19 Other Side - PB

136 25 32
                                    

PEMBUKAAN

Apa kabarnya nii semua?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa kabarnya nii semua?

Aku sangat bersyukur kalau kalian mau vote dan komen.
Hal kecil seperti ini sangat membantuku untuk tetap semangat 💜

•• Happy reading ••

"Ma, lagi apa? Navara mau dipeluk."

"Ma, gakpapa kan, kalau Navara gak usah pulang lagi ke rumah? Navara gak salah kan? Mama sayang sama Navara gak?"

"Ma, boleh tuker tempat?"

"Navara udah gak sanggup di sini. Orang-orang selalu nyalahin Navara. Kenapa a- dia selalu nyalahin kehadiran aku? Navara gak pernah minta untuk ada di dunia, Ma. Harusnya mama aja yang diselametin saat itu, bukan Navara. Harusnya Navara yang ada di tanah ini, bukan mama. Navara-"

Sesak itu begitu menyiksa hingga Navara tidak bisa melanjutkan ucapannya. Bersamaan dengan jemari yang mengusap nisan putih di sana, tangis Navara tidak kunjung reda. Selalu, dan selalu Navara akan mengadu tiap kali dirinya berkunjung ke sini.

Ke tempat dimana hanya ada Navara yang berpijak di dekat makam dan mamanya yang dapat mendengar segala keluh kesahnya dari langit.

"Mama... Navara capek... Navara mau ikut mama..."

Angin bertiup pelan siang itu. Navara tidak kunjung beranjak dari sana, meski sudah tiga puluh menit berlalu. Ia dapat melihat ada bunga yang baru ditabur. Pasti ada seseorang yang datang lebih dulu sebelum dirinya.

"Kakak bohong, Ma. Mereka bilang bakal temenin Navara terus, tapi nyatanya pergi juga. Tapi kenapa giliran Navara yang pergi, selalu diminta untuk pulang? Navara gak mau. Navara mau cari rumah Navara sendiri."

Seulas senyum tiba-tiba terbit di wajah Navara ketika mengingat kejadian tadi malam, saat Takanael mengusap pipinya ketika ada sisa coklat dari martabak yang menempel di pipi.

"Oiya, Ma, Navara punya temen baru sekarang. Namanya Takanael. Maaf baru cerita sekarang. Taka baik banget sama aku. Dia jagain aku terus, Ma. Dia jadi satu-satunya orang yang ada di sisi Navara sekarang."

"Tapi... entah itu kapan, Navara mungkin gak bisa bareng-bareng sama Taka lagi. Navara takut, Ma. Waktu itu pasti akan datang. Cepat atau lambat." Navara tidak ada niat mengusap air matanya. Biarlah air mata itu terus turun, Navara ingin emosi yang selama ini tertahan, yang tidak dia tampilkan di depan orang lain, sekarang bisa terlihat di sini. Di hadapan mamanya.

"Ma, maafin Navara ya? Navara belum kuliah juga sampai sekarang. Navara gak mau kalau Navara jadi kayak mereka. Bahkan, Navara udah gak pernah pakai nama belakang keluarga kita. Aku gak mau mereka merasa terbebani juga dengan adanya Navara."

"Tapi kenapa ya, Ma? Sekarang media kayak lagi nyari tahu tentang keluarga kita? Apa karena bisnis dia lagi menurun? Buktinya, dari aku lahir pun, aku selalu disembunyiin. Aku gak tahu kenapa. Padahal kata nenek, aku itu anak yang paling ditunggu-tunggu. Tapi kenyataannya enggak. Dari aku kecil, gak ada yang benar-benar sayang sama aku. Mama juga bisa lihat itu dari atas sana kan?"

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang