Berawal dari saling follow di Instagram, Takanael memutuskan membuat perjanjian dengan Navara. Tentunya itu bukanlah kesepakatan yang hanya menguntungkan salah satu pihak, melainkan keduanya.
Dari sekadar basa-basi menanyakan apa kesibukan sekarang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Navara gak separah itu. Sebenarnya kecelakaan tadi termasuk kecelakaan ringan. Navara emang sempat keguling di jalan. Dan mungkin karena syok jadi langsung gak sadarkan diri.
Dokter keluar dari ruang rawat Navara setelah selesai memeriksa. Ketiga pria yang menunggu di depan, langsung sigap berdiri. Sampai dokter bertanya. “Jadi, siapa di sini yang anggota keluarga pasien?”
“Saya temen deketnya, Dok!”
“Saya mantan gebetannya!”
“SAYA CALON SUAMINYA!”
Takanael membuat suara yang lebih besar dibanding Juan dan Sandi. Tapi, tampaknya dokter malah tidak percaya. Mungkin karena wajah ketiganya kurang meyakinkan.
Hingga sebuah suara pria dari belakang membuat semua mengalihkan pandangannya.
“Saya kakaknya.” Terdengar begitu tegas dan berwibawa.
Dokter menghampiri pria itu, lalu mengajaknya berbicara ke dalam ruangannya. Meninggalkan Takanael, Juan dan Sandi dengan rasa penasarannya.
“Bentar, itu kakak Navara yang keberapa? Mukanya kayak gak asing.” Juan tampak berpikir. Seperti pernah melihat wajah itu di suatu tempat.
Sandi mengendikkan bahunya. “Gue udah liat beritanya sih. Tapi, emang wajahnya belum ada yang dipublish kecuali Navara karena pas itu mau tunangan sama Helki kan.”
Takanael mengiyakan dalam hati. Namun, di sisi lain, dia lebih penasaran dengan kondisi Navara sekarang. Apa sebenarnya yang terjadi sampai dokter harus berbicara empat mata di ruangannya? Apa Navara sudah sadar?
“Ah! Gue inget!” Sandi menepuk pundak Juan dan Takanael. “Dia salah satu pembicara di seminar pas kita SMK gak sih? Yang menjelang kelulusan. Motivator muda itu. Yang gelarnya sampe ada tiga berjentrek di belakang namanya.”
Juan melotot saat mengingat saat itu. “Bener. Dia pengusaha muda yang naik daun dan banyak memotivasi anak remaja jaman sekarang.” Lalu, tatapanya berubah sendu. “Tunggu, lo inget gak sih kata-kata dia tentang keluarga pas seminar itu? Gue jadi heran. Kenapa keadaan Navara kayaknya beda banget sama yang dia ceritain ya? Navara kayak selalu butuh kerja buat biayain hidup dia. Apa Navara selama ini dapet perlakuan yang beda selama di rumah karena dia anak perempuan satu-satunya?”
Takanael menarik napas, berat untuk mengatakan ini.
“Bukan karena itu. Tapi karena saat Navara lahir, mamanya menghembuskan nafas terakhir.”
Pria yang tadi jadi bahan pembicaraan keluar dari ruangan dokter. Melewati ketiganya begitu saja untuk masuk ke ruang rawat Navara. Gadis itu sudah sadar, dan hanya menatap lurus ke depan.
Mendengar suara pintu yang terbuka tidak ada pengaruh apa-apa.
“Makasih udah dateng. Gak perlu bayar administrasinya. Aku masih ada uang.” Navara lalu menoleh, masih dengan tatapan datar. “Di depan ada siapa aja?