Toko kelontong milik mas Ar kian ramai setiap hari, alhamdulillah kami bisa mengumpulkan uang hampir tujuh juta dalam satu bulan ini. Mas Ar tidak pernah meminta uang yang disimpannya padaku. Aku juga tidak punya rencana untuk uang itu, takut akan kecewa seperti dulu. Ketika dia bilang akan melanjutkan pembangunan rumah kami dengan uang itu, aku diam saja. Pernah berpikir, aku ingin membangun sendiri rumah itu tapi karena uangku juga belum cukup makanya stuck saja dulu.
"Siang ini aku tidak pulang ya, aku jenguk ibu."
"Iya."
Akhir-akhir ini mas Ar selalu jujur kemanapun dan apapun yang dilakukannya.
"Sore aku pulang cepat, kita makan di luar."
Aku mengangguk. Keysa juga sedang libur, setidaknya aku punya teman di rumah.
Mas Ar selalu sendiri menjenguk ibu. Tidak mengajakku lagi karena tahu aku tidak ingin bertemu dengan ibunya. Yeni juga sudah jarang datang ke rumah kecuali sangat penting. Dua kali hadir di persidangan dengan berani memuluskan vonis hakim.
Ketika mas Ar sudah berangkat, aku juga bersiap untuk membereskan rumah. Saat itu Keysa yang baru masuk lewat pintu belakang, mengatakan ingin menjenguk neneknya ke penjara.
"Tumben, Key."
"Key mau lihat tempat tinggal nenek yang baru."
"Nanti Mama telepon papa biar jemput kamu."
Keysa menggeleng. "Key engga mau ketemu, mau lihat tempatnya saja."
Oh. "Besok atau kapan?"
"Sekarang, bisa?"
Karena cuma lihat tempatnya saja tidak masalah. "Baiklah. Tunggu Mama beresan."
Key tersenyum. Mungkin Key penasaran, atau bisa jadi ingin memastikan keadaan neneknya. Entahlah.
Jam sepuluh kami berangkat dan Key tak henti bertanya tempatnya saat kami tak kunjung sampai.
"Kata orang penjara itu seram, Ma?"
"Lumayan. Namanya saja tempat hukuman untuk orang jahat. Makanya Key jangan jahat."
"Key enggak jahat."
Senyumku terbit. Key anak baik, tidak pernah membantah tidak juga cengeng.
"Itu bukan Ma?"
"Iya. Key enggak mau masuk?"
Anakku menggeleng. "Tinggi ya Ma. Ada kawat duri juga."
Memarkir mobil di pinggir jalan, aku membuka kaca mobil agar Key bisa melihat tempat tinggal neneknya.
"Nenek dikasih makan?"
"Iya." walaupun tidak sama seperti makanan di luar.
"Pasti capek tukang masaknya, kan nenek enggak bisa makan sembarangan."
"Di penjara tidak bisa pilih makanan, Key. Lauknya sama semua." untung-untung dikasih nasi, kalau enggak kebayang dong gimana.
"Kasihan ya Ma. Harusnya nenek enggak bikin salah, kan enggak bisa makan enak lagi."
Anak kecil saja tahu, tidak ada manfaat melakukan kesalahan. Selain merugikan orang lain, diri sendiri juga akan menanggung sakit. Seperti ibu mertuaku contohnya.
Key masih belum ingin pulang, dan memutuskan turun dari mobil. Melihat lebih dekat sepertinya akan memuaskannya.
"Ramai di dalam Ma?"
"Iya." setahuku penjara selalu ramai. "Ada saja orang melakukan kesalahan, dan akan dimasukkan ke sini."
"Lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku selingkuh punya alasan Mas
Romance"Ibu terus yang kamu pikirin Mas!" "Kamu tidak kekurangan apapun kan?" "Aku menyerahkan posisi itu untukmu karena aku tahu Mas yang wajib mencari nafkah!" Mas Armada menatap tajam ke arahku. "Ini pertama kali ibu minta bantuan, Dis."