BEBERAPA hari berlalu dengan begitu cepat. Aku pun marah saat mengingat Laura sekelas lagi denganku untuk tahun ini. Kenapa tidak dipisah saja? Kalau mengetahui akan ada kejadian seperti ini di awal tahun pembelajaran baru, aku tidak akan pernah berharap untuk satu kelas dengan Laura.
Gadis itu hilang entah kemana siang ini, aku juga tidak peduli.
Beberapa kali Evan menghampiriku dan memberitahui beberapa kalimat seperti seorang penasehat. Ya, kalian pasti bisa menebak apa yang aku lakukan. Aku menolaknya, bahkan tidak segan mengusirnya. Dia cerewet.
Akhir-akhir ini aku berusaha mengumpulkan fokus ku kembali agar tidak tertinggal materi.
Waktu berjalan dengan begitu cepat, aku kembali ke rumah lebih awal untuk menghindari beberapa orang seperti Laura dan Evan contohnya.
Akhir-akhir ini pula aku selalu sendirian. Aku tidak tau dengan geng kami sekarang. Aron tampaknya sudah tidak bersama kami lagi, dia selalu pergi sendiri atau kadang bersama teman barunya. Lia juga terlalu sibuk dengan sekolah barunya sehingga melupakan kami.
Jonathan dan Laura masih berteman, walau aku tidak tau dengan jelas, namun aku bisa jamin untuk yang ini.
Bisa saja geng kami hanya tersisa setengah saat ini, Laura, Jonathan dan Evan.
Aku memasuki kamarku yang ber nuasa ungu itu. Aku melempar kecil tas ku yang terasa amat berat ke atas kursi belajar. Aku menghela nafas dalam sebelum mengeluarkan latihan soal mat yang di berikan guru tadi. Totalnya sekitar lima puluh soal, dengan batas waktu pengumpulan minggu depan.
Aku tidak keberatan dengan soal soal bejibun itu, setidaknya aku ada alasan untuk sibuk.
Aku mengganti pakaian sekolahku yang begitu mengerahkan, dan menggantinya dengan kaus rumah yang santai.
Tanganku mulai membuka tutup bolpoin dan mataku menjelajah latihan soal itu. Membaca pertanyaan pertama dengan saksama membuat otakku kembali hidup.
Aku membuka catatan rumus yang selama ini aku simpan di dalam buku kecil berwarna ungu.
Aku mencocokkan rumus dan pertanyaan itu lantas menghasilkan jawaban. Aku tidak menggunakan kalkulator, kertas bekas yang menjadi tempatku menemukan angka jawaban.
Waktu terasa begitu cepat tanpa aku sadari. Soal matematika ku telah selesai lima belas nomor. Aku meregangkan ototku.
Aku memutuskan untuk berhenti sejenak. Disana masih tertata rapi dua bingkai. Pertama bingkai fotoku dengan Aron, satunya lagi bingkai foto geng kami pada tahun 2012 silam.
Hari ini mama papa pergi dinas keluar kota, menyisakan aku dan Laurencia. Sekitar tiga hari kedepan mereka baru akan pulang.
Ponselku menyala, menampilkan sebuah notifikasi pesan. Aku mengambil ponsel itu dengan perlahan, lantas membuka pesan yang baru aku terima itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender's diary
أدب المراهقين[TAMAT - Part masih lengkap] "𝐃𝐮𝐥𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐛𝐢𝐫𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐧𝐝𝐞𝐫𝐣𝐨𝐲 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭, 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐒𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁�...