41.

97 14 0
                                    

[Name] sedang bersiap untuk menghadiri acara sekolah Shinosuke. Ini adalah pertama kalinya [Name] menghadiri acara sekolah anak-anaknya. Karena alasan kesehatan Keisuke selalu melarang [Name] dan membuat pria itu menggantikan tugasnya.

Namun sekarang [Name] akan menjalankan tugasnya. Dia tidak ingin mengurung dirinya dan merasa bersalah karena dia sudah mulai menerimanya, menerima keadaan di mana dunia ini berjalan dengan semestinya.

Wanita itu hanya menuntun dan bukan mengubah karena dia sadar jika perubahan yang besar bisa saja membawa bencana. [Name] hanya perlu menuntun setiap orang yang dia kenal walau kesadarannya yang menjadi taruhannya namun wanita itu tetap melakukannya.

"Ibu! Ayok cepat!" Teriak Shinosuke tidak sabar.

"Iya, iya," [Name] melihat ke arah Emma, "Tolong jaga Tsuki selama aku tidak ada, kami berangkat."

"HATI-HATI DI JALAN!!"

Keduanya berjalan keluar dan menuju area parkir di rumah tersebut. Seorang supir dan sebuah mobil sudah siap untuk mereka gunakan. [name] menyuruh Shinosuke untuk masuk lebih dulu baru setelahnya wanita itu.

"Ibu, aku senang ketika kau ingin keluar tanpa Ayah, aku senang kau menjadi lebih berani," ucap Shinosuke terlihat senang.

"Benarkah? Jika begitu maka aku akan melakukan hal seperti ini lagi dan lagi," ucap [name] tersenyum ke arah sang anak.

Shinosuke memalingkan wajahnya. "Benar kata Ayah dan Papa, senyum milik Ibu berdamage," ucap Shinosuke membuat [Name] tertawa.

Wanita itu merasa bahwa kedua anaknya semakin mirip dengan ayah mereka. Entah dari sifat atau wajah, mereka mirip namun yang berbeda adalah ambisi, ambisi mereka tidak seperti ayah mereka.

Keduanya sama sekali tidak berambisi untuk menjadi brandalan dan memilih menjadi anak yang diam di rumah dan belajar dengan giat. [Name] selalu memperhatikan keduanya dari jauh.

"Ibu, katanya paman Izana bakalan kembali ke Jepang, perusahaan di Filipina sudah bisa dia tinggalkan," ucap Shinosuke.

"Apa kau senang?" Tanya [Name].

"Tentu! Paman Izana soalnya sudah berjanji akan membawakan oleh-oleh yang banyak, dia juga senang ketika tahu Ibu sudah bisa melangkahkan kaki keluar, m-maksudku seperti Ibu sudah berani dan tidak butuh Ayah untuk mendampingi," ucap Shinosuke menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

[Name] mengelus kepala putranya. Anak pertamanya ini selalu menjelaskan apapun yang dia ketahui dan [Name] suka dengan sikap Shinosuke yang seperti ini, seperti melihat Mikey versi Shinichiro. Wajahnya jelas Mikey sekali namun sikapnya terlihat seperti Shinichiro.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai ke sekolah Shinosuke. Banyak murid-murid yang membawa orang tua mereka karena memang acaranya diadakan untuk seluruh kelas jadi jelas kalau sekolah tersebut terlihat ramai.

"Oh Ibu, di sana," Shinosuke menunjuk segerombolan anak, "Kita harus di sana karena itu kelasku."

[Name] mengangguk mengerti dan mengikuti langkah putra pertamanya. Semua orang tua berjalan di belakang anak-anak kemudian mereka diarahkan ke sebuah aula, tempat anak-anak akan tampil.

[Name] duduk paling depan untuk melihat penampilkan Shinosuke dan karena permintaan sang anak yang ingin [Name] berada di depan. [Name] tentu tidak keberatan dengan permintaan Shinosuke bahkan demi duduk di depan [Name] rela menyerobot Ibu-ibu lain.

Penampilan yang diadakan tidak jauh dari cerita rakyat Jepang namun dengan pembawan yang lucu karena mereka masih anak-anak. Shinosuke memiliki peran antagonis namun jelas di mata para orang tua di sana anak pertama [Name] terlihat lucu.

Persona [Tokyo Revengers x Fem!Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang