Part 20

3.2K 262 8
                                    

Sudah beberapa hari ini melody dan gracia berlomba-lomba ingin membawa anaya dan mendapatkan hak asuh gadis itu. Tapi keduanya belum ada yang berhasil membujuk anaya untuk ikut ke salah satu dari mereka.

Di hari pertama tepat disaat pemakaman vino selesai, melody dan gracia gagal. Sampai hari ke 6, keduanya juga masih gagal membawa anaya.

"Pokoknya ci, aku gak mau sampai kalah dari tante melody. Anaya harus aku dapatkan, karena dia anak aku!"

Sudah berkali-kali gracia berkata seperti itu kepada shani, jujur membuat shani sangat bingung dengan perubahan gracia yang tiba-tiba. Yang sangat ambisius ingin mendapatkan hak asuh anaya.

"Ge, aku boleh tanya sesuatu sama kamu?"

"Apa?"

"Kenapa sih tiba-tiba kamu ngotot banget mau mendapatkan hak asuh anaya. Padahalkan kamu... "

"Benci? Itu kan yang mau kamu bilang ke aku?"

Tanpa ragu shani pun mengangguk

"Awalnya aku emang benci sama dia, tapi yang namanya benci bisa jadi cinta kan ci?"

"I-iya sih, tapi kan... "

"Udah gak ada tapi-tapian, pokoknya aku mau hak asuh anaya jatuh ke aku!"

Shani mengangguk setuju, memang itu juga yang shani harapkan selama ini.

"Ge, gimana sama anak-anak? Aku takut chika dan Christy belum siap menerima anaya di tengah-tengah keluarga kita" Kata shani yang sejak tadi menjadi pikirannya

"Siap atau enggaknya mereka dengan kehadiran anaya, yang terpenting adalah kita mendapatkan hak asuh anaya dulu ci. Dan aku rasa anak-anak akan menerima kehadiran anaya di tengah-tengah keluarga kita. Yang penting kita harus adil sama mereka, meskipun chika dan Christy bukan anak yang aku dan kamu lahirkan"

Deg!

Bukan anak yang aku sama kamu lahirkan? Itu artinya aku dan Christy....

"Kak, ngapain?" Tanya Christy yang tiba-tiba saja berdiri di belakang chika

"Dek, hmm gak ngapa-ngapain kok. Yuk kita ke kamar" Ajak chika yang langsung menarik Christy pergi dari depan ruang kerja shani

Shani yang merasa mendengar ada suara di depan ruang kerjanya segera mengecek keluar. Tapi ketika sudah berada di luar, shani tidak menemukan siapa-siapa. Mungkin ia hanya salah mendengar saja.

"Ada siapa ci?" Tanya gracia

"Gak ada siapa-siapa" Jawab shani lalu duduk di samping gracia sambil merangkul istrinya itu

Gracia yang melihat tangan shani merangkulnya, menatap sinis ke arah shani.

"Ini ngapain?" Tunjuk nya ke tangan shani

"Eh, hehe maaf" Cengir shani sambil menyingkirkan tangannya dari gracia

"Inget ya ci, kita masih belum baikan. Jadi jangan pegang-pegang aku, apalagi minta jatah ke aku"

Shani mendesah

"Hufft...iya ge iya, tapi kapan kita baikannya?? Aku udah kangen nih" Kata Shani sambil menaik turunkan alisnya

"Nanti kalau hak asuh anaya udah jatuh ke tangan aku" Jawab gracia

"Kenapa harus nunggu hak asuh anaya sih ge? Kenapa gak--"

"Ssttt diem! Kalo kamu udah gak tahan, kamu minta aja sama aya" Potong gracia sambil menyumpal bibir Shani dengan telunjuknya

"Kok jadi bawa-bawa aya sih ge, dia kan bukan istri aku"

"Ya kalo gitu jadiin dia istri kamu, supaya kamu bisa minta jatah ke dia" Kata gracia, membuat mata Shani melebar

"Kamu serius? Emang boleh?"

Sungguh, itu adalah pertanyaan bodoh dari seorang Shani Indira pada gracia.

Gracia pun menatap sinis Shani, sangat sinis.

"Hehe ge, aku cuma becan--"

Belum selesai Shani bicara, gracia sudah bangun dari duduknya dan pergi dari ruang kerja shani. Membuat shani langsung menyusul istrinya itu.

"Sayang, aku tadi cuma becanda"

"Bodo amat ya ci, mau kamu cuma bercanda atau emang kamu ada niatan buat jadiin dia istri, aku juga gak peduli!" Gracia menepis tangan Shani

"Ge, ayolah sayang jangan kaya gini. Aku min--"

BRUKK!!

Belum sempat Shani menyelesaikan kalimat minta maaf nya, gracia sudah memotongnya dengan membanting pintu kamar mereka. Dan hampir saja pintu itu mencium wajah cantik Shani.

"Astaga, hampir aja" Gumam Shani sambil mengusap wajahnya sendiri

Setelah itu Shani pun perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Dan sesampainya di dalam, tiba-tiba gracia melempar bantal ke arah Shani.

"Jangan tidur sama aku!" Kata gracia

"Lah, terus aku tidur dimana? Sama siapa??" Pertanyaan Shani malah membuat gracia tersenyum sinis

"Aya, sama dia aja sana. Lagi pula kamu sama dia juga udah sering tidur bareng di apartemen, iya kan?"

Shani yang mendengar hal itu malah terdiam, dan gracia semakin tersenyum sinis melihat Shani yang hanya diam saja.

"Kayanya aku semakin yakin buat cerai sama kamu deh ci" Ucap gracia pelan, tapi menusuk ke jantung Shani

"Ge, please jangan bicara kaya gitu. Kamu salah paham sayang, aku sama aya emang pernah tidur bareng di apartemen. Tapi kita gak ngapa-ngapain dan pure cuma tidur bareng aja. Dia tidur di kasur dan aku di sofa" Jelas Shani

"Oh ya?"

"Iya"

"Terus kamu pikir aku bakal percaya gitu aja ci? Haha Enggak!" Tegasnya, lalu mengusir shani dari kamar dengan sekuat tenaga

"Ge, please jangan suruh aku tidur di luar"

"Bodo amat ci, keluar sana!"

Akhirnya gracia berhasil mengeluarkan shani dari kamar, dan gracia langsung mengunci pintu.

Sementara Shani masih berusaha agar gracia mau membukakan pintu dan memperolehkannya masuk ke dalam. Tapi tetap saja gracia pada pendiriannya untuk mengusir Shani dari kamar.

"Ge, aku sama sekali gak ada apa-apa sama aya. Kamu salah paham sayang, aku cintanya cuma sama kamu" Ucap Shani sambil bersandar pada pintu kamar nya

Gracia yang ada di balik pintu tentu saja mendengar dengan jelas apa yang baru saja Shani katakan.

Maafin aku ci, aku juga gak mau pisah sama kamu. Aku sayang kamu, tapi kenapa sih kamu jadi makhluk yang menyebalkan akhir-akhir ini. Batin gracia

Gracia yang masih di balik pintu sudah tidak mendengar lagi suara Shani. Mungkin Shani sudah pergi dari sana dan mencari tempat untuk tidur.

"Lebih baik aku tidur sekarang, karena besok aku harus menemui anaya lagi dan membujuk anak itu untuk mau ikut bersamaku" Gumam gracia yang kini sudah naik ke tempat tidur

Sedangkan Shani sebenarnya masih berada di depan kamar, dan tidur tepat di depan pintu sambil meringkuk menahan dinginnya lantai rumah.

⏩⏩⏩

Menanti 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang