제4화

1.3K 128 1
                                    

"Awas kau ya!" Se-ri terus mengejar Ji-kyo sehingga lelaki itu terus berusaha menghindari darinya.

Ji-kyo melihat Ji-hwa sedang berjalan ke arahnya. Lalu ia bersembunyi di balik tubuh pria itu dan minta tolong padanya. Sementara Ji-hwa tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh anak kakak iparnya itu.

Hampir saja Se-ri menabrak tubuh tegap Ji-hwa, untungnya ia mengeram dengan tepat. Ia mendongakkan kepalanya ke atas sehingga tampaklah wajah tampan cendekiawan muda itu.

Se-ri segera memundurkan tubuhnya dari hadapan Ji-hwa. Ia sedikit merasa gugup dan berdebar. Ia juga ingat kalau Ji-hwa adalah pria yang ia temui di rumah Timur.

"Terima kasih Hyeong (Kakak), kalau tidak ada dirimu aku pasti sudah dihabisi olehnya." ujar Ji-kyo berterima kasih pada Ji-hwa, sementara Se-ri tengah menatapnya dengan tatapan pembunuh sehingga membuatnya merasa sedikit takut sekaligus ngeri pada gadis itu.

"Han Je-sang, persiapkan dirimu untuk mengikuti seleksi calon kandidat putri mahkota nanti." ucap Ji-hwa lalu ia berlalu begitu saja. Sedangkan Se-ri tidak mengerti apa maksud dari perkataan cendekiawan itu tadi.

"Orabeoni, apa maksud dari perkataan pria itu? Mengapa aku harus menyiapkan diri untuk seleksi calon putri mahkota?" tanya Se-ri kepada Ji-kyo.

"Namamu dimasukkan ke dalam daftar calon putri mahkota. Nanti kau akan mengikuti tes seleksi dan jika kau lolos dari semua tes tersebut kau akan menikah dengan Putra Mahkota." Ji-kyo menjelaskan, gadis itu tampak sedikit terkejut.

Sebenarnya, alasan Ji-kyo menjodohkan Se-ri dengan salah satu temannya itu karena ia tidak ingin gadis itu menjadi calon kandidat putri mahkota. Menjadi seorang Putri Mahkota harus menanggung beban yang lebih berat dan jika gadis yang gagal dalam putaran final akan dianggap sebagai wanita Putra Mahkota.

"Aku tidak mau!" kata Se-ri dengan nada penuh penolakan.

"Kau tidak bisa membantah. Lagipula usiamu sudah 16 tahun jadi sudah pantasnya kau menikah." balas Ji-kyo.

"16 tahun? Bukankah umurku sudah 20 tahun?" ujjar Se-ri karena di masa depan usianya sudah menginjak 20 tahun tapi di jaman itu usianya menjadi empat tahun lebih muda.

"Bicara apa kau ini? Ayo kita pulang!" Ji-kyo pergi meninggalkan Se-ri yang masih kebingungan.

Di kediaman keluarga Han. Se-ri sedang memohon kepada Paman dan juga Bibinya agar ia tidak usah mengikuti pemilihan calon putri mahkota itu.

"Kau tidak bisa begini Je-sang. Ini perintah dari Raja jika kita melanggarnya itu sama saja dengan cari mati!" kata Dong-kyung agar anak dari mendiang Kakak laki-lakinya itu menurut.

"Itu benar Je-sang, di klan Han tidak ada lagi gadis perempuan selain dirimu karena kebanyakan laki-laki. Jadi, hanya kau yang bisa mewakili klan Han. Tolong mengertilah." ucap Je-yeon menjelaskan dengan baik-baik kepada Se-ri.

Se-ri lalu bersimpuh di hadapan mereka berdua. "Tapi aku tidak mau menikah! Aku hanya ingin hidup dengan kalian saja. Aku mohon!" Gadis itu memohon namun kedua pasutri itu tidak bisa berbuat apa-apa karena itu perintah dari sang pemimpin negeri.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mengikuti seleksi calon putri mahkota nanti." ucapnya dengan terpaksa lalu ia pergi ke sebuah kamar. Dong-kyung dan istrinya merasa tidak tega namun apa boleh buat mereka harus tetap mematuhi perintah dari Raja.

~~~

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Joseon dan para gadis yang mengikuti seleksi pemilihan putri mahkota. Namun tidak dengan Han Se-ri, ia sama sekali tidak bersemangat untuk menyambutnya.

Se-ri keluar dari dalam tandu yang dibawa dari kediamannya. Ia merasa sedikit pusing karena baru kali ini ia menaiki tandu. Sang sepupu juga mengantarnya dengan menaiki kuda.

"Han Je-sang dari kediaman Han dipersilahkan masuk!" ucap petugas pemeriksa yang ada di sana.

Sebelum masuk ke dalam gerbang Istana, gadis itu melirik ke arah Ji-kyo lelaki itu tampak menyemangatinya. Ia juga memakai norigae pemberian dari 'sepupu'nya itu.

Lalu Se-ri masuk ke dalam gerbang Istana tersebut dengan didampingi seorang pelayan perempuan. Ia teringat ucapan Ji-kyo sebelum berangkat ke istana tadi.

"Jika kau tidak ingin lolos menjadi Putri Mahkota, caranya mudah. Kau harus melakukan kesalahan disetiap tesnya dengan begitu kau tidak akan menjadi Putri Mahkota dan kembali tinggal di rumah ini bersama kami."

Ji-kyo memang tidak ingin salah satu keluarganya berada di bagian Istana. Ia tahu kalau Istana itu sangat mengerikan.

Se-ri berjalan memasuki aula Istana diikuti seorang pelayan dari kediamannya. Bangunan Istana itu sangat luas dan megah namun, tidak ada sedikitpun keinginan untuk tinggal di tempat itu. Ia menghentikan langkahnya.

"Ada yang harus aku katakan kepada Ji-kyo orabeoni, jadi aku pergi dulu." ucap Se-ri kepada pelayannya.

"Tapi Agassi (Nona) tesnya akan segera dimulai." Pelayan yang bernama Soo-mi itu mencoba mencegah karena sebentar lagi tes seleksi akan segera dimulai.

"Aku tahu itu, aku akan segera kembali ke sini." Se-ri lalu pergi dengan setengah berlari.

"Tidak perlu melakukan kesalahan disetiap tesnya dengan sengaja. Akan lebih baik jika aku tidak mengikuti tes seleksinya. Dengan begitu otomatis aku akan dieliminasi dari pemilihan calon putri mahkota ini." gumam Se-ri dengan senyum yang akan penuh arti. Tidak ada yang harus ia katakan pada Ji-kyo. Ia berbohong agar tidak mengikuti tes seleksi putri mahkota itu.

Putra Mahkota Yi Woo sedang berjalan seorang diri tanpa didampingi oleh pengawal ataupun kasimnya. Saat ini pikiran dan perasaannya sedang kacau. Dengan melihat pemandangan pohon-pohon yang hijau dan semilir angin yang berhembus membuatnya sedikit rileks.

Sementara itu, Se-ri sedang mencari jalan keluar dari istana itu. Tidak mungkin ia keluar lewat pintu utama karena pasti ada banyak penjaga yang berjaga di situ. Akhirnya ia memutuskan untuk memanjat tembok Istana. Saat hendak memanjat tembok, seorang penjaga lewat dan hampir saja memergokinya. Ia segera bersembunyi lalu mencari tembok lain.

Se-ri berjalan ke arah sebuah kolam yang ada di Istana. Ia melihat bunga teratai yang sudah mekar di kolam tersebut. Se-ri sangat menyukai bunga teratai karena itu adalah bunga favoritnya. Lalu ia hendak memetik bunga teratai yang berwarna putih itu. Sedikit lagi ia mendapatkan bunga teratainya namun kakinya terkilir sebab menginjak lumut yang berada di sekitar kolam itu. Dan akibatnya Se-ri tercebur ke dalam kolam tersebut.

Se-ri tidak bisa berenang. Ia berusaha menggapai-gapaikan tangannya untuk naik ke atas namun berat pakaiannya yang basah menghalanginya. Ia teriak meminta tolong akan tetapi tidak ada seorangpun yang ada di sana. Se-ri menutup mulutnya rapat-rapat agar air kolam tidak terminum olehnya. Tubuhnya perlahan-lahan tenggelam ke dalam air kolam yang dingin. Ia merasa menyesal karena tidak mengikuti seleksi calon putri mahkota dan malah berakhir di sini.

Ada bayangan yang tiba-tiba muncul begitu saja. Dalam bayangan itu, Se-ri melihat seorang gadis seumuran dirinya yang jika dilihat dengan seksama wajah gadis itu sangat mirip dengannya. Gadis yang mirip dengannya itu tenggelam dan tubuhnya sudah tak bergeming sedikitpun. Tubuh gadis itu terbawa oleh arus air yang deras. Mungkinkah gadis itu adalah Han Je-sang? Jadi, gadis yang mirip dengannya itu sudah meninggal karena tenggelam dan hanyut di sungai.

"Han Je-sang sudah tiada." batinnya bersuara. Ia tidak ingin nasibnya berakhir sama dengan gadis yang mirip dengannya itu.

Namun, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Matanya perlahan mulai menutup, pergerakannya pun ikut melemah. Dan pada akhirnya seseorang datang lalu melompat ke dalam kolam.























My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang