21. Menyadari

254 20 8
                                    

"konyol." Mereka memandang wajah satu sama lain seraya memungkas secara serentak. Selanjutnya, tawa kering kedua gadis tersebut memenuhi ruangan itu. Semoga saja perbuatan kecil mereka dapat membangunkan sang kawan yang tidur berhari-hari tanpa alasan yang jelas.

Semoga.

***

"HOAAAAAM!"

Wajah teduh penuh harapan milik kedua gadis itu sudah dipasang se-maksimal mungkin. Mereka memandang angkasa yang berkelip menghibur, meresapi ciptaan Sang Kuasa. Namun, suasana itu retak seketika. Biang keroknya ialah suara seseorang yang menguap dengan kencang diiringi bunyi-bunyi gemeletuk tulang kaku yang berusaha diregangkan. Alih-alih  segera memastikan bunyi itu, mereka justru bertransformasi menjadi patung hidup yang saling berhadap-hadapan. Berbagai asumsi positif dengan pemikiran negatif yang menyela diantaranya membuat otak pintar mereka serasa dipinjam sementara. 

Yaya dan Ying merotasikan tubuh mereka dengan cepat. Bukan memasang wajah berseri atau takut; mereka justru mengungkapkan keheranan. Betapa terkejutnya mereka dalam keheningan disaat melihat Fang dalam posisi terbangun dengan keadaan yang ..., kurang wajar. 

Yaya menatap Fang tanpa berkedip, sementara Ying sudah melongo.

Ekspektasi Yaya pada awalnya ialah melihat Fang bangun dengan mengerang, atau jika dihitung lebih ringan, Fang bisa bangun dengan melenguh ataupun mangaduh dan berkata: 'Aduh, sakitnya ....' Namun, yang ditangkap indra penglihatannya sama sekali bukan pemandangan yang wajar untuk seseorang yang baru saja terbangun setelah tidur selama sepekan. Bersyukur? Tentu saja ia bersyukur saat melihat Fang membuka mata dan menunjukkan wajah menyebalkannya lagi, tetapi tidak dengan Fang yang berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan posisi sedang menyikat gigi! Wajah alien itu nampak seperti balita polos tak berdosa.

Ying perlahan mendekati Fang, hingga membuat wajah kedua makhluk berwajah China itu saling bersitatap. Sementara Fang hanya memasang wajah tak peduli sambil terus menyikat gigi-giginya, membohongi diri sendiri dan jantungnya yang berdegup semakin cepat. 

Gadis berkacamata semakin melangkah mendekat, wajahnya yang semula menunjukkan raut datar kini mulai beralih menuju kebingungan, ia mengangkat sebelah alisnya pula. Jemarinya mulai terangkat, jari telunjuknya teracung. Lantas ...,

Tuk!

Ia mengetuk dahi Fang dengan ujung jari. Saat itu Fang tidak mampu, atau ... entah mengapa ia tidak berupaya menghindar. Dia menerima telunjuk lembut gadis itu mendarat pada dahinya, hingga hampir terhuyung ke belakang dengan jantung berdegup lebih cepat. Tidak mungkin! Seorang alien sepertinya tidak akan tertular sifat pubertas manusia, tidak akan terjadi—harapnya. 

"Aiya! Ini benar-benar dia!" seru Ying. 

"Apa yang kau lakukan, huh?!"

Suara dehaman tiba-tiba membuat awal mula perdebatan kedua remaja berkacamata terhenti beberapa saat, setelah itu ucapan mengejek mulai terdengar. "Baru bangun, langsung saja berduaan .... Tak ingat yang lain?" setelah itu si pelaku—Gopal mengupil dengan tak berdosa.

Kedua orang yang tengah menjadi bidikan subjek terdiam dengan pipi bersemu merah. Tak lama kemudian, kilatan mata Fang sudah menunjukkan hasrat terpendam untuk menumbuk halus tubuh gempal Gopal. Sementara Ying sudah maju terlebih dahulu dan menjitak sahabatnya itu. Di jam sepagi ini ia sudah menjitak dua orang anak lelaki, sarapan yang bagus. 

"Kau baik-baik saja, Fang?" Yaya bertanya dengan hati-hati, selain ia tidak terlalu dekat dengan Fang, ia juga takut akan mimik wajahnya yang sedang dalam ambang emosi berlebih.

Fang menurunkan sikat gigi dari mulutnya, sikat gigi baru dengan budi pekerti baik yang menunjukkan diri tepat setelah ia memasuki kamar mandi. Bukan mengabaikan Yaya, tetapi ia berlalu sebentar untuk berkumur, membersihkan rasa pasta gigi luar angkasa yang semakin lama terasa seperti wasabi.

Eques' Blood: He's Full Of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang