Berawal dari saling follow di Instagram, Takanael memutuskan membuat perjanjian dengan Navara. Tentunya itu bukanlah kesepakatan yang hanya menguntungkan salah satu pihak, melainkan keduanya.
Dari sekadar basa-basi menanyakan apa kesibukan sekarang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Harusnya ini buat minggu depan, tapi tangan aku gatel mau update hehehe...
Semoga suka yaaa ❣
Jangan lupa vote dan komennya Follow aku juga! Nadhveeble
~ Happy reading and enjoy ~
Navara dibuat geleng-geleng kepala saat memasuki kamar Takanael. Ia datang agak siang hari ini karena ada urusan sebentar. Saat sampai di rumah laki-laki itu, Takanael sudah berangkat ke kampus.
Ingin tahu kondisi kamar Takanael? Mengenaskan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Navara lebih dulu menelfon Takanael untuk bilang kalau ia ingin merapihkan kamar itu. Setelah mendapat persetetujuan dari yang punya kamar, Navara melihat sekeliling dulu. Memikirkan mana dulu yang harus ia tangani.
Pelan-pelan, Navara memilah barang yang bisa ditumpuk menjadi satu. Mencabut lebih dulu charger laptop yang masih terpasang. Menempatkan pensil, cutter, penggaris dan benda lainnya yang tercecer ke tempat seharusnya.
Tidak ada yang Navara buang, ia hanya memindahkannya ke atas meja kerja Takanael. Takut jika masih ada yang ingin digunakan oleh laki-laki itu. Navara tidak ingin mengacau. Ia hanya ingin bersih-bersih. Kamar Takanael harus disapu dan dipel juga.
Perlu tenaga ekstra juga nih selama ngebersihin. Banyak bungkuk terus berdiri. Melakukan itu berulang-ulang.
“TAKANAEL GUE MAU ES KRIM HARI INI POKOKNYA!” teriak Navara usai membersihkan kamar Takanael. Navara sedang meregangkan badannya yang tiba-tiba jadi pegal.
Turun dari tangga, lalu menuju ruang tengah, ia mengambil Yota untuk diajak bermain. Sekadar berlari-lari kecil mengitari ruangan itu, sebelum Navara akan bersihkan juga nantinya.
Kegiatan itu berhenti kala sebuah telfon terdengar pada ponsel Navara.
“Halo?” Navara tidak sempat melihat nama yang tertera. Ia spontan saja mengangkatnya.