24

830 26 2
                                    

"Temui saya sebelum pulang nanti."

Aku mengangguk hormat. Berpapasan di kantin saat jam makan siang dengan mas Endru setelah tadi malam ia mendengarkan pembicaraanku dengan mas Ar dan pamit tepat usai melihatku gamang. Oke, aku tidak akan menutupi lagi toh dia sudah tahu semua. Bukan juga aku akan mengatakan detail kejadian dalam rumah tanggaku.

Mas Ar memintaku bekerja seperti biasa, dia akan beristirahat di apartemen sampai aku pulang nanti. Sebelum berangkat aku sudah memasak, pulang nanti aku ingin membeli suplemen untuknya. Keadaannya belum benar-benar pulih.

Seharian ini, aku cukup sering mengirim pesan sekadar bertanya dia lagi apa, bosan apa enggak karena jika menelepon saat jam bekerja akan tidak baik. Profesional saja, lagi pula mas Ar membalas pesanku.

Walaupun dia datang untuk meluruskan perihal foto di status WA mba Fatiah, aku senang. Kami tidur sambil berpelukan menangis bersama tanpa bertengkar. Jujur, aku sendiri sudah lupa kapan terakhir kami tidur d dengan nyaman seperti itu. 

Senyumku enggan hilang, apalagi saat ingat kejadian tadi subuh. Keysa yang heboh mendapatkan papanya di kamar. Akhirnya kami tidur bertiga selama satu jam. Sempat bertanya dalam hati, seperti ini kan rumah tangga yang normal?

"Mas memanggilku?" 

Dengan isyarat telunjuk mas Endru menyuruhku duduk. Sepertinya dia sedang meeting online karena aku mendengar seseorang berbicara dalam bahasa inggris.

Selama menunggunya aku mengirim pesan untuk mas Ar mengabarkan bahwa aku sedikit terlambat. Last seen satu jam lalu, mungkin mas Ar tidur.  

Sepuluh menit berlalu, suara mas Endru menyapaku. "Siapa?"

"Mas Ar," sahutku. Mengabaikan sejenak raut dinginnya, aku bertanya. "Ada yang ingin Mas bicarakan?"

Mas Endru duduk berhadapan denganku dibatasi meja panjang.

"Belum ada info dari kepala staf, saya mau kamu bersiap untuk menghadiri konferensi Dubai."

Aku pernah mendengar dari mba Sella, tapi aku tidak tahu lengkapnya. "Kenapa harus aku?" 

"Saya memberikan akses agar kamu belajar lebih banyak. Besar kemungkinan kamu dipromosikan."

Oh. "Aku akan memikirkannya."

Mas Endru menatapku tajam. "Kamu tidak lupa membuat hidupmu berkualitas kan?"

Kenapa dia menyinggung hal itu? "Tidak. Semangatku masih sama." karena berpikir Keysa, siapa yang mengurusnya kalau aku pergi ke sana? "Akan kuberikan jawabannya."

Mas Endru tidak menyanggah lagi. 

"Aku pulang dulu. Keysa pasti sudah menunggu."

"Hati-hati." 

Aku tersenyum dan keluar dari ruangannya. Menjemput Keysa, singgah di apotik dan membeli makan malam. Ah tidak, apakah aku harus mengajak mas Ar makan malam di luar? Aku bahagia hanya memikirkannya.

"Sudah keluar?"

Mendengar suara yang amat kukenali, reflek aku menoleh. Mas Ar. Setengah berlari aku menghampirinya. "Mas senang bikin kejutan ya?"

"Tidak apa aku datang ke sini?"

"Ya enggak lah," sahutku dengan tersenyum. Melihat uluran tangannya aku menyambut dan kami berjalan keluar dari area perusahaan.

"Mas minta taksi menunggu, kita jemput Keysa dulu ya?"

Aku mengangguk. Saat bahagia seperti ini aku tak lupa setiap bahagia pasti ada tangisan diakhir. Mensyukuri tanpa ingin berprasangka pada rencana Tuhan. Waspada adalah trik agar aku tidak lebur pada kesakitan karena akhir-akhir ini aku sering mengalaminya.

Aku selingkuh punya alasan MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang