제24화

617 63 0
                                    

Hari ini merupakan hari di mana pengumuman tentang kematian Pangeran Dae Joon diumumkan ke seluruh penjuru Joseon. Bukan hanya anggota kerajaan yang bersedih namun rakyat Joseon juga merasakan kehilangan Pangeran tersebut. Dae Joon selalu mengunjungi rakyat di Hanyang-ibu kota Joseon-dan di beberapa daerah lain sampai daerah terpencil pun dikunjunginya. Ia melakukan itu untuk mengetahui bagaimana keadaan rakyat Joseon dan Yi Woo sering memerintahkannya untuk melakukan hal tersebut. Tidak sedikit rakyat Joseon yang mengetahui wajah sang Pangeran.

"Aku tidak percaya ini. Pangeran baik hati itu tewas?" ucap seorang wanita baya yang tengah berbincang dengan para wanita seumuran dengannya.

"Iya. Dae Joon-gun tewas karena terjatuh ke jurang. Kenapa orang sebaik dia harus tewas mengenaskan seperti itu." Wanita baya yang lain menimpali.

Seorang wanita paruh baya berhanbok krem dengan bahan katun mendekat kepada para wanita lain lalu berbisik. "Kudengar Dae Joon-gun ikut dalam aksi penyerangan terhadap Jeoha. Karena waktu itu dia kalah dan terjun ke jurang."

"Hei! Itu semua bohong. Dae Joon-gun dan Jeoha saudara yang saling menyayangi tidak mungkin dia melakukan itu. Bahkan saat pengumuman kematiannya Jeoha sendiri mengatakan kalau Dae Joon-gun yang telah menyelamatkannya saat sekelompok penjahat itu menyerangnya." Seorang wanita berhanbok hijau menampiknya.

"Lalu kenapa Dae Joon-gun bisa terjatuh ke jurang?" tanya wanita baya yang pertama memulai perbincangan. Yang lainnya hanya terdiam dan tidak ada yang menjawab pertanyaan wanita paruh baya tersebut.

~~~

Di istana Gyeongbok, para keluarga kerajaan dan yang lainnya sudah mengenakan pakaian berkabung. Termasuk Yi Woo yang masih terduduk menatapi sebuah peti yang diyakini bahwa itu peti Dae Joon. Wajahnya yang tidak ada cacat sedikit pun itu terlihat pucat, matanya sayu sudah lelah karena semenjak pemberitahuan bahwa jasad Dae Joon ditemukan ia tidak hentinya menangis. Sekarang hanya tersisa air mata yang berada di pelupuk matanya.

Tanpa disadari oleh sang Putra Mahkota, disebelahnya ada Putri Mahkota yang juga sedang bersedih. Ra-eun mencoba dengan keras agar air matanya itu tidak jatuh namun usahanya gagal, putri Perdana Menteri Shin itu menangis. Ia merasa sudah bersikap jahat pada Pangeran itu. Ia ingin menarik perkataannya pada saat itu juga sehingga hubungan mereka berdua tetap berjalan dengan baik. Namun kini ia hanya bisa menyesal dan menyesal.

"Aku ingin melihat adikku untuk yang terakhir kalinya." Yi Woo tergopoh mendekat ke arah peti namun belum sampai ia menyentuh peti itu seorang menteri menahannya.

"Mohon maaf Yang Mulia kami tidak mengizinkan satu orang pun untuk melihatnya." ucap Menteri Ritus yang bertugas sebagai pemimpin ritual pemakaman.

"Kenapa?!" Yi Woo bertanya dengan setengah membentak. Menteri Ritus hanya menundukkan kepalanya dalam.

"Yi Woo-ya." panggil suara yang sangat tidak asing di telinga Putra Mahkota itu.

"Abbamama." Yi Woo menghampiri ayahnya, Raja Youngjong. Lalu ia memeluk tubuh ayahnya dan air matanya kembali tumpah.

Se-ri yang berdiri di dekat pintu hanya tersenyum tipis sangat tipis sampai tak terlihat. Matanya terasa panas dan tenggorokannya terasa tercekat. Ia tidak ingin menangis di tempat itu sehingga memilih untuk pergi mencari tempat yang aman dan sepi. Di taman belakang istana itulah air matanya tak bisa dibendung lagi dan meluncur begitu saja.

"Semoga Anda tenang di alam sana." ucapnya di sela-sela tangisnya.

Pria yang mengenakan pakaian berkabung dengan gat yang khusus untuk para menteri itu sedang menatap gadis itu. Pria ber-klan Kim itu ingin menghampiri gadis yang sedang menangis itu tapi ia sudah berjanji kepada Putra Mahkota bahwa ia sanggup dan akan menjauhi gadis tersebut. Apa tidak akan terjadi apa-apa jika ia melanggar janjinya? Putra Mahkota itu pun belum mengangkat jabatannya menjadi menteri peringkat 3 senior. Baru saja ia hendak melangkah, gadis itu berdiri dari duduknya dan terlihat gadis itu menghapus jejak air matanya. Ingin ia menghapus air mata gadis itu dan memberikan sebuah pelukan hangat. Namun untuk menghampirinya saja ia tidak memiliki keberanian. Dasar pengecut.

Setelah menghapus air matanya, Se-ri segera pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa tahu ada pujaan hatinya yang sedang berdiri menatapnya.

~~~

Prosesi pemakaman telah dilaksanakan. Namun masa berkabung belum ditentukan.

Di sebuah ruangan yang terdapat Perdana Menteri Shin dan seorang Menteri Militer. Kedua pria yang tidak lagi muda itu duduk berhadapan terhalang sebuah meja kecil yang sudah tersaji beberapa kudapan.

"Rahasiakan tentang hal ini. Tidak boleh ada yang tahu kalau jasad itu bukan jasad Dae Joon-gun." ucap Perdana Menteri Shin pada Menteri Choi yang sebagai Menteri Pertahanan Militer.

Menteri Choi menganggukkan kepalanya. Ragu. Sebenarnya ada rasa takut di dalam hatinya telah membohongi anggota kerajaan dan seluruh rakyat Joseon. Namun ia tidak bisa melakukan apa-apa karena pada saat pencarian jasad Pangeran tersebut tidak ditemukan. Sampai suatu hari, salah satu pengawalnya menemukan sebuah jasad yang diyakini adalah jasad Pangeran Dae Joon. Tetapi, Menteri Choi tidak begitu yakin kalau jasad yang ditemukan oleh salah satu pengawal itu adalah jasad Pangeran.

Pada saat tubuh itu sudah teridentifikasi dan terkonfirmasi bahwa itu adalah jasad mendiang Pangeran dan akan segera disemayamkan di pemakaman yang khusus untuk para keluarga kerajaan. Menteri Choi menemukan sebuah fakta bahwa pengawal yang menemukan jasad itu merupakan suruhan dari Perdana Menteri Shin untuk melakukan manipulasi terhadap jasad tersebut. Sebenarnya jasad itu bukan jasad Pangeran Dae Joon melainkan jasad seorang pasukan yang melakukan penyerangan terhadap Putra Mahkota saat itu yang terjatuh ke dasar jurang dan tewas.

Menteri Choi hendak memberitahukan hal tersebut kepada Raja. Namun ternyata Perdana Menteri Shin sudah tahu kalau dirinya mengetahui hal tersebut. Maka dari itu pria tua bangka tersebut mengancamnya dengan akan mencabut jabatannya sebagai Menteri Pertahanan Militer jika buka suara tentang perihal tersebut. Dirinya tidak tahu apa maksud dan tujuan Perdana Menteri memanipulasi jasad tersebut. Bukankah beliau satu kubu dengan Ratu? Sementara Menteri Choi sedang berspekulasi dalam pikirannya. Tanpa mereka ketahui ada seorang Menteri yang sudah mengetahui tentang hal demikian.

Lantas sebenarnya di mana Pangeran Dae Joon berada? Apa ia memang sudah tewas atau mungkin... selamat?






























My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang