Gracia terduduk sambil memeluk kedua lututnya, dan menangis di sudut ruang kamar mandi. Shani yang berada di depan kamar mandi bisa mendengar suara tangis dan keluhan dari Gracia yang semua orang menyalahkan nya dan merasa kecewa. Termasuk shani sendiri, yang merasa kecewa dan juga menyalahkan gracia. Padahal apa yang gracia alami itu sungguh membuat hidupnya hancur karena orang yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.
"Mami" Panggil chika dan di belakangnya ada Christy yang mengikuti
"Sayang, ada apa kalian kesini?" Tanya shani
"Kita cari mama, mi" Jawab Christy yang diangguki oleh chika
Shani yang mendengar mereka mencari gracia sempat menengok ke arah belakang, tepatnya ke arah kamar mandi.
"Mama kalian lagi di kamar mandi, kalo boleh mami tau kenapa kalian cari mama??"
Chika menatap Christy
"Aku sama adek laper mi mau makan" Kata chika, dan shani tersenyum mendengarnya
"Yaudah kalo gitu biar mami yang masakin buat kalian ya"
"Emang gpp mi? Mami gak ke kantor lagi?"
"Enggak kok, yaudah yuk kita masak"
Shani pun membawa kedua putri nya keluar dari kamar, Sementara gracia masih betah di dalam sana. Menangis tanpa bersuara ketika mendengar kedua putrinya ada di dalam kamar nya dan shani.
"Mami, aku mau makan pake telur mata sapi ya" Kata christy
"Kalo kak chika mau makan pake apa??" Tanya shani yang sekilas melihat ke chika sambil mengeluarkan telur dari dalam kulkas
"Aku mau makan pake nugget sama sosis aja mi"
"Ok, kalo gitu kalian duduk dulu ya"
Keduanya mengangguk dan menunggu shani yang terlihat sibuk dengan alat-alat masaknya.
"Kak"
"Hmm"
"Tadi aku kaya denger suara mama nangis deh, kakak denger juga gak sih?"
Chika mengangguk
"Tapi kenapa waktu kita masuk ke kamar suara nangis nya ilang ya?? Apa kita nya aja yang salah denger?"
"Mungkin, tapi gatau juga deh"
Keduanya lalu diam, shani yang sedang sibuk memasak bisa mendengar apa yang kedua putrinya obrolan barusan.
"Taraaaaa....makanannya udah jadi. Ini telur mata sapi punya adek, dan yang ini sosis nugget punya kakak" Shani meletakan dua piring di atas meja
"Waaaa makasih ya mi"
"Iya mi, makasih ya"
Shani tersenyum
"Sama-sama sayang, kalo gitu mami tinggal ke kamar dulu ya"
Chika dan Christy mengangguk
Kini shani sudah berada di depan kamar, tapi saat shani ingin masuk. Ia mendapati gracia sedang melamun di atas tempat tidur sambil menatap lurus ke arah balkon.
"Tuhan, aku lelah. Aku ingin ikut bersamamu, menjauh dari mereka yang selalu menyalahkanku. Tolong jemput aku Tuhan, biarkan aku tidur untuk selama-lamanya disisi mu. Mengistirahatkan rasa lelah ku selama ini yang mencoba tegar tapi tetap saja rapuh"
Sret!!
Benda tajam itu berhasil menggoreskan luka di denyut nadi gracia. Sedangkan shani belum menyadari kalau gracia sedang mencoba bunuh diri. Karena posisi gracia yang memunggungi shani dari arah pintu kamar. Dan baru lah shani menyadari saat gracia yang tiba-tiba saja jatuh lalu kehilangan kesadaran.
"GRACIA!!" Teriak shani histeris, membuat kedua putri mereka yang sedang asik makan berlari naik ke atas karena terkejut mendengar suara teriakan shani
"MAMA!!" Kini ganti chika dan Christy yang berteriak histeris
"Cepat bantu mami bawa mama kalian ke mobil" Perintah shani yang diangguki keduanya
Setelah berhasil membawa gracia ke mobil, shani duduk di balik kemudi. Membawa gracia ke rumah sakit terdekat supaya gracia secepatnya mendapat pertolongan.
"Jangan kamu lepas ya Chik, supaya darah mama gak semakin keluar"
"Iya mi" Jawab chika yang tangannya sudah gemetar menekan tangan gracia yang tadi luka dan penuh darah
"Christy cepat kamu hubungi omah ve dan omah Naomi, suruh mereka secepatnya ke rumah sakit yang ada di depan sana" Shani memberikan handphone nya ke Christy yang tengah menangis memeluk gracia
"Iya mi"
Christy mulai menelfon ve dan Naomi sambil menangis sesenggukan.
"Iya omah di rumah sakit tempat aku dirawat waktu itu. Iya kita juga lagi dalam perjalanan. Bye omah"
Sekitar menempuh perjalanan 15 menit, akhirnya mobil yang shani kemudikan sampai di rumah sakit. Shani kembali membopong gracia dengan dibantu kedua putrinya. Setelah itu baru gracia di ambil alih oleh suster.
"Semoga mama kalian baik-baik aja" Kata shani yang memeluk kedua putrinya
Setengah jam berlalu, dokter keluar dari salah satu ruangan dimana gracia berada.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?"
"Istri?" Dokter yang menangani gracia tampak bingung mendengar shani menyebut gracia istri
"Dok, mama saya gimana keadaannya??" Chika yang kesal melihat dokter tersebut mengambil alih suara
"Ah maaf, mama kamu baik-baik saja. Untungnya kalian dengan cepat membawanya kemari, sehingga tidak banyak darah yang keluar" Jawab dokter tersebut
"Boleh kita liat mama?"
Dokter laki-laki itu mengangguk
"Silahkan, kalau begitu saya permisi dulu" Dokter pergi lalu shani bersama kedua putri nya masuk ke dalam ruangan dimana gracia berada saat ini. Dan tak lama disusul oleh ve bersama Naomi yang datang bersama
"Shani" Panggil ve
"Mama"
"Gimana keadaan gracia, dia baik-baik aja kan??" Ve tampak khawatir melihat putri bungsunya terbaring lemah tak berdaya di atas ranjang dengan wajah yang pucat, tangan kiri yang diperban dan selang infus yang menempel di tangan kanannya
"Seperti yang mama liat" Jawab shani
"Kenapa bisa kejadian seperti ini shan? Apa yang gracia lakukan??"
Shani memutar kembali ingatannya saat di rumah tadi, mulai dari gracia di kamar mandi sampai gracia yang mencoba untuk bunuh diri. Shani pun menceritakan nya kepada ve, dan mereka terkejut mendengarnya.
"Gre maafin mama sayang" Ve tampak menyesali apa yang dilakukannya tadi pada gracia
"Mama sayang sama gege, maafin mama karena tadi udah nampar gege" Ve menangis sambil memanggil panggilan kesayangannya pada gracia
Naomi yang ada di sebelah veranda mengusap lembut punggung wanita itu.
"Tenang Ve, secepatnya gracia akan sadar. Sekarang kamu duduk dulu" Naomi menggeser kursi untuk Ve duduk
"Aku mau jagain dia mi" Kata Ve sambil menggenggam tangan gracia
"Iya, aku juga disini nemenin kamu jagain dia" Naomi pun duduk di kursi yang ada di sebelah Ve
Sementara shani mengajak anak-anaknya untuk duduk di sofa sambil menunggu gracia sadar.
⏩⏩⏩