14 Puzzle - PB

143 25 2
                                    

PEMBUKAAN

Hai hai! Taka dan Nava update!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai!
Taka dan Nava update!

Dimohon meninggalkan jejak^^

••• Happy reading •••

Seminggu yang lalu, orang tua Takanael dan Feana pulang sekitar jam sepuluh malam. Feana misuh-misuh, maunya menginap lebih lama karena masih ingin mengobrol banyak dengan Navara.

Tapi, Gita mengingatkan bahwa Feana harus sekolah dan tidak boleh meninggalkan kelas. Jadi, dengan berat hati Feana menurut untuk ikut pulang. Meskipun harus ada adegan menangis sambil memeluk Navara sebelum masuk ke dalam mobil.

Navara jadi mengetahui bahwa Raka adalah pemilik perusahaan properti yang terkenal dan sering mendapat banyak project. Jelas saja itu terlihat juga pada diri Takanael. Navara sudah dapat membayangkan bagaimana Takanael nantinya akan berdiri berdampingan dengan Raka. Bagaimana Takanael yang dewasa akan menjadi pemimpin perusahaan itu selanjutnya.

Yota agak sedikit berbeda sekarang. Mulai tambah banyak makan dan males buat jalan. Boro-boro naik tangga untuk ke kamar Takanael, ke halaman belakang saja udah jarang sekali.

Takanael makin sibuk dengan tugas akhirnya. Dari laporan hingga proses pembuatan maket, memang menyita banyak waktu. Navara sebenarnya ikut andil dalam hal itu, karena Navara selalu berada di samping Takanael ketika laki-laki itu sedang mengerjakan tugasnya.

“Kok udah bangun? Masih jam setengah tujuh.” Navara berucap ketika mendengar suara pijakan kaki yang turun dari tangga. Takanael sempat terbangun ketika Navara sampai dan gadis itu mengecek keadaannya di kamar. Kira-kira itu jam lima pagi. Navara memang sedang datang lebih awal. Dan Takanael bilang akan bangun siang karena masih lelah.

Takanael masih membuka sedikit matanya. Menghampiri Navara yang berdiri di depan kompor. Entah ia sedang membuat apa, Takanael tidak dapat melihat jelas. Yang pasti, baunya harum. Makanya Takanael jadi bangun.

“Ihhh, sana ah! Jangan ganggu dulu kenapa,” omel Navara karena kepala Takanael bersandar di pundak dan kedua tangan laki-laki itu sudah melingkar di perut Navara.

“Va, ngantuk banget...” ujar Takanael dengan suara serak. Masih tidak merubah posisinya.

Navara benar-benar terganggu. Takanael kan berat, ditambah dia masih setengah sadar, tambah berat. Seperti beban hidup.

“Ya kalau masih ngantuk ngapain bangun sih, ya ampun. Udah tunggu di meja makan aja sana,” usul Navara yang semakin merasa ruang geraknya menyempit karena Takanael membenamkan wajah di punggungnya.

“Lo bikin apa sih?” tanya Takanael tapi tidak terdengar jelas. Seperti gumam saja. Tapi, Navara dapat menangkap maksud ucapan pacarnya itu.

“Bikinin sandwich buat lo. Lepas, Taka. Nanti aja kenapa sih kalau mau manja. Masih pagi lho ini. Gue belum selesai bikin sarapan juga.”

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang