제16화

793 72 4
                                    

Ji-hwa menarik tubuh Se-ri ke dalam dekapannya. "Aku merindukanmu." ucapnya.

Se-ri hanya terdiam ia ingin berontak dan melepaskan pelukannya namun tubuhnya seakan tidak bisa diajak  bergerak sesuai dengan kemauannya. Bahkan tanpa kehendaknya ia membalas pelukan pria tersebut.

"Aku juga." balasnya tanpa sadar membuat Ji-hwa semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah mengatakan kalau ia juga merindukan Ji-hwa gadis itu tersadar dan merutuki dirinya bodoh karena yang dirindukan pria itu adalah Han Je-sang bukan dirinya. Dan gadis itu melupakan sebuah fakta bahwa Ji-hwa sudah menjadi suami wanita lain.

Di sisi lain, Putra Mahkota yang sedang mencari 'Pelayan Pribadinya' melihat mereka berdua yang sedang berpelukan. Ia memalingkan wajahnya dan mendengus sebal. Entah kenapa hatinya terasa memanas melihat momen tersebut.

Setelah selesai menyalurkan rasa kerinduan, kini keduanya duduk di dekat kolam tersebut. Mereka berdua hanya berdiam diri tidak ada suara selain hewan malam seperti jangkrik. Mereka terlihat canggung.

"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja di sini?" Akhirnya Ji-hwa mengeluarkan suaranya memecah keheningan itu.

"Aku baik-baik saja." jawab Se-ri melirik sejenak ke arah Ji-hwa lalu pandangannya kembali menatap teratai yang mengapung di air kolam.

"Aku memang sudah menikah, tapi aku tidak mencintai Yeon-mi. Aku mencintaimu." Ji-hwa mengungkapkan perasaannya pada gadis disampingnya itu. Ia ingin gadis itu tahu akan perasaannya dan mungkin ini tidak terlambat. Namun, dirinya salah besar karena gadis itu bukanlah Han Je-sang.

"Kau tidak mencintaiku. Kau mencintai Han Je-sang."

"Mungkin karena kau mengalami hilang ingatan jadi kau tidak ingat kalau aku sudah menikah. Tapi ketahuilah bahwa hatiku hanya untukmu, Je-sang." lanjut Ji-hwa.

"Aku tidak ingin membahas tentang itu karena aku merasa seperti gadis perebut suami orang." balas Se-ri.

"Ada keperluan apa kau kemari?" Se-ri mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku ke sini karena ada rapat kabinet dan aku juga ingin memberikan ini padamu." Ji-hwa memperlihatkan sebuah dwikkoji berukir bunga teratai yang Se-ri inginkan waktu itu namun sudah dibeli oleh orang lain dan ternyata orang yang membeli dwikkoji itu adalah Ji-hwa.

Lalu tangan pria itu terulur untuk menyematkan dwikkoji teratai di rambut Se-ri.

"Cantik." Pujinya saat aksesori rambut itu berhasil terpasang di rambut gadis tersebut.

Karena mendengar Ji-hwa yang mengatakan kalau ia cantik, Se-ri menjadi salah tingkah dan memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak terlihat kalau pipinya memerah. Ji-hwa selalu membuat dirinya jadi seperti ini dan ia tidak bisa melupakan pria tersebut. Meski pun pria itu sudah menikah. Dasar bodoh!

"Terima kasih, aku suka dwikkoji ini." cicit Se-ri dengan rasa gugup dan berdebar-debarnya.

"Kenapa kau tidak pernah membalas surat-suratku? Apa kau tidak menemukan surat-surat yang aku tulis untukmu?" tanya Ji-hwa karena selama ini ia tidak pernah mendapatkan balasan dari gadis tersebut.

"Surat yang kau tulis? Aku tidak tahu." jawab Se-ri seadanya.

"Tidak apa-apa. Aku menyimpannya di dalam papan di teras rumahmu." jawab Ji-hwa memberitahu tempat surat-suratnya itu disimpan. Jika nanti gadis itu sudah keluar dari istana bisa menemukan semua suratnya itu.

"Kekasih yang Tak Dapat Kujumpai"
생시에 못 뵈올 임을

"Ku ingin menemuinya dalam mimpi"
꿈에나 뵐까 하여

My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang