Berawal dari saling follow di Instagram, Takanael memutuskan membuat perjanjian dengan Navara. Tentunya itu bukanlah kesepakatan yang hanya menguntungkan salah satu pihak, melainkan keduanya.
Dari sekadar basa-basi menanyakan apa kesibukan sekarang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo! Apa kabar semua? Pada sehat kan? Aku berharap sehat selalu yaaa.
Jangan bosan baca cerita aku yupss^^
Selamat pagi, siang, sore, malam. Alangkah baiknya jika berkunjung ke sini, jangan lupa tinggalkan jejak ☺
Vote bintang yang di pojok kiri bawah. Komen yang banyak juga boleh banget kok.
Happy reading and enjoy! •••
"Va..."
"Va... Vava..."
"Va!"
"Lo manggil siapa?" Navara mendekati Takanael yang terlihat seperti orang kebingungan.
Daritadi Takanael berjalan mondar mandir dari ruang tamu - ruang tengah - tempat cuci - halaman belakang. Navara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan cowok itu. Helaan nafas Navara sebagai tanda bahwa ia yang melihatnya saja lelah.
"Anggep aja panggilan sayang dari gue." Takanael mencolek pipi Navara. "Va, lo liat baju yang di keranjang kotor gak? Masa tiba-tiba ilang semua. Kemarin sebelum gue ngampus masih ada." Mata Takanael masih sibuk mencari ke setiap sudut ruangan.
"Oh... itu? Ada di kamar yang lo sediain buat gue. Bajunya belum sempet gue setrika. Gak nemu setrikaannya dimana," jawab Navara santai sambil menikmati es krim di tangannya.
Mata Takanael membulat sempurna lalu tangannya memegang kedua pundak Navara. "LO NYUCI BAJU?!"
Teriakan Takanael membuat Navara sempat memejam sesaat. Ia melepaskan tangan cowok itu dari pundaknya lalu mundur selangkah. Navara mengangguk sebagai jawaban.
"Lo ngapain nyuci baju Navara?! Gue itu bikin perjanjian sama lo sebagai pacar bukan asisten rumah tangga!" Takanael berteriak lagi sambil mengacak rambutnya. Ia terlihat frustasi dan gregetan sendiri.
"Emang kenapa? Gue gak masalah kok. Kemarin pas lo pergi, jadi gabut banget, Ka. Yota langsung tidur abis makan. Jadi ya... yaudah deh gue nyuci aja." Navara menatap sekeliling ruangan tengah. "Setrikaan dimana sih?"
"Navara gak usah!"
"Gakpapa, Taka. Santai aja sama gue. Jangan teriak-teriak. Kasian nih gendang telinga gue." Navara menepuk pelan telinganya.
"Kalau tangan lo sakit gimana? Nanti tangan lo jadi kasar. Terus kalau lo kecapean? Gue gak minta lo untuk ngelakuin itu, Va. Gue bisa nyuci sendiri," jelas Takanael yang merasa khawatir pada Navara. Ia juga langsung mengambil tangan Navara yang bebas untuk di lihat telapaknya.