lebih mengangumkannya lagi, dia akan menginjak injak mata merah makhluk itu hingga bertransformasi menjadi bakal emping mata monster yang berair dan juga berlendir aneka rupa—siapa yang mau mengolahnya lebih lanjut? Menjadikannya bisnis baru, barangkali?
Tanah kelabu sudah mendapat tamu baru, lendir gelap yang mulai berurai menbentuk garis putus-putus masai dengan warna hijau lumut dan juga merah darah. Semakin lama, warna hijau semakin mendominasi, Boboiboy berspekulasi jika darah mereka mengalami oksidasi setelah menjumpai udara bebas. Sementara itu, bongkahan asimetris tubuh monster sudah bergeletakan di atas tanah. Daging mereka terkoyak, seperti ikan yang dicacah secara serampangan. Tak terhitung jumlahnya. Aroma amis, langu dan juga bangkai semakin menyeruak, diikuti aroma besi berkarat yang tercium di setiap tarikan napas. Suasana semakin gelap, tempat itu seolah memberikan ucapan duka kepada penduduk pribumi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
FanfictionIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...