MINGGU ini rencana Lia untuk rebahan diatas kasur terpaksa kandas ketika tante Salma (mama Lia) mengajaknya pergi entah kemana.
Lia mendesah, malas untuk pergi. Enam hari dalam seminggu dia pakai untuk belajar kebanyakannya. Dan pada hari Minggu kenapa harus pergi menemani mamanya? Kenapa tidak bisa tidur saja di rumah?
Mobil hitam kecil Lia berhenti di sebuah rumah dalam perumahan. Lia dan mamanya sama-sama menekan tombol untuk membuka sabuk pengaman. "Mama ga bilang lalu mau perginya ke rumah Jonathan."
Tante Salma tersenyum, "ngapain juga mama bilang sama kamu, ga penting, kan?"
Lia hanya tersenyum simpul sebelum keluar
dari mobil.Mereka berjalan menaiki tangga kecil taman sebelum mengetuk rumah Jonathan.
Lante Lilis, mama Jonathan, yang membukannya. Wanita paruh baya itu tampak sangat galak dengan alis yang di gambar tebal dan runcing. Namun wajah galaknya itu tidak sepenuhnya melambangkan tante Lilis. Maksudku, tante Lilis memang galak, tapi dia sangat penyayang dan harmonis.
Kembali pada Lia, gadis itu menatap datar tante Lilis. Memang susah berekspresi. Lia baru akan banyak ekspresi (lebih kearah salah tingkah) kalau dihadapkan dengan Jonathan.
"Loh, Lia ikut? Kok kamu ga bilang, Sal?" tanya tante Lilis. Tante Salma hanya terkekeh sejenak, "lupa kabarin, Lis."
Tante Salma dan tante Lilis itu dekat. Mereka kerap pergi berdua, entah untuk berbelanja, menghibur diri, atau untuk keperluan lainnya.
Ya begitu lah, mama Jonathan lebih dekat dengan mama Lia, namun anak itu malah dekatnya dengan Laura.
"Masuk. Lia, mau tante panggilin si Jonathan?" tanya tante Lilis ramah. Lia mengangguk kaku sekaligus malu-malu kucing.
Membayangkan bagaimana nanti dia akan berdua dengan Jonathan saja membuat hatinya hampir melecos saking gugupnya.
"JONATHAN! TURUN!" teriak tante Lilis dadakan membuat Lia sedikit kaget.
Tante Lilis membawa mereka ke dapur rumah yang cukup luas dengan perlengkapan masak lengkap. Tante Lilis itu ibu rumah tangga yang sangat suka memasak dan kuliner. Jadi tidak heran jika dapurnya begitu.
Jonathan turun menghampiri mereka dengan balutan kaus hitam oblong juga celana kolor putih. Tampak sangat tampan dengan pakaian itu, hati Lia tidak kuat.
Rambut Jonathan yang tampak begitu lembut juga mengambil atensi Lia, membuat gadis itu sangat ingin memainkannya.
Jonathan menghampiri sang bunda yang kini telah kalah tingginya sebanyak belasan senti. "Kenapa, ma?" tanya Jonathan dengan wajah datar.
Jonathan melirik kearah tante Salma lantar menunduk kecil untuk memberi salam.
"Kamu temenin Lia, mama mau kasi tau tante Salma resep baru sebentar."
Jonathan tersenyum ke arah Lia dengan ramah. "Mau nunggu dimana? Ruang tamu, ya?" usul laki itu sambil berjalan didepan Lia menuju ruang tamu yang tidak jauh dari dapur.
"Duduk, Li."
Lia pun duduk di kursi bagian tengah, bersamaan dengan Jonathan yang duduk di kursi bagian kanan.
"Mau aku ambilin camilan, ga?" tawar Jonathan dengan ramah. Saking ramah dan baiknya, Lia sampai dibuat baper berkali-kali lipat tanpa sadar.
"E-eh, ga usah. Kamu di sini aja. Maksud aku ga usah ambil camilan gapapa."
Jonathan tertawa kecil, lantas bertanya, "sekolah baru kamu gimana? Udah ada temen baru?"
Lia tampak berpikir sejenak. "Baik si sekolah barunya. Gurunya ramah walau ada yang galak banget! Kalau temen sih, ada kok di sekolah baru. Baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender's diary
Roman pour Adolescents[TAMAT - Part masih lengkap] "𝐃𝐮𝐥𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐛𝐢𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭, 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐒𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁�...