Chapter 48 ☀︎ Kamu mau?

58 7 2
                                    

By the way to the bus way, cerita ini tuh ada IGnya oii 🤩

Ada beberapa update dari para cast, jarang tapi seru

Biasanya yang sering update itu Laura terus disahutin sama Jonathan, sisanya kemana author jg ga tau 😢

Biasanya yang sering update itu Laura terus disahutin sama Jonathan, sisanya kemana author jg ga tau 😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ituu, ayo di pollow kalo minat 🥸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ituu, ayo di pollow kalo minat 🥸

Terus ini link buat masuk GC tele/ link instagram https://msha.ke/jdyu

•••

PERUTKU langsung bergetar hebat di beberapa menit terakhir jam kuliah hari ini.

Aron yang duduk di sebelahku langsung menoleh. Mukaku seketika berubah menjadi merah ceri. Tentu aku malu! Aron bisa mendengarnya kah? Astaga, kirim aku ke Mars, tolong!

Mengingat pertemuan kami dan kembalinya hubungan pertemanan kami, membuat aku dan Aron kini duduk bersebelahan.

Sebenarnya sedikit canggung. Namun aku terus mengingat perkataan Laura, "rasa canggung itu sebenernya kita sendiri yang buat, La. Kalau kamu memang ga berpikiran kalau kalian dalam situasi canggung, itu ga akan ada masalah."

Ditambah perilaku Aron yang sudah berubah sejak dua tahun lalu. Masih menjadi tanda tanya besar bagiku, tapi untuk apa pula aku terus memikirkannya? Toh, Aron sekarang sudah baik.

Setelah dosen kami keluar, Aron dan aku bergegas keluar dari ruang kelas dengan segera.

Kami berjalan cepat menuju kantin, sedangkan jarum jam tangan kami terus berputar dan hampir menunjukkan pukul setelah lima sore.

Kantin sore ini begitu ramai karena perut para mahasiswa-mahasiswi juga tidak dapat jauh-jauh dari kata lapar.

Aku membuang nafas kecewa. Sedangkan Aron, dia menggaruk kulit kepalanya dengan bingung.

Ide cemerlang muncul di otak Aron, membuat laki-laki tersebut segera menepuk pundakku dan memberi usul, "ke pantai aja, mau?"

Aku mengangkat alis bingung. "Pantai?"

Lavender's diaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang