26 Enough - PB

130 23 20
                                        

PEMBUKAAN

Happy reading and enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading and enjoy!

Navara libur dua hari setelah Takanael wisuda, ia bilang untuk tidak ingin mengganggu kebersamaan Takanael dengan keluarganya. Meski Takanael bilang, bahwa Gita rindu memasak bersama Navara. Tapi tetap, Navara memilih untuk tidak datang ke rumah Takanael dulu.

Sebenarnya itu adalah alasan lain. Karena jujur, setelah tahu bahwa Raka adalah pesaing bisnis ayahnya, Navara memiliki sedikit ketakutan untuk bertemu. Padahal itu bukan salah Navara, tapi Navara tetap merasa dia ikut ke dalam permasalahan itu.

Ayah mana yang akan menerima jika anaknya bersama dengan anak dari seseorang yang pernah menjatuhkannya? Tidak akan ada. Navara sudah dapat membayangkan bagaimana marahnya Raka saat tahu siapa Navara sebenarnya.

Takanael bilang bahwa malam ini orang tua dan adiknya akan pulang. Jadi, Takanael mau Navara untuk datang ke rumahnya besok. Navara masih ingat suara Takanael yang kerap kali bilang rindu melalui telfon.

"Besok beneran dateng ke rumah kan? Aku kangen banget loh."

"Iya, Taka. Besok dateng. Nanti gue bikinin cemilan buat elo deh."

"Serius deh, Va. Cemilan atau kue buatan lo tuh enak. Kenapa gak coba jual aja? Pasti jualan lo laku banget. Apalagi di taro sosmed. Banjir orderan dah."

Navara menggeleng sambil menatap wajah Takanael di layar ponsel. "Gak mau ah."

"Kenapa? Bukannya lumayan?"

"Selain gak gitu pede, niat gue masak itu kan, bukan buat semua orang. Cuma orang-orang spesial aja." Navara tiba-tiba melebarkan matanya. Baru sadar dengan ucapan spontan yang keluar begitu lancar dari mulutnya.

"Apa? Jadi gue termasuk orang yang spesial buat lo?" Takanael sudah senyum-senyum di sebrang sana.

"Emm m-maksud gue orang tertentu aja." Navara mencoba tenang. "Lo tuh bukan martabak, gak usah ngerasa spesial."

"Ah, ngeles aja. Tinggal jawab iya berat banget kayaknya." Takanael mendengus kasar, lalu menatap Navara lagi. "Gue kangen banget, sumpah. Gue ke sana ya? Mau peluk bentar." Tatapan frustasi Takanael tidak bisa disembunyikan.

"Lebay lo. Besok juga ketemu. Bisa seharian lo peluk gue."

Navara sadar betul apa yang diucapkannya. Tapi entah kenapa, setelah mengucapkan itu ada perasaan tidak enak dalam hatinya. Seperti ada bisikan di telinga yang mengatakan bahwa akan ada badai datang esok hari dengan begitu dahsyat.

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang