"Chika""Iya ma"
"Kamu dipanggil mami di ruang kerjanya"
Chika hanya mengangguk lalu bergegas turun ke bawah. Gadis itu tau untuk apa dirinya dipanggil oleh sang mami.
Sesampainya chika di ruang kerja shani, gadis itu langsung duduk di kursi. Dengan berani chika menatap shani yang duduk di hadapannya.
"Kamu pasti tau kan kenapa mami panggil?"
Chika mengangguk
"Jelasin ke mami kenapa kamu bersikap seperti tadi ke Christy"
Tidak butuh waktu lama untuk chika menjawabnya "chika cuma kesel aja sama dia, mi"
"Hanya itu?"
Chika kembali mengangguk "chika minta maaf, dan chika siap dihukum"
Shani yang tadinya duduk tiba-tiba berdiri dan mendekati chika. Lalu dimintanya chika untuk berdiri. Siapa sangka shani malah memeluk chika sambil mengelus lembut rambut gadis itu.
"Tidak ada hukuman. Mami maafin kamu. Tapi jangan ulangi lagi ya sayang. Mami mohon kalian saling jaga, oke!"
"I-iya mi"
"Yaudah sekarang kamu istirahat besok kan masih sekolah"
Chika mengangguk "goodnight, mi"
"Too, cup!" Diciumnya kening chika sebelum gadis itu keluar dari ruang kerja shani
Setelah kepergian chika, shani kembali duduk sambil membuka laci meja kerjanya. Dari dalam laci itu shani mengambil foto berukuran kecil. Dipandangnya foto itu dengan sedikit senyuman dari bibir shani.
"Sampai kapanpun kamu milik mami dan mama. Anaya benar jangan sampai aku menyesal dan kehilangan chika untuk selama-lamanya" Ditaruhnya lagi foto itu ke dalam laci. Shani pun keluar dari ruang kerjanya.
"Sayang" Panggil gracia yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa nampan berisikan tiga gelas susu
"Sini aku bantu" Dengan sigap shani mengambil alih nampan dari gracia
"Makasih ya"
Shani tersenyum mengangguk.
"Oh ya gimana urusan kamu sama chika udah selesai?" Tanya gracia sambil keduanya berjalan menaiki anak tangga
"Udah kok"
"Syukurlah"
"Iya"
Setelah sampai di atas, gracia dan shani mengantarkan susu untuk ketiganya. Dimulai dari Christy lalu chika dan anaya yang sekamar.
"Sayang, aku juga mau susu dong" Kata shani pada gracia yang keduanya kini sudah masuk ke dalam kamar mereka.
"Oh kamu mau susu juga? Yaudah kalo gitu aku bikinin kamu susu dulu ya"
Ketika gracia akan keluar kamar, shani dengan cepat menahannya.
"Hm sayang, aku gak mau susu yang ada di dapur" Ucap shani yang masih memegang lengan gracia
"lah terus kamu mau susu yang dimana? Supermarket?"
"Umm.. Umm" Geleng shani
"Terus??"
Ditanya seperti itu shani langsung mendekatkan tubuhnya pada gracia.
"Aku mau susu dari sumbernya langsung"
"Sumbernya langsung?"
"Heem" Dehem shani
"Maksud kamu... Sapi?"
Merasa frustasi dengan jawaban dan kelemotan gracia. Shani akhirnya membuka paksa kancing kemeja yang gracia pakai. Dan dari gelagat shani yang seperti itu akhirnya gracia mulai paham apa yang diinginkan shani.
"Oh kamu mau nenen?"
Dengan cepat shani mengangguk "aku haus"
"Huhh.. Haus ya minum air putih ci"
"Tapi aku maunya nenen 👉👈"
Gracia menatap malas pada shani "yaudah cepetan. Aku ngantuk mau tidur"
Karena sudah diijinkan, shani pun langsung membawa gracia ke tempat tidur. Dibukanya bra yang menutupi payudara gracia.
"Inget ya ci CUMA NENEN!" gracia menekan kalimat akhir sambil menatap tajam shani
"Oke sayang!" Tanpa babibu lagi kini shani sudah mengulum puting gracia
Gracia yang sudah cukup mengantuk perlahan mulai memejamkan mata. Tapi tak lama gracia merasakan lidah dan gigi shani bermain-main di puting miliknya.
Sial, kalo kaya gini caranya bisa-bisa aku terangsang. Gelisah gracia yang semakin merasakan permainan shani
Plak!
Tamparan yang tidak terlalu kencang dari gracia di pipi shani cukup membuat shani kaget dan melepaskan kulumannya.
Sadar dengan apa yang dilakukannya, shani menyengir sambil meminta maaf pada gracia. Tapi lagi-lagi respon gracia hanya menatap malas pada shani.
"Aku mau tidur!" Marah gracia sambil menutup payudaranya dan memunggungi shani
"Yah ge nenennya kan belum kelar"
Gracia diam tak menyaut. Bahkan tidak merespon sentuhan shani. Membuat shani akhirnya pasrah dan ikut tidur di samping gracia.