Selesai makan malam dan membereskan meja makan, gracia segera naik ke atas menuju kamarnya. Dimana shani sudah selesai mandi dan sedang sibuk dengan laptopnya di atas tempat tidur.
Gracia tersenyum ketika masuk ke dalam kamar dan melihat Shani. Tapi Shani hanya membalasnya dengan tatapan datar saja lalu kembali fokus ke laptop.
Setelah itu gracia mengambil pakaian tidur nya yang terlihat sexy di lemari gantung. Dan memakai nya langsung di tempat, membuat Shani bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh gracia yang hanya menggunakan dalaman saja.
Seperti biasa, gracia melepas bra yang dipakai setiap kali tidur malam. Membuat kedua putingnya menonjol dan terlihat sangat jelas.
Shani yang setiap harinya melihat pemandangan itu hanya bersikap biasa saja. Ia tidak ingin terbawa suasana melihat keseksian gracia dan memilih untuk tidur.
Setelah mematikan laptop, Shani merebahkan tubuhnya dan memunggungi gracia. Sedangkan gracia yang berada di balik punggung Shani menatap rindu ke punggung itu.
Drrtt... Drrtt...
Tiba-tiba ponsel Shani yang ada di atas meja bergetar, Shani yang mendengarnya langsung mengambil ponsel itu. Dan ternyata ada panggilan masuk entah dari siapa itu, tapi Shani tersenyum menatap layar ponselnya.
Siapa ya akhir-akhir ini yang sering telfon cici jam segini? Terus kok dia senyum-senyum kaya gitu sih?. Batin gracia yang melihat Shani sekarang berjalan keluar ke arah balkon kamar
Gracia yang selalu penasaran dengan orang yang hampir setiap malam nya menelfon Shani kini mengintip dari jendela.
Siapa orang yang udah buat kamu tertawa lepas seperti itu ci. Batin gracia yang menatap sedih ke arah Shani yang sedang tertawa dan terlihat begitu bahagia
Sekitar 10 menit gracia mengintip Shani, akhirnya Shani kembali masuk ke dalam. Dan Shani terkejut mendapati gracia berdiri di depan pintu balkon.
"Teflon dari siapa?" Tanya gracia yang sudah mulai terganggu dengan orang yang hampir setiap malam menghubungi kesayangannya itu
"Bukan urusan kamu, minggir!" Shani sedikit mendorong gracia, pelan dan tidak berniat untuk kasar
"Siapa bilang ini bukan urusan aku? Aku istri kamu ci, dan aku berhak untuk tau siapa orang yang hampir setiap malam telfonin kamu!" Gracia mulai habis kesabaran
Shani yang sudah kembali ke tempat tidur hanya menatap gracia yang masih berdiri di tempat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Lebih baik kamu tidur, gak perlu memikirkan siapa orang yang setiap malam menelfon ku. Karena aku gak akan buat kamu kecewa, aku bukan kamu gracia" Setelah berkata seperti itu Shani merebahkan tubuhnya dan memunggungi gracia yang masih berdiri di sana
Gracia akhirnya terduduk menangis, dan tentu saja Shani mendengarnya.
Maafin aku. Hanya itu yang terucap di hati Shani
°°
Keesokan harinya..
Chika yang baru saja keluar kelas bersama ketiga temannya tak sengaja bertemu dengan mira yang beda sekelas tapi sekarang mereka mulai berteman.
"Bareng dong keluarnya" Kata mira ke chika dan yang lain
"Boleh, btw lo dijemput atau pulang sendiri??" Tanya chika
"Dijemput, lo lo pada???"
"Gue sama yang lain juga dijemput kok" Jawab chika mewakili teman-temannya
Saat sampai di depan gerbang sekolah, mereka saling menunggu. Vivi sebagai orang pertama yang sudah dijemput, lalu disusul oniel dan mira. Sedangkan sisa nya tinggal chika bersama anaya yang tak kunjung dijemput.
"Ayah mu masih narik mungkin nay"
"Iya kali ya chik"
"Mau ditelfon?"
"Boleh deh" Lalu chika meminjamkan anaya handphone nya, setelah itu anaya menelfon pria di sebrang sana
Sambil menunggu anaya yang masih berusaha menelfon ayahnya. Chika yang melihat tukang telur gulung mendadak ingin membeli nya.
"Woy Bang beli lah" Kata chika yang sepertinya sudah terlihat akrab dengan abang-abang telur gulung tersebut
"Mau beli apa mau ngajak berantem sih neng, galak bener manggilnya" Si abang tertawa, begitu juga dengan chika
"Beli lah Bang, nih 10 rebu, pedes ya"
"Ashiap!"
Anaya yang sudah selesai menelfon ayahnya kini mengembalikan handphone itu ke chika.
"Nih Chik handphone nya, makasih ya"
"Sama-sama, btw ayah mu gimana, masih narik??" Tanya chika dan anaya mengangguk
"Masih, tapi sebentar lagi dateng kok"
"Oh gitu, eh btw mau telor gulung gak?? Aku beli banyak nih"
"Gak deh Chik makasih, aku masih kenyang"
"Oh gitu, oke deh"
Dan tak lama ayah anaya datang, anaya menghampiri pria tersebut.
"Yah, chika belum dijemput sama mama nya. Kita tunggu mama nya chika dateng dulu gpp kan??"
"Gpp, tapi jangan lama-lama ya sayang. Soalnya ayah musti narik lagi"
"Iya ayah gak akan lama kok"
"Yaudah kalo gitu ayah tunggu di depan sana ya"
Anaya mengangguk setelah itu kembali menghampiri chika yang masih menunggu telur gulungnya.
"Lah ngapain balik lagi?" Tanya chika
"Nungguin kamu dijemput dulu baru aku pulang" Jawab anaya
"Lho gak usah, sebentar lagi juga mama ku jemput. Nah tuh mama ku dateng, panjang umurnya dia" Kata chika yang menunjuk ke mobil sedan berwarna hitam di belakang anaya
Akhirnya telur gulung chika sudah jadi, chika pun pamit ke anaya.
"Hati-hati chik"
"Kamu juga hati-hati, bye"
"Bye" Balas anaya
Setelah itu anaya menghampiri ayah nya yang sudah dua kali memanggil anaya untuk mengajaknya pulang.
"Itu tadi siapa sayang??" Tanya gracia ke chika yang sedang asik mengunyah telur gulung bersama Christy
"Oh itu anaya, temen pertama kakak di sekolah ma. Dari awal mos sama dia terus tuh, waktu itu kan kakak udah cerita ke mama"
"Haha maaf mama lupa"
"Anaknya baik lho ma, tapi sayang dia gak seberuntung aku yang punya orang tua sekaya mama dan mami" Kata chika
"Ya kan nasib seseorang itu beda-beda sayang, maka nya kamu harus banyak-banyak bersyukur sama apa yang kamu miliki sekarang"
"Iya ma kakak tau, maka nya aku banyak belajar dari dia. Mulai dari berhemat dan suka menabung"
Gracia tersenyum mendengarnya
"Adek juga ya belajar seperti kak chika"
"Iya ma siap!"
⏩⏩⏩