"Mau kemana?" Tanya gracia ketika melihat Shani keluar dari kamar sambil membawa selimut tipis dan bantal
"Oh, ini, aku mau nonton TV di bawah" Jawab Shani
"Nonton TV, di bawah?"
Shani mengangguk
"Tapi di kamar kita kan juga ada TV, kenapa kamu harus nonton TV di bawah? Dan kenapa juga kamu harus bawa selimut sama bantal? Oh atau ini alasan kamu lagi supaya gak tidur sama aku, iya ci?"
Shani pun langsung menggelengkan kepala
"Aku cuma takut nanti pas nonton TV ketiduran di bawah, jadi aku sekalian aja bawa selimut sama bantal" Jawab Shani
"Tapi kan di kamar juga ada TV ci, dan kamu bisa nonton TV di sana"
"Iya aku tau di kamar juga ada TV, tapi aku gak fokus kalo nonton TV dengan suara yang kecil. Belum lagi aku takut kamu ke ganggu sama suara TV yang berisik" Balas Shani
"Oh gitu, yaudah sana turun" Kata gracia
"Iya, ini juga mau turun kok"
Shani akhirnya turun ke bawah, lebih tepatnya ke ruang tamu. Dan saat itu juga gracia pun langsung masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu agak kencang. Membuat Shani yang sedang menuruni anak tangga agak kaget mendengarnya.
Beberapa saat kemudian...
Seluruh lampu di dalam rumah sudah di matikan, dan hanya ada cahaya dari TV yang menyala di ruang tamu. TV yang sedang dilihat oleh Shani dengan suara yang tidak terlalu kencang.
Dari arah tangga, seseorang yang tak lain adalah gracia sedang menuruni anak tangga dengan langkah yang pelan dan hati-hati supaya tidak menimbulkan suara.
Dia udah tidur belum ya?. Batin gracia yang perlahan mulai mendekat ke Shani
"Hooaammmzzzz"
Terdengar suara dari Shani yang menguap karena sudah mengantuk. Shani pun mengecilkan suara TV dan tak lama layar yang bersinar itu mati. Membuat suasana di ruang tamu menjadi gelap. Dan gracia jadi susah untuk melihat sekelilingnya saat ini.
"Huufffttt" Helaan nafas lolos dari mulut shani bersamaan dengan munculnya cahaya dari layar handphone
Gracia yang masih berdiri di tempatnya bisa mendengar helaan nafas itu dan cahaya dari handphone milik shani.
"Aya lagi apa ya sekarang?"
"Hufftt... Semoga dia baik-baik aja, dan penyakitnya gak semakin parah" Ucap shani sambil menatap foto aya di layar handphone nya
Sementara gracia yang mendengar apa yang baru saja shani katakan tentang aya pun kaget.
Penyakitnya? Jadi aya sakit? Tapi sakit apa dia?. Batin gracia
"Ay, aku tau tentang perasaan kamu selama ini ke aku. Meskipun kamu gak pernah jujur, tapi aku tau kalau kamu masih sangat mencintaiku. Dan maaf, aku gak ada perasaan apa-apa ke kamu. Aku benar-benar cuma anggap kamu sahabat aku, dan sama sekali gak bisa balas perasaan itu. Aku yakin kamu pasti tau apa alasannya"
"Ya, gracia. Dia alasan aku gak bisa balas perasaan kamu ke aku selama bertahun-tahun ini"
"Aku sangat mencintai gracia, sangat"
Tiba-tiba cahaya dari layar handphone shani mulai meredup dan benda itu jatuh di atas dada shani. Dengan mata shani yang sekarang mulai tertutup rapat.
Gracia yang masih berdiri di tempatnya, kini perlahan mulai mundur dan pergi meninggalkan ruang tamu menuju ke kamar dengan langkah hati-hati. Lalu setibanya di kamar, gracia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menangis. Gracia menangis tentu saja karena mendengar kalimat demi kalimat yang tadi shani ucapkan.