13. Latihan Pertama bag. 2

152 20 0
                                    

Para anak, atau remaja, mereka sudah berhamburan. Ada dari mereka yang sibuk menyelipkan beberapa senjata ke sisi celana, lalu sebagian bubar begitu saja dengan tergesa.

"Bel latihan!" jawab Bima seraya berusaha mengambil suapan besar untuk memungkas acara makannya.

Boboiboy masih bingung, begitu banyak pertanyaan yang mengantre di kepalanya "Tib-tiba-tiba begini?" dahinya berkerut pula.

"Ayo!"

***

Sang mentari yang bukan matahari telah mencapai puncaknya. Di atas sana, benda itu seolah tertawa karena berhasil menyengat setiap makhluk yang ada di bawahnya.

Boboiboy sudah bergabung ke dalam formasi pasukan semenjak beberapa detik lalu. Sebenarnya, ini hanyalah barisan renggang para remaja yang membentuk persegi panjang hingga mengelilingi tanah lapang.

Sudah beberapa menit berlalu, dan bulir-bulir keringat mulai jatuh dari pelipisnya. Rasa agak kesemutan berpadu dengan kepalanya yang terasa seperti dibakar. Apalagi, angin yang datang hanya kian membawa hawa panas, bukan kesejukan. Sekeliling mata memandang, Boboiboy bisa melihat langit yang tak dijamah awan, dan juga pelataran gersang. Butiran pasir kering dan lembut dapat ia rasakan acap kali sol sepatunya bergerak. Tiada bau yang reseptor hidungnya tangkap selain udara yang kering dan panas. Sementara, yang ia dengar hanyalah suara samar anak-anak lelaki yang sesekali melempar frasa satu sama lain.

Matanya menatap tajam ke seberang, nampak sekumpulan gadis yang sudah tegap pada barisan masing-masing. Mayoritas dari mereka memiliki postur tinggi untuk ukuran gadis remaja, semakin jenjang kala dipadu padankan dengan celana sempit panjang berwarna hitam dengan atasan rompi berwarna senada. Di samping itu, mereka juga mengenakan rok lipit pipih sebatas paha. Mereka semua berpakaian seragam, dari atas hingga ke bawah; hanya leher, wajah dan juga rambut yang kentara telanjang. Sebagian dari mereka, ada yang membawa busur panah, dan sisanya menyimpan senjata yang belum diketahui wujud aslinya.

Jadi, cukup keren juga.

Menoleh ke sampingnya, Bima dan jajaran anak lelaki. Mereka terlihat santai meski sudah dibalut seragam yang sama seperti yang ia kenakan. Gaya berdiri yang tidak tegap, bahkan sesekali melirik ke arah para gadis cantik. Ya ampun, apa yang ada di pikiran anak-anak seperti mereka ...?

"FORMASI TEGAP!"

Menggelegar seperti guntur. Kala seruan itu tiba, Boboiboy terkesiap. Memasang tubuh tegap seperti peserta upacara terdepan. Pupilnya menciut pula karena terkejut, berbarengan dengan jantungnya yang terasa didobrak. Namun, semakin ia menggali pemandangan di depan sana, semakin ia menajamkan mata pula ....

Tubuh tegap, garis wajah tegas, rambut kelabu gelap yang memanjang hampir menutupi telinga. Itu Baran, tidak salah lagi. Atau mungkin ..., Boboiboy terpaksa harus menyebut pria dewasa agak menyebalkan itu sebagai kapten di tempat ini?

Itu sudah jelas dia, tetapi yang berbeda hanyalah riak wajahnya yang lebih tegas. Sekarang mulai tumbuh kesan baru bagi Boboiboy; garang. Apakah ini hal yang serupa dengan Laksamana Tarung?

Selaras dengan lirikan tajam Baran yang menyebar ketegangan kala melangkah berkeliling untuk memeriksa presensi setiap taruna; manik Boboiboy tidak lepas darinya.

"Saya yakin, setelah apa yang kalian lewati selama ini ... kamu sekalian sudah terbiasa untuk menghadapi latihan dengan waktu acak seperti ini. Untuk taruna baru; semoga segera beradaptasi."

Boboiboy memutar bola mata malas, melihat mata Baran melirik sekilas ke arahnya saat mengatakan 'taruna baru' menciptakan adanya gumpalan rasa jengah dalam batinnya. 

Eques' Blood: He's Full Of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang