23 Happy with you but.... - PB

122 25 9
                                    

PEMBUKAAN

Jangan lupa vote dan komen yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen yaaa

- Happy Reading -

Tidak ada perayaan istimewa. Tidak ada ucapan selamat. Tidak ada hari yang paling berarti untuknya. Navara hanya memilih diam sambil menatap kosong dinding kamarnya. Dari tahun ke tahun, ia akan melakukan hal yang sama. Duduk di dalam kamar, sendirian, dengan lampu yang dimatikan.

Inginnya pergi ke makam mamanya, hanya saja Navara tahu, kalau ia pergi di tanggal ini, pasti akan ada yang menemukannya dan membawanya paksa pulang ke rumah yang baginya adalah neraka.

Navara lebih baik di sini, meski tanpa kehadiran orang lain. Karena sepertinya, sendiri dan gelap sudah menjadi teman baiknya.

Navara masih ingat betul saat ia masih berusia sekitar tujuh tahun, baru masuk Sekolah Dasar kalau tidak salah. Di semester pertamanya, Navara kecil mendapatkan juara satu di kelas, Navara senang sekali. Rapotnya diambil oleh salah satu asisten rumahnya.

Begitu pulang, Navara dengan semangat membuka rapotnya untuk dipamerkan pada ayah dan ketiga kakaknya. Namun, senyum yang tadinya begitu lebar, mendadak hilang saat rapotnya dilempar lima detik setelah dipegang oleh ayahnya.

Navara masih ingat jelas kata-kata yang terucap saat itu.
"Kamu itu cewek. Gak usah sok ingin jadi yang nomor satu. Bisa dapetin ranking segitu juga karena teman kamu yang lain itu lebih bodoh dari kamu. Masa nilai hanya delapan puluh lima bisa jadi ranking pertama? Kayak kakak kamu tuh, nilainya di atas sembilan puluh semua!"

Navara kecil saat itu tidak bisa melawan sama sekali. Dia hanya bisa diam lalu memungut rapotnya miliknya. Lantas berlari menuju kamar dan mengunci pintu dengan tangisan yang begitu deras. Sakit sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak ada apapun di mata ayahnya.

Pintu kamar Navara diketuk beberapa kali oleh kakak ketiganya, Aksa. Tapi, Navara tidak ingin membuka pintu itu. Navara ingin sendiri.

Dan sejak hari itu, Navara perlahan berubah menjadi pribadi yang jutek, dingin, dan jarang bicara. Tapi, ia tetap berprestasi di sekolah. Navara juga ikut berbagai perlombaan dan memenangkannya. Ia mengumpulkan semua uang yang didapat sebagai hadiah untuk ditabung.

Aksa, kakak yang paling Navara sayang karena selalu perhatian padanya, tapi ternyata menghancurkan kepercayaannya juga. Navara merasa dibohongi. Padahal Aksa tahu kalau Navara benci dibohongi seperti itu.

Aksa pernah berjanji untuk selalu menemani Navara di rumah itu. Meski ayah dan dua kakaknya membenci kehadirannya. Saat Navara baru duduk di kelas dua Sekolah Dasar, Aksa sudah semester akhir di SMA, dan karena tuntutan ayahnya, ia harus pergi untuk kuliah di kampus luar kota, kampus terbaik pilihan ayah mereka.

Dan saat itulah, Navara merasa Aksa sama seperti ayah dan dua kakaknya yang lain. Aksa pergi, meninggalkan Navara sendirian di rumah yang sudah seperti neraka.

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang