제17화

737 70 0
                                    

Putri Mahkota meremas seuran chima nya dengan kuat. Ia mendengar rumor yang dibicarakan oleh para pelayan kalau Putra Mahkota dan Pelayan Pribadinya itu bersama semalaman. Mendengar itu Ra-eun menjadi sangat marah karena kenapa jika dengannya Yi Woo selalu bersikap dingin dan tak ingin disentuh olehnya. Pada setiap malam penyatuan pun Putra Mahkota itu selalu menolak padahal keduanya pasangan suami istri. Mereka berdua juga tidak berada di paviliun yang sama itu karena perintah dari Putra Mahkota. Seharusnya putra mahkota dan putri mahkota tinggal di paviliun yang sama. Dan ia juga selalu dimarahi oleh Ayahnya karena tidak bisa membuat Putra Mahkota jatuh cinta padanya. Ia harus melampiaskan kekesalannya ini!

Lain halnya dengan Putri Mahkota, perasaan Se-ri sedang berbunga-bunga karena mengingat kejadian semalam. Gadis itu menutupi wajahnya yang kembali memerah dan memanas saat mengingat kejadian di mana Ji-hwa mencium pipi kanannya dengan lembut. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta.

Se-ri mengelus pipi kanannya. Ia tersenyum-senyum sendiri. Ini baru pertama kalinya seorang pria menciumnya karena semasa hidupnya ia tidak pernah sekali pun kencan atau berpacaran. Lagi pula Se-ri tidak pernah jatuh cinta pada pria yang ditemuinya di abad 21. Dwikkoji teratai dari pria itu juga masih tersemat di rambutnya, ia tidak ingin melepas aksesori rambut tersebut.

"Apa kau senang?" Ra-eun tiba-tiba menghampiri Se-ri seketika senyum gadis itu luntur.

"Kau senang karena telah bermalam bersama Jeoha?"

Se-ri tidak mengerti akan pertanyaan yang Putri Mahkota itu lontarkan pada dirinya. Bermalam bersama Putra Mahkota apa maksudnya?

"Apa maksud Yang Mulia? Saya tidak mengerti." Se-ri langsung menanyakan apa maksud ucapan Ra-eun karena memang tidak mengerti.

"Rupanya kau sedang berpura-pura ya? Kau tidak bisa membohongiku. Dasar perempuan jalang!" Ra-eun mengatakan kalau Se-ri itu perempuan jalang karena telah merebut Yi Woo darinya. Menyangka jika Putra Mahkota telah bersama semalaman dengan perempuan ini.

Se-ri tidak terima dengan perkataan Putri Mahkota itu yang ditujukan pada dirinya.

"Saya bukan perempuan jalang. Tolong jaga ucapan Anda, Yang Mulia." Se-ri masih berusaha untuk meredam emosinya agar tidak meledak.

"Jika bukan perempuan jalang lalu kata apa yang tepat untuk seorang gadis yang menggoda pria beristri?! Kau pantas disebut jalang!" kata Ra-eun dengan amarah yang menggebu-gebu.

Se-ri baru menyadari kalau Putri Mahkota itu salah paham karena mendengar rumor dari para pelayan istana bahwa ia dan Putra Mahkota bermalam bersama. Namun, bukan itu yang membuat dadanya terasa sesak, pernyataan kalau Ji-hwa juga sudah memiliki pendamping hidup yang meskipun tidak dicintai oleh pria tersebut. Tetap saja itu menurutnya tidak benar, mencintai seorang pria beristri membuat dirinya tampak seperti seorang jalang.

"Seharusnya kau tinggal di gibang. Gisaeng sepertimu tidak pantas tinggal di istana!" Maki Ra-eun dengan perkataan yang sungguh menyakitkan bagi hati Se-ri. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat rasanya ingin sekali ia melayangkan tinju pada perempuan di depannya itu. Namun ia sadar bahwa ia akan terkena masalah atau bahkan dieksekusi mati jika melakukan hal demikian.

"Kenapa kau diam saja? Kau mengakui kalau dirimu memang jalang? Yaiiish...!!!" Ra-eun hendak menampar wajah Se-ri yang datar dan tampak matanya memerah.

Belum sampai tangan Putri Mahkota mendarat di pipi Se-ri sebuah tangan kekar berhasil mencegahnya. Ra-eun terkejut dan segera menoleh pada sosok yang telah menghalangi niatnya itu.

Sosok itu adalah Pangeran Dae Joon yang tersenyum saat Ra-eun menoleh ke arahnya. Segera Putri Mahkota itu melepaskan pergelangan tangannya dengan kasar dari genggaman tangan lelaki tersebut. Setelah itu ia langsung meninggalkan tempat itu dengan rasa marah yang masih merangsang dihatinya.

"Kau tidak apa-apa Agassi?" tanya Dae Joon pada Se-ri yang masih menatap kosong.

"Apa Putri Mahkota menyakitimu?" tanya Dae Joon lagi karena melihat Se-ri yang terlihat berkaca-kaca, ia berspekulasi kalau Ra-eun telah berbuat hal lain sebelum ia datang.

Se-ri menggeleng tanda kalau Putri Mahkota itu tidak menyakiti fisiknya namun, perkataan perempuan itu berhasil menyentil sedikit hatinya.

Se-ri meminum air yang dibawakan oleh Dae Joon. Ia merasa sedikit lebih baik setelah meneguk habis air itu.

"Ra-eun sudah berubah sekarang. Aku merindukan Shin Ra-eun yang dahulu." ucap Pangeran itu tiba-tiba dengan senyum yang selalu terpasang diwajahnya di saat senang maupun sedih.

"Shin Ra-eun? Siapa itu?" tanya Se-ri yang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh Dae Joon.

"Putri Mahkota."

Se-ri hanya ber-oh pelan saja. Sekarang ia mengetahui nama asli Putri Mahkota itu. Namun ia belum mengetahui hubungan antara Pangeran Dae Joon dan Putri Mahkota.

"Anda mengenalnya?" tanya Se-ri karena merasa penasaran akan hubungan mereka berdua.

"Tentu saja. Kami berteman sejak masih kecil tapi, ternyata dia mau berteman denganku hanya karena mengasihaniku..." ucapan Ra-eun kembali terngiang dimemorinya. "Apa aku terlihat menyedihkan?" Suaranya melemah di kata terakhirnya.

"Aku sangat mencintainya tapi dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Dia mencintai Hyungnim-ku." lanjutnya dengan penuh rasa keputusasaan. Sementara Se-ri hanya mendengarkan ucapan Dae Joon dan kini ia tahu kalau cinta Pangeran itu bertepuk sebelah tangan. Mirisnya lagi yang dicintai oleh Ra-eun itu adalah Putra Mahkota, kakaknya sendiri.

Apa karena seorang wanita Pangeran itu akan tega melenyapkan kakaknya sendiri? Dan menjadi raja yang kejam di masa yang akan datang? Se-ri tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Anda harus tetap semangat. Tetaplah menjadi Pangeran yang seperti ini dan jangan pernah berubah menjadi buruk hanya karena wanita. Cheer up..!!!" ujar Se-ri ia ingin mengubah sejarah kalau Pangeran Dae Joon itu tidak jahat seperti yang dicatatkan oleh para sejarawan. Dan juga ia tidak ingin Pangeran yang murah senyum itu melenyapkan Yi Woo hanya disebabkan oleh cinta sepihak.

"Chi.. eob?" tanya Dae Joon yang sama sekali tidak mengerti akan kata yang gadis itu ucapkan.

Se-ri tertawa karena pelafalan yang Pangeran itu ucapkan. "Bukan chieob. Tapi cheer up!"

"Kata itu sulit! Dari mana kau mendapatkan kata aneh itu?" Dae Joon tidak bisa mengatakan kata yang menurutnya aneh tersebut. Se-ri hanya tertawa kecil karena meskipun ia jelaskan pada Pangeran itu kalau dirinya dari masa depan, ia yakin kalau Dae Joon tidak akan memercayainya.

"Kenapa kau menyuruhku untuk menjauhi Jeoha?"

Pertanyaan Dae Joon membuat Se-ri mengatupkan mulutnya sehingga tawanya itu sirna.
























My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang