Boboiboy yang hampir melakukan posisi duduk bersila dengan sempurna diinterupsi oleh getaran dari tanah. Setelah itu, suara auman menggelegar terdengar. Bayangan di kepala Boboiboy kembali bercabang menembus istilah masuk akal.
"Kita harus ke sana!" seru Erya
Jadi, kesimpulannya: Yang tidak mungkin adalah mungkin, yang mungkin justru tidak mungkin.
***
Dan itu semua baru kemungkinan semata. Sayangnya ....
Partikel-partikel udara sudah mulai bergetar karena frekuensi suara yang teramat tinggi. Buktinya saja, api unggun kecil yang mereka buat telah mati sekejap setelah auman itu datang.
Boboiboy tidak mengarang suatu kalimat hiperbolis. Namun, suara auman barusan masih membuat telinganya pengang. Dengan diikutinya oleh suara lengkingan gadis-gadis, sontak membuat mereka menaruh kecemasan yang besar dan juga rasa takut yang tak bisa dijelaskan. Beragam rekaan prediksi dalam otak mereka sedang saling berlomba-lomba untuk muncul.
Sistem magis Dalandra yang sudah bobrok dapat berpotensi kepada bobroknya pula skema ujian dari Equedemy. Jika tanpa adanya sentuhan gangguan saja sudah bisa berbahaya, lantas bagaimana dengan adanya gangguan tak diundang? Potensi lain yang ada ialah: mereka akan gagal membawa anggota tim utuh-utuh. Atau, mereka sendiri tidak utuh lagi. Entahlah. Saat ini mereka hanya mengandalkan intuisi di mana yang anggapan benar muncul. Definisi pasrah yang paling payah di tengah keadaan tiba-tiba seperti ini.
Mereka segera bangkit, menajamkan fungsi alat indra, mempercepat langkah dan juga gerak-gerik.
Kilatan cahaya telah memberi refleksi jingga pada manik mata Boboiboy, mengambil alih dari kegelapan yang menginvasi selama beberapa saat. Di sini hanya itu—mana sihir milik Erya—yang bisa dijadikan sumber cahaya, disaat langit pun sama hitamnya. Kendatipun begitu, suasana kelam masih enggan untuk pergi.
Langkah mereka tercetak cukup jelas untuk sekadar terdengar, berpadu dengan benda-benda rapuh dan juga kerakal-kerakal yang terinjak dan saling terantuk. Itu menjadi suara yang mendominasi diantara bunyi degup jantung dan juga nafas terengah yang mereka dengar di telinga masing-masing, dari tubuh diri sendiri.
Ada suara lagi, suara yang ... lebih pelan.
Seperti bunyi napas yang dibuang keras, dengusan yang besar dan terkesan memberi hawa panas. Hal itu membuat mereka memelankan langkah, saling menangkap wajah satu sama lain untuk menjaring informasi melalui kilatan mata. Tentu saja, hanya berujung percuma dan tidak lebih.
Erya berseru dengan rahang mengeras, "Demi air liur piranha! Apa lagi itu?!"
Mereka tak ubahnya hanyalah kunang-kunang yang tidak tahu arah jalan, meskipun ada cahaya, cahaya itu hanya memberikan penerangan yang terbatas pada posisi mereka sendiri. Sekarang mereka hanya bisa membuat imajinasi melalang buana. Contohnya Boboiboy: ia membayangkan tentang sapi berkulit baja setinggi 6 meter. Memang mustahil, tapi siapa yang tahu?
"Jangan lihat ke atas ...."
Suara itu lagi, lebih menakutkan daripada auman paling keras sekalipun. Menghembus memberikan kesan horor sekaligus menjadikan tubuh lemas, rasa-rasanya sebagian tenaganya ikut menguap seperti suara barusan. Bolehkah ia bertanya 'mengapa' pasal telinganya yang dengan mudah mendengar bisikan seperti angin itu?
Boboiboy mencetuskan arahan kepada kedua rekannya yang masih berlari, bahkan mereka sudah berada beberapa meter mendahuluinya. "Berhenti." Ia menatap gusar pada tanah, seolah mencari jawaban dari kebuntuan, ia kembali menggumamkan kata itu lagi dengan nada lebih lirih, berat kala terucap "Berhenti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eques' Blood: He's Full Of Mystery
FanfictionIni tentang kekuatan tersembunyi Boboiboy, masa lalunya, tempat baru, persahabatan dan segala hal rumit yang-mungkin- tidak akan kamu pahami hanya dengan tertegun membaca deskripsi. Boboiboy diam-diam menaruh 'misterius' di kehidupannya. Rahasia ya...