Pagi ini shani mengambil alih tugas gracia untuk mengantarkan kedua putri nya ke sekolah. Tujuan shani mengantarkan mereka tentu saja untuk mencari tau tentang gadis bernama anaya kemarin. Sebenarnya shani bisa saja bertanya pada chika. Tapi shani tidak ingin chika banyak bertanya untuk apa dia menanyakan gadis yang sudah shani pastikan satu sekolah dengan putrinya itu. Sementara kemarin togas kehilangan jejak Vino dan anaya. Itu yang membuat shani harus turun tangan untuk mencari alamat tinggal Vino.
"Mami jadi ke ruang administrasi?" Tanya chika
"Jadi kok sayang, kenapa?"
"Gpp, kalo gitu chika mau langsung ke kelas dulu ya mi"
"Iya sayang, belajar yang rajin ya"
Chika mengangguk
"Bye mami"
"Bye sayang"
Setelah berpisah dengan chika, shani buru-buru menuju ke ruang administrasi untuk membayar uang sekolah chika dan menanyakan alamat tempat tinggal anaya.
"Anaya kelas X B ya bu?"
Shani yang ditanya seperti itu langsung saja menganggukan kepalanya. Padahal Shani juga tidak tau kelas berapa gadis itu sekolah disini.
"Hari ini anak itu ijin tidak masuk sekolah, dan ini alamat tempat tinggalnya" Petugas administrasi yang mengecek data tentang anaya memberikan Shani alamat tempat tinggal gadis itu
"Terimakasih, kalau begitu saya permisi"
"Baik bu, sama-sama"
Shani lalu pergi dari sekolah chika menuju ke alamat tempat tinggal anaya.
Selama diperjalanan menuju ke alamat tempat tinggal Vino dan anaya. Shani tampak tersenyum tidak sabar ingin melihat anak yang selama ini Shani rindukan.
Tunggu mami ya nak. Batin Shani
Setengah jam lebih sudah Shani menempuh perjalanan, dan akhirnya Shani sampai di daerah tempat anaya tinggal. Tapi sayang, Shani tidak bisa membawa mobil mewah nya itu masuk ke dalam gang dimana rumah anaya berada. Shani pun memutuskan untuk turun dari mobil dan berjalan kaki menyusuri gang yang tidak terlalu sempit itu.
Itu dia, anaya. Batin Shani saat dari jarak yang tidak terlalu jauh ia melihat seorang gadis keluar dari salah satu kontrakan yang kira-kira ukurannya hanya dua petak saja
Shani melihat anaya sedang menjemur pakaian di teras rumah nya yang sempit. Membuat Shani tersenyum tapi juga merasa iba melihat gadis berambut sebahu itu. Lalu tak lama Shani melihat Vino keluar sambil memegangi perutnya. Shani yakin Vino masih kesakitan karena pukulan yang dilayangkan togas kemarin.
"Ayah ngapain keluar, sana masuk istirahat aja"
"Gak nay, ayah bosen tiduran terus. Ayah mau liat kamu aja"
"Yaudah tapi ayah sambil duduk ya, jangan berdiri kaya gini" Vino tampak menurut dan duduk di kursi yang anaya ambilkan untuknya
Lagi-lagi shani tersenyum, melihat gadis yang selama 9 bulan ia jaga di dalam kandungan gracia.
Andai aja gracia tidak memberikan anaya ke Vino, dia sudah pasti hidup enak sampai saat ini. Batin shani yang melihat kondisi kehidupan gracia dan Vino yang terlihat memprihatinkan
"Ayah, anaya beli makan dulu ya"
"Memangnya kamu ada uang?"
"Ada kok" Jawab anaya
"Uang dari mana? Apa sisa uang jajan kamu?" Anaya terlihat mengangguk ragu, padahal uang itu sisa dari celengan anaya yang ia bongkar untuk melunasi uang sekolahnya yang menunggak