제19화

671 68 0
                                    

Ratu Jang tampak terkejut namun setelahnya wajahnya berse-seri. Ia senang karena mulai kini anaknya, Pangeran Dae Joon akan menuruti semua keinginannya yang termasuk menyingkirkan Putra Mahkota.

Sementara Pangeran muda itu mengundurkan diri dari ruangan sang Ratu. Lelaki itu tampak tersenyum menang, rencananya mulai berjalan sekarang. Ingatannya membawanya pada saat bersama seorang Pelayan Pribadi Putra Mahkota yaitu, Han Se-ri.

"Kenapa kau menyuruhku untuk menjauhi Hyeongnim? Kau bilang aku ini berbahaya. Apa maksudmu?" tanyanya.

Se-ri tersentak atas pertanyaan yang Dae Joon lontarkan padanya. Ia tidak mungkin mengatakan kalau lelaki itulah yang akan membunuh Putra Mahkota karena perihal sebuah takhta. Tapi, ada rasa tidak percaya dalam benak gadis itu jika pangeran yang ramah dan murah senyum itu yang akan melakukan hal keji pada saudaranya sendiri. Se-ri menggeleng. Jika apa yang akan diucapkannya nanti menjadi masalah atau bahkan mengubah sejarah, ia akan menerima konsekuensinya.

"Karena Anda akan membunuhnya. Anda akan membunuh Jeoha." jawab Se-ri setelah cukup lama berpikir.

Mendengar jawaban gadis itu, Dae Joon tertawa merasa kalau perkataan yang Se-ri ucapkan hanyalah omong kosong belaka.

"Aku membunuh Hyeongnim-ku sendiri? Itu mustahil!"

Dugaan Se-ri benar. Pangeran itu tidak memercayainya.

"Tidak ada niatan sedikitpun dalam hatiku untuk melenyapkan Hyeongnim-ku sendiri. Meskipun, Eommamama selalu memintaku untuk melenyapkannya." lanjut Dae Joon, suaranya memelan diakhir kalimatnya. Gadis di sampingnya itu semakin yakin kalau Pangeran tersebut tidak akan membunuh Yi Woo.

Meskipun lelaki itu tidak memercayai ucapannya. Namun, ia tidak menyerah. Ia akan meyakinkan Dae Joon kalau dirinya berasal dari masa depan dan akan mengubah apa yang telah dicatatkan oleh sejarah.

"Tolong percayalah kepada Saya! Mungkin Anda mengganggap Saya seperti tidak waras tapi, ini benar-benar terjadi. Cepat atau lambat Anda akan membunuh Jeoha. Saya mengetahui itu karena Saya berasal dari masa depan, ratusan tahun yang akan datang."

"Kau dari masa depan?" tanya Dae Joon tidak percaya dan Se-ri menganggukan kepalanya mantap.

Pangeran itu tidak dengan mudahnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis tersebut. Namun, jika dipikir oleh akal logikanya gaya bahasa gadis itu sedikit berbeda. Dan juga darimana gadis itu mendapatkan kata asing tersebut? Apa gadis yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon itu memang benar dari masa depan?

"Sejarah menulis bahwa Anda yang membunuh Jeoha. Lalu setelah itu Anda naik takhta menjadi seorang raja yang tiran dan kejam. Di masa depan, Anda terkenal sebagai raja sekaligus adik yang jahat. Apa Anda tidak ingin mengubah sejarah itu? Apakah Anda akan menjadi Pangeran persis seperti apa yang dicatat nanti? Saya percaya kalau Anda bukan Pangeran yang seperti itu. Saya yakin kalau Anda adalah Pangeran yang ramah dan juga baik hati." Se-ri terus berusaha untuk membujuk dan meyakinkan Pangeran Dae Joon.

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

Se-ri tersenyum. Ia berhasil membujuk dan membuat Pangeran itu percaya bahwasannya dirinya berasal dari masa depan.

"Turuti semua keinginan Jungjeonmama." jawab gadis tersebut membuat Dae Joon semakin tidak mengerti. Ia harus menuruti semua keinginan ibunya untuk melenyapkan kakaknya, begitu?

"Dengan menuruti keinginannya Anda tidak akan dicurigai olehnya. Kita akan mengusung sebuah rencana." kata Se-ri dengan tekadnya bahwa ia akan mengubah sejarah.

~~~

Yi Woo sedang berjalan memasuki Universitas Sungkyungkwan bersama Pelayan Pribadinya.

"Aku selalu senang jika sedang mengajar para pelajar. Aku merasa seperti orang berilmu dan orang yang terhormat."

"Tentu saja Yang Mulia orang yang terhormat. Di negeri ini Yang Mulia adalah seorang putra mahkota, sang penerus takhta." Pelayan Pribadinya itu menimpali.

"Mengajar adalah profesi yang aku sukai. Menjadi seorang putra mahkota tidak begitu membosankan." ucapnya lagi dengan senyum yang terpampang diwajahnya yang bisa dibilang sempurna itu.

"Terkadang aku ingin menjadi seorang pengajar saja." gumamnya namun dapat didengar dengan jelas oleh gadis yang berada tidak jauh darinya.

Se-ri menatap wajah sempurna Putra Mahkota tersebut. Keinginan pemuda itu cukup sederhana, namun takdir memberinya kedudukan yang tinggi.

"Besok aku akan pergi ke Qing untuk memperkuat persahabatan antar kerajaan. Aku tidak akan lama, kau baik-baik saja di sini." ucap Yi Woo pada Se-ri.

Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Kenapa Yi Woo harus berpamitan padanya? Padahal ia bukan siapa-siapanya.

"Kau juga bisa pulang ke kediamanmu." lanjut Putra Mahkota tersebut.

Se-ri sudah cukup lama tinggal di istana, ia merindukan Ji-kyo, Bibi Je-yeon dan Paman Dong-kyung. Namun saat mengingat kalau besok adalah hari di mana di dalam buku sejarah yang pernah ia baca Putra Mahkota tersebut wafat, ia mengurungkan niatnya untuk pulang ke kediaman Han. Bagaimanapun rencananya dengan Pangeran Dae Joon harus berjalan lancar.

Putra Mahkota memasuki salah satu kelas yang ada di Universitas Sungkyungkwan itu dengan wajah sumringah. Saat anak pertama Raja Youngjong itu sedang mengajar, Se-ri memperhatikannya. Cara pemuda itu mengajar seperti tidak asing baginya padahal ia baru pertama kali menyaksikannya.

Ratu Jang tertawa seperti tidak ada beban. Para Dayang meliriknya bingung. Tentu saja Ratu tersebut merasa bahagia karena anak kandungnya akan menuruti  keinginannya untuk melenyapkan Putra Mahkota. Selama ini usahanya gagal untuk membunuh Yi Woo karena Dae Joon berpihak pada pemuda tersebut. Ia sudah beberapa kali menyuruh seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Putra Mahkota, tetapi usahanya selalu gagal  yang disebabkan oleh anak kandungnya sendiri yang selalu mengetahui rencananya dan itu tidak membuahkan hasil apapun.

Itu dahulu. Namun kini dan seterusnya, Pangeran itu berada dalam kendalinya. Dengan mudah anak dari mendiang ratu sebelumnya itu akan lenyap.

Awalnya ia berniat untuk mempengaruhi Dae Joon dengan ilmu hitam. Beruntungnya ia tidak perlu melakukan hal tersebut karena Pangeran itu sudah dipihaknya sekarang.

"Besok hari yang tepat untuk menjalankan misi." ucapnya dengan senyum menyeringai.















My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang