SUARA ricuh siswa-siswi terdengar amat menggema di tengah lapangan luar. Sebab ada sebuah kucing bersama tiga anaknya yang masih bayi.
Lima menit awal, banyak murid berkerumun membentuk lingkaran untuk melihat kucing itu. Aku berjinjit kepo, lantas menepuk pundak Laura yang masih fokus pada ponsel genggamnya.
"Lau, itu kenapa? Ada yang bertengkar, ya?" tanyaku sambil terus menepuk pundak Laura.
Gadis itu kini mengangkat kepalanya, "apa sih, lagi liatin orang ganteng di instagram malah suruh liatin orang berantem."
Aku menyengir tidak bersalah lantas menujuk kerumunan itu. Laura mengikuti arah tanganku lantas berjalan pelan menuju kerumunan yang mulai menipis.
Beberapa murid telah menyelesaikan misi ke kepoan mereka setelah melihat apa yang terjadi, dan mereka mulai bubar secara perlahan menuju kantin.
Laura sedikit mendesul masuk, gadis itu mengucap permisi tanpa lupa. Aku mengekori Laura yang lebih tinggi dariku beberapa senti. Aku berjinjit dan menemukan tiga ekor bayi kucing yang sangat amat menggemaskan. Aku pecinta kucing, dan itu menjadi salah satu alasannya.
Mataku langsung berbinar melihat kucing dengan bulu putih bercampur totol oren.
Lantas mataku tertuju pada sosok ibu dari tiga anak kucing itu, bukunya sama sama putih namun dengan corak abu-abu. Tidak kalah menggemaskan. Hatiku langsung meleleh saat itu juga.
Laura menjawil ku dengan tidak sabar, "udah, yuk? Ke kantin aja, aku lapar."
Aku menggeleng dan mengusirnya, "kamu aja sana, aku masih mau disini. Kucingnya lucu." Aku kembali membelai lembut bulu kucing beranak tiga tersebut.
Laura mendecak kesal, namun dia tidak marah padaku. "Bener, ya? Aku ke kantin dulu. Udah ijin, nih!"
Aku mengangguk sekali lagi tanpa menatap Laura, "iya sana, pergi aja."
Laura pun meninggalkan ku begitu saja, menghilang di balik kerumunan yang makin menipis.
Andai aku diperbolehkan untuk memelihara seekor kucing, sudah pasti akan ku rawat sedemikian rupa. Sayangnya mama dan papa begitu keras.
🕊
Laura berjalan lesu menuju kantin. Gadis itu menggaruk kulit kepalanya yang gatal akibat keringat. Panas matahari di lapangan tadi tidak bisa untuk tidak membuat Laura berkeringat.
Mata gadis itu menjelajah kantin, mencoba mencari sosok yang mungkin dia kenali.
Tring~~
Tampaknya Evan sedang duduk sendirian di meja ujung kantin. Laura dengan segera menghampiri laki-laki itu lantas menyapanya. "Van, aku duduk di sini, boleh?"
Evan mengangguk tanpa menatap Laura.
Laura pun bergegas meninggalkan botol minumnya di meja dan pergi menuju kios yang menjual bakso.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, perempuan itu kembali dengan semangkuk bakso yang masih mengeluarkan asap.
Laura duduk tepat didepan Evan. "Duduk di sini, ga ada yang cemburu, kan?" tanyanya jenaka.
Evan menggeleng, "orang ga ada pacar."
"Makanya cari," celetuk Laura dengan enteng sambil menuangkan merica pada kuah baksonya.
"Doi ga peka, malah jadian sama cowo lain," Evan merotasikan bola matanya kesal. Ponselnya dia kunci kembali lantas ditaruhnya di atas meja kantin.
Laura tertawa, "terus? Kalo ga sama Gracia, kamu mau sama siapa? Sama Lavender aja, sana. Kasian tau, dia tuh di PHP terus sama Aron."
Evan menghela nafas, "iya, mana cakep gitu kok di sia-siain. Tapi sebenarnya aku juga suka sama Lala, kamu ga usah bilang."
Laura mendelik, batal menyuapkan sesendok bakso pertamanya. "Dih, maruk. Mana enteng banget ngomongnya."
Evan tertawa brutal, "kamu juga mau aja di bohongin. Tipe cowo setia, Lau."
Laura mengendikkan bahu tidak peduli. "Tiati ntar naksir beneran sama Lala."
Evan mengangguk, meremehkan ucapan Laura. Toh, sampai kapan pun Evan tidak kan berpaling dari Gracia (gebetannya sejak SD).
"Oh ya, yang lain dimana? Kok ga kelihatan?" tanya Evan melirik ke sekitar kantin, namun tidak menemukan anggota lain.
"Ini bakso enak banget," potong Laura, melenceng dari topik utama.
Evan menatap datar gadis yang masih sibuk dengan baksonya. "Kamu tuh ditanya apa, jawabnya apa."
"Hehe, Lala lagi liat kucing."
"Kucing?" Evan memiringkan kepalanya, "dimana?"
"Lapangan. Kucing baru lahiran seminggu lalu kayaknya, ada anaknya tiga. Biasalah, bucin kucing."
Evan mengangguk lantas pergi mengembalikan mangkok baksonya pada kios tempat dia membeli.
Laura menatap kepergian Evan, lantas bergumam, "ganteng sih, tapi naksirnya sama cewe orang."
🕊
Evan ganteng deh, mau di jodohin sama siapa? 😙Kalo di kehidupan nyata, si Evan mah sama...
EHEHEH, SPOILER GARIS KERAS DONG, SAMPE KE KISAH NYATANYA 🦖
(Ini ngomongin Evan di kehidupan nyata, bukan Jaemin 😭🙏🏻)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender's diary
Teen Fiction[TAMAT - Part masih lengkap] "𝐃𝐮𝐥𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐛𝐢𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭, 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐒𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁�...