Bunyi pukulan terdengar mengelilingi ruangan. Semakin kuat bunyi yang ada maka semakin kuat tubuh orang itu. Dia menendang samsak itu kuat hingga sebuah lubang muncul dan membuat pasir yang ada keluar dari tempatnya.
Rambut hitam yang terikat bagaikan ekor kuda itu menghentikan kegiatannya ketika menemukan seseorang yang sudah lama dia tidak lihat. Bagai emas yang menyilaukan dan bagai anggur yang memabukan. Orang itu tersenyum melihat ke arahnya.
"Sudah kembali ke Jepang? Selamat datang," ucap [Name] menyambut orang itu.
"Tidak berubah, dingin bagaikan kutub utara," ucap pria itu duduk di sebuah bangku.
"Aku hanya seperti ini jika bersama orang sepertimu, Papa," ucap [Name] menatap tajam ke arah sang ayah.
Pria tua itu tersenyum kemudian mengangguk. Hanya orang sepertinya yang menerima hal buruk seperti ini bahkan dari anaknya sendiri dia pantas menerima perlakuan seperti itu.
"Ibumu mungkin akan bangga jika melihatmu namun dia juga akan marah ketika mengetahui bahwa kau melakukan hal seperti ini," ucap James kepada sang anak.
"Ibu ya... tapi karena dia juga aku bisa melakukan ini, hanya cara saja yang salah," ucap [Name] mengambil botol minumnya. "Cara aku menggunakan ilmu yang dia ajarkan."
Seorang pelayan membawakan sebuah kotak kayu. Apa lagi yang dia bawakan, pikir [Name] ketika melihat kotak kayu itu.
"Jika sebuah saham... jangan berikan kepadaku, saat ini waktunya aku belajar dan menerima kehidupan layak anak smp atau sma, bukan berbisnis," ucap [Name] menatap sinis ke arah ayahnya.
"Kau yakin tidak mau? Ini benda bagus loh, sebuah cambuk," ucap James tersenyum sambil membuka kotak kayu tersebut.
[Name] memang tidak menunjukan rasa tertarik namun gadis itu sebenarnya sangat penasaran dengan cambuk yang ayahnya katakan. James yang paham dengan rasa penasaran anaknya walau dia tidak menunjukan itu langsung membuka kotak tersebut.
Sebuah cambuk yang terbuat dari benang perak. [Name] ingin sekali memegangnya, bukan [Name] namun iblis dalam dirinya ingin sekali memegangnya kemudiannya mengayunkannya. [Name] berusaha menahan hasrat itu keluar dan memutar bola matanya malas kemudian meneguk minumannya.
"Kau berusaha mengendalikannya? Iyakan?" Tanya James kepada [Name].
"Aku selalu mengendalikannya, selalu berusaha," ucap [Name] tanpa menatap James.
"Apa kau sanggup menahan dia sampai kematianmu?" Tanya James lagi, dia sedang memastikan sesuatu.
"Sampai mati ya? Tidak tahu, tidak pernah terpikirkan," jawab [Name] seadanya.
"Bagaimana kau bisa bertahan sampai mati dengan iblis itu jika kau bergabung dengan geng brandalan, seperti yang ayahmu ini lakukan?"
[Name] terdiam mendengar itu. Benar, iblis mana yang akan selamanya terkurung jika banyak celah membuatnya dapat keluar begitu saja. [Name] tersenyum kecil kemudian berbalik melihat ayahnya.
"Ibu selalu bilang padaku bahwa dia akan melindungiku maka iblis sepertinya akan kalah dengan kehadiran Ibu," ucap [Name] kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan sang ayah. "Lagian mana ada iblis yang berani sama malaikat, oh aku lupa ayah saja iblis yang jatuh cinta dengan malaikat."
[Name] mengambil handuk yang pelayan berikan. Menghilangkan keringatnya yang keluar kulit tan yang indah untuk di pandang. Dia memutuskan keluar untuk menemui Mikey dan Draken karena hari ini adalah hari pelantikan Kisaki Tetta.
"AARGGHH!! Kenapa Keichan tidak bisa ikut sih!!" Teriak [Name] frustasi karena tukang ojek, ralat calon suaminya di masa depan tidak bisa datang dan menjemput gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/280963571-288-k18765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona [Tokyo Revengers x Fem!Readers]
FanfictionKetika kau mengetahui masa depan, apa yang kau lakukan? Pasti mengubahnya, iyakan? Hal tersebut sama dengan yang [Name] lakukan. Dia berusaha mengubah masa depan yang dia lihat. Berawal dari Ibunya yang meninggal akibat serangan preman bawah tanah...