Berawal dari saling follow di Instagram, Takanael memutuskan membuat perjanjian dengan Navara. Tentunya itu bukanlah kesepakatan yang hanya menguntungkan salah satu pihak, melainkan keduanya.
Dari sekadar basa-basi menanyakan apa kesibukan sekarang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading and enjoy!
Takanael menarik Navara hingga gadis itu terjatuh di atasnya. Jarak mereka yang terlalu dekat, membuat Navara menarik wajahnya sedikit ke belakang.
"Mau ngapain sih? Lepas!" Navara mendesis. Takanael malah tertawa. Ia melingkarkan tangannya di belakang pinggang Navara, lalu memberi senyum.
"Kenapa sewot banget gitu? Sama pacar sendiri gak boleh marah-marah terus." Takanael mengerling jahil.
Navara merotasikan bola mata. "Iya deh iya." Sebuah senyum terbit di wajahnya. "Mas pacar. Sidang lo udah beres kan ya? Berarti tinggal wisuda aja?"
Takanel mengedipkan mata satu kali. "Yoi!"
Raut wajah Navara berubah seketika. Ia menarik poni Takanael, dan ujung rambut yang ditariknya bahkan melebihi hidung cowok itu. "Rambut kamu udah panjang banget nih. Potong. Dirapihin. Biar keliatan cakep pas wisuda.," nasihat Navara.
Satu tangan Takanael tertarik ke atas untuk mencubit hidung Navara dengan gemas. "Iya nanti cukur kok. tapi kamu temenin ya."
"Siap Mas Pacar!" canda Navara seraya mengacungkan ibu jarinya.
Spontan, Takanael menarik tengkuk Navara, melabuhkan kecupan singkat pada hidung gadis itu. Ia lalu mendekap Navara erat seraya memberi usapan pelan pada punggung Navara.
"Thank you ya, udah setia nemenin dari masih nyusun laporan tugas akhir gue sampe sekarang udah mau wisuda. Udah bantuin banyak hal lainnya yang buat semangat setiap hari."
Navara menarik sudut bibir. "Sama-sama. Gue senang bisa bantu lo juga. Tapi... kok kayaknya lama-lama engap juga tengkurep gini," protes Navara.
Takanael melonggarkan pelukannya. Navara kembali mengangkat wajah. "Mas Pacar, berarti malam ini beliin es krim bisa dong?" godanya sambil menepuk-nepuk pipi Takanael.
"Bisa banget!"
Takanael melepaskan tangannya dari badan Navara, Navara langsung berdiri. Melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Ia sudah ingin pulang dan mau makan es krim sekarang. Tapi Takanael masih saja berbaring di atas sofa.
"Sayang buruan!" teriak Navara.
"Bantuin berdiri..." manja Takanael sambil mengulurkan tangannya ke atas dan memasang wajah sok imut.
Navara menariknya. Ia langsung memeluk Takanael dari samping ketika berhalan keluar menuju pintu depan. Oh, sepertinya mereka sedang berakting sebagai pacar.