SENYUMAN di wajahku tidak tampak sejak pagi ini. Sebabnya Aron tidak hadir di kelas, bahkan dia tidak memberiku kabar sedikit pun.
Niat hatiku adalah untuk menjawab pertanyaan Aron kemarin. Aku mau, aku mau menuliskan memori baru dengan Aron.
Aku berjalan menuju parkiran, berusaha mencari mobil Jonathan. Kami bertiga berjanjian untuk pulang bersama setelah selesai dan pergi makan gado-gado legendaris.
"BIASA SA CINGA SATU SA PINTA
JANGAN TERLALU MENGEKANG RASA
KARENA KALAU SA SU BILANG
SA TRAKAN BERPINDAH KARENA SU SAYANG."
Suara cempreng dan nyaring Laura juga Jonathan terdengar begitu menganggu telinga. Namun aku sudah biasa.
Tanganku menjelajah ponsel, membuka ruang obrolanku dengan Aron yang belum dia baca sejak tadi pagi. Pesan yang bertuliskan "dimana kamu?" atau "kamu ga kuliah hari ini? Kok ga ada kabar?" atau semacamnya.
Wajahku tampak kusut dan panik. Namun dua insan di kursi depan masih belum menyadarinya karena terlalu asik bernyanyi.
"LA! NYANYI LA!" teriak Laura dengan antusias. Aku tidak merespon, sehingga Laura menoleh kebelakang, "La, kamu gapapa?"
Aku menggeleng. Tiba-tiba sama pesan masuk kedalam ponselku. Pesan dari Aron!
Aku bahagia bukan main. Segera ku buka ruang obrolan kami dengan senyuman sumringah.
Namun wajahku langsung kembali masam setelah membaca pesan Aron. Bahkan lebih parah. Pikiranku begitu kacau saat mengetikan balasan.
Tanganku begitu lemas saat mengetikkan balasan sehingga ada banyak salah ketik. Pikiranku begitu kalut, bahkan untuk membuka mulut saja susah."A-ayo ke rumah sakit Arizona, Jo!" ujarku panik pada Jonathan sambil memukul pundak laki-laki tersebut secara terus menerus tanpa henti sampai Joanthan menjalankan mobilnya.
"Ngapain?" Jonathan yang bingung hanya bisa bertanya.
"Jangan banyak tanya!" Air mataku sudah begitu penuh, hanya dalam satu ketipan mata, dua tetes air mataku tumpah dari masing-masing mata.
"La, kamu kenapa?" tanya Laura panik.
"A-aron! Dia masuk ru-rumah sakit. Hampir ga se-selamat," tangisanku pecah saat mengucapkan itu. Wajahku tertunduk, bersembunyi diantara lipatan tanganku diatas kursi mobil depan.
Laura dan Jonathan saling melempar pandangan dengan panik. "Buruan jalan woi! Bodo!"
Mobil yang dikendarai Joanthan melaju dengan kecepatan dewa, beberapa klakson kendaraan berkoar-koar menanggapinya.
Aku tidak perduli tentang itu. Yang paling penting adalah, aku bisa bertemu Aron, segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender's diary
Roman pour Adolescents[TAMAT - Part masih lengkap] "𝐃𝐮𝐥𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐛𝐢𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭, 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐒𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁�...