제15화

794 84 0
                                    

Se-ri tidak habis pikir seorang Pangeran yang terlihat baik dan bersahaja justru akan membunuh kakaknya sendiri?

Tangannya gemetar. Dan setelahnya baki yang berisi kudapan itu jatuh sehingga menimbulkan sedikit suara bising.

Yi Woo yang melihat itu segera menghampiri gadis tersebut dan diikuti Dae Joon di belakangnya.

Se-ri terduduk di tanah, kakinya lemas sehingga tidak kuat menopang tubuhnya.

"Kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi? Apa kau sedang sakit? Cepat katakan!"  Yi Woo dengan cepat melontarkan beberapa pertanyaan. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kekhawatirannya pada gadis itu.

Se-ri dengan cepat menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Tidak. Tidak mungkin. Itu mustahil!"

"Apa maksudmu?" Yi Woo tidak mengerti akan perkataan yang gadis itu gumamkan.

"Apa kau baik-baik saja, Agassi?" Dae Joon bertanya demikian dan mencoba mendekat sebelum gadis itu menghentikan pergerakannya.

"Jangan dekati aku, tidak. Jangan dekati Jeoha! Jauhi Jeoha jangan sakiti dia! Kau berbahaya!" Se-ri menatap tajam manik Dae Joon memberikan isyarat agar menjauh darinya dan Putra Mahkota.

"Kau harus beristirahat." Yi Woo dengan sigap mengangkat tubuh gadis itu ke pangkuannya membuat Se-ri terkejut atas perlakuan yang Putra Mahkota itu lakukan.

Sementara Dae Joon hanya terdiam. Berusaha mencerna perkataan yang gadis itu lontarkan padanya.

Se-ri meminum air putih yang Yi Woo berikan padanya. Sekarang ia sudah merasa lebih tenang.

"Haruskah aku panggilkan tabib?" tanya Yi Woo dengan wajah yang masih terlihat khawatir.

Se-ri tersenyum kecil dengan sedikit menggeleng. "Tidak usah. Saya sudah merasa lebih baik sekarang." jawabnya.

Ia tidak menyangka jika Putra Mahkota yang menurutnya itu orang yang paling menyebalkan di dunia ternyata perhatian pada dirinya.

"Jeoha." panggil Se-ri membuat Yi Woo menoleh ke arahnya.

"Saya ingatkan ini pada Anda. Berhati-hatilah pada Dae Joon-gun, sebaiknya tidak usah terlalu dekat dengannya."

"Kenapa aku harus berhati-hati pada Dae Joon? Dia Adikku meski kami berasal dari rahim yang berbeda tapi aku selalu menyayangi dan mengasihaninya. Bukankah tadi saat di lapangan kau terlihat akrab bersamanya? Kenapa sekarang kau menyuruhku untuk tidak terlalu dekat dengannya?"

Se-ri kelabakan, ia tidak mungkin mengatakan kalau Dae Joon yang akan membunuh Putra Mahkota yang ada di hadapannya itu nanti. Yi Woo juga tidak akan memercayai perkataannya.

"Saya hanya mengingatkan Anda untuk berjaga-jaga saja. Tidak hanya Dae Joon-gun tapi semua orang yang ada di sekitar Anda. Yang Mulia, jangan mudah percaya kepada siapapun."

"Termasuk dirimu?"

"Ya, termasuk Saya. Siapa tahu Saya ini seorang perempuan yang ingin mencuri semua aset kekayaan Yang Mulia. Anda 'kan seorang yang kaya. Jadi waspadalah!" ujar Se-ri dan tanpa diduga membuat Yi Woo tersenyum simpul.

"Kau lucu." ucap Putra Mahkota itu secara spontan.

"Saya? Lucu?" tanya Se-ri dijawab anggukan oleh Yi Woo lalu setelahnya ia tertawa terbahak-bahak.

"Anda orang pertama yang mengatakan kalau Saya lucu. Kebanyakan orang-orang bilang kalau Saya itu galak dan menyeramkan." Se-ri tidak percaya kalau dirinya lucu menurut pandangan sang Putra Mahkota. Padahal jika dikehidupannya di abad 21 kebanyakan orang menganggapnya gadis yang galak dan juga menyeramkan sekaligus mengerikan.

~~~

Di kediaman seorang cendekiawan yang bernama Ji-hwa. Pria itu menerima surat dari Istana bahwasanya ia diundang untuk menghadiri sebuah rapat di sana yang akan diselenggarakan nanti malam. Ia tersenyum samar menatap kosong sebuah kertas yang dipegangnya.

"Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi?"

Malam pun tiba, obor api sudah menerangi setiap sudut istana kala itu. Di sebuah ruangan tempat Putra Mahkota berada, Se-ri sedang berusaha untuk keluar dari ruangan pemuda tersebut. Pasalnya lelaki itu tidak memperbolehkannya keluar dari ruangannya.

"Kau harus menemaniku malam ini." kata Yi Woo dengan nada bicara yang tidak boleh terbantahkan.

"Jeoha, Anda sudah memiliki seorang istri dan tidak sepantasnya Saya yang hanya seorang Pelayan berada di sini dan menemani Anda malam-malam begini. Orang-orang akan berpikiran negatif kepada kita." Se-ri berusaha membantah dengan ucapan yang masuk diakal.

"Tidak ada yang tahu kalau kau berada di sini denganku. Jadi, temanilah aku malam ini aku tidak akan berbuat macam-macam padamu." lalu Yi Woo beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke tempat Se-ri yang berada didekat pintu.

"Sebelum aku berubah pikiran. Lagipula kau itu pelayanku dan itu berarti kau juga wanitaku. Benar bukan?" Yi Woo sudah berada di dekat Se-ri hanya berjarak beberapa senti saja. Sehingga membuat Se-ri menelan salivanya dengan sangat hati-hati.

Yi Woo lebih mendekatkan wajahnya pada wajah gadis tersebut. Hidung mereka hampir menempel hanya ada sedikit celah saja.

"Ya! Apa kau sudah tidak waras?!" Se-ri menendang tepat dibagian alat kelamin Putra Mahkota itu membuat pemuda itu terjatuh ke lantai dengan rasa linu yang menyelimutinya. Padahal ia hanya bercanda tanpa ada niatan buruk.

"Dasar Gadis Tak Sopan!!" teriak Yi Woo dengan sangat kencang bahkan Se-ri yang sudah lari jauh dari paviliunnya pun mendengar teriakannya.

"Kau yang tidak sopan!" balasnya tapi percuma Yi Woo tak mendengarnya karena jarak mereka sudah jauh.

Saat ini Se-ri sedang berdiri dengan menatap kosong sebuah kolam yang terdapat beberapa bunga teratai dan kolam itu juga tempat dirinya tenggelam dan hampir meninggal.

Ia ingin kembali ke kediaman Han. Tidak, ia ingin kembali ke tahun 2021. Ia ingin kembali menjalankan kehidupan sehari-harinya seperti biasa di tahun itu. Ia merindukan kedua orang tua dan adik perempuannya, ia rindu kampusnya meskipun dirinya tidak memiliki teman dekat di sana, ia juga merindukan perpustakaan yang selalu ia kunjungi hampir disetiap harinya. Tapi, kenapa ia tiba-tiba berada di jaman dinasti tersebut? Sebenarnya apa tujuan dirinya ada di sini? Ia tidak tahu.

Ia lalu melemparkan beberapa biji ke kolam tersebut dengan asal. Biji bunga teratai yang saat itu hampir dibuang olehnya namun tidak jadi, setelah itu ia selalu membawa biji-biji itu di sebuah kantung. Akhirnya ia taburkan biji-biji tersebut ke dalam kolam itu berharap akan tumbuh menjadi bunga-bunga teratai yang indah.

"Han Je-sang." Seseorang memanggilnya, suara itu terdengar sangat familiar ditelinganya. Suara tersebut seperti milik sosok pria yang pertama kali membuatnya jatuh cinta. Mungkinkah pria itu adalah Kim Ji-hwa?

Pria itu membalikkan tubuh Se-ri agar menghadap ke arah dirinya lalu ia berkata, "Aku merindukanmu."





























My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang