제22화

655 67 0
                                    

Yi Woo beberapa kali menghembuskan napas gusarnya. Seharusnya ia segera melakukan penelusuran ke dalam jurang untuk menemukan jasad adiknya. Namun dirinya terlalu bersedih dan ia tidak menemukan jalan keluarnya karena pikirannya yang sedang kalut saat itu. Ketika mendengar penuturan dari pengawal yang bertugas untuk mencari jasad Dae Joon, pengawal tersebut melaporkan bahwa jasad sang Pangeran tidak ditemukan. Ada beberapa kemungkinan kalau jasadnya sudah hilang karena di makan binatang buas atau memang sudah hancur.

Liquid bening itu keluar tanpa persetujuannya. Ia sungguh merasa kehilangan sosok adiknya tersebut. Dae Joon selama ini yang menyampaikan informasi tentang bagaimana keadaan rakyat Joseon di luar sana. Karena Pangeran itu bisa dengan mudah keluar dari istana tanpa harus melakukan penyamaran. Dae Joon adik sekaligus orang kepercayaannya.

"Jeoha, sudah waktunya untuk makan siang." Suara dari Pelayan Pribadinya itu refleks membuatnya segera menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya.

Putra Mahkota itu hanya melirik makanannya sekilas setelah itu atensinya kembali menatap keluar lewat jendela yang sengaja terbuka.

"Aku belum lapar." ucapnya.

"Yang Mulia tidak bisa seperti ini terus. Tadi pagi saja Anda hanya sarapan sedikit dan sekarang belum lapar? Apa Anda berniat untuk menyusulnya?" tanya Se-ri dengan menatap tajam wajah sang Putra Mahkota.

"Aku akan lakukan itu."

"Jeoha!"

Se-ri khawatir pada kesehatan penerus takhta tersebut. Semenjak kematian adiknya, Yi Woo sering melamun dan pola makannya tidak teratur. Dan akhir-akhir ini ia juga sering mengeluh dibagian dadanya yang ia bilang terasa sesak dan sakit. Se-ri tidak tahu apa penyebabnya dan pemuda itu juga tidak ingin ada yang tahu tentang keluhannya itu.

"Ingin Saya suapi?" tanya gadis bermanik hitam-kecokelatan itu. Yi Woo hanya terdiam di tempat duduknya tanpa memberikan jawaban.

Meskipun begitu, Se-ri segera mengambil sumpit yang dipegang oleh Putra Mahkota itu lalu menyumpit nasi dan di atasnya diberi sepotong daging. Yi Woo hanya memerhatikan pergerakan gadis di depannya tanpa mengeluarkan suara.

Se-ri mengangkat sumpit yang berisi makanan itu hendak menuju Yi Woo. Gadis itu membuka mulutnya agar sang Putra Mahkota itu mengikuti intruksinya. Pemuda itu akhirnya mengikuti instruksi Se-ri dengan membuka mulutnya. Dengan begitu Se-ri segera memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

"Bagaimana? Apa rasa makanannya lebih enak?" tanya Se-ri pada Yi Woo yang masih mengunyah makanannya.

"Rasa makanannya tidak berubah." jawab Yi Woo dengan wajah polosnya membuat Se-ri tertawa gemas.

Yi Woo tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus dari ibu kandungnya karena mendiang Ratu Inhye wafat saat dirinya masih kecil. Ia tidak ingat apapun tentang bagaimana rupa sang ibu.

~~~

Ratu Jang banyak menghabiskan waktunya dengan berada di paviliunnya. Sama seperti para ibu yang kehilangan anaknya, ia sungguh terpukul. Saat mendengar laporan salah satu suruhannya bahwa anaknya--Pangeran Dae Joon-- tidak selamat, ia segera memerintahkan anak buahnya untuk mencari tubuh anak kandungnya tersebut. Namun usaha yang telah dilakukannya nihil, tidak ada yang menemukan jasad anaknya. Mereka hanya menemukan ikat kepala yang digunakan oleh Pangeran tersebut.

Ia merasa menyesal akan sikapnya pada anaknya itu dahulu dan karenanya juga anaknya menghilang dari dunia ini. Sebenarnya ia melakukan beberapa rencana keji itu karena ingin melihat anaknya mendapatkan perhatian lebih dari Raja Youngjong. Ia juga yang membunuh Ratu terdahulu dengan memasukkan racun ke dalam minuman ibu Putra Mahkota tersebut. Ia melakukan semua itu agar perhatian Raja terpusat pada dirinya dan juga anak kandungnya.

Akan tetapi, Raja Youngjong tetap bersikap seperti sebelumnya tanpa ada perhatian-perhatian khusus pada keduanya. Ia mengira kalau sikap sang Raja seperti itu karena masih ada anak dari istrinya yang dicintainya, Yi Woo. Jadi, ia berusaha untuk melenyapkan Putra Mahkota tersebut. Ia menginginkan anak kandungnyalah yang menjadi raja di masa yang akan datang.

Ratu Jang meremas jari-jarinya yang berbalut sapu tangan dibalik dangui-nya.
"Seharusnya bukan anakku yang lenyap tapi kau, Yi Woo."

~~~

Seorang perempuan dengan seuran chima berwarna merah muda dan dangui berwarna ungu tua geumbak berpola bunga-bunga berdiri seorang diri di sebuah jembatan. Shin Ra-eun, nalurinya membawa dirinya ke jembatan tersebut. Tempat di mana ia memutuskan persahabatan sepihak dengan sahabat kecilnya, Pangeran Dae Joon.

Menghirup udara yang begitu segar lalu menghembuskannya perlahan. Ia merasa lebih baik namun dirinya tetap merasa... kehilangan. Seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.

Dae Joon, lelaki itu tidak terlihat lagi batang hidungnya setelah datang mengunjunginya beberapa hari yang lalu.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Pangeran yang ber-hanbok hijau daun itu dengan senyum yang selalu tercetak di wajahnya.

"Aku baik-baik saja." jawab Ra-eun dengan nada yang terdengar datar dan juga dingin.

"Syukurlah. Aku harap kau akan selalu baik-baik saja sehingga aku tidak perlu cemas saat pergi meninggalkanmu." ujar Dae Joon dengan memandang langit malam Joseon yang bertabur bintang kala itu.

Ra-eun tidak mengerti akan perkataan yang lelaki itu katakan. Namun ia tetap tak bergeming tidak ingin menanyakannya karena berharap lelaki itu segera pergi dari paviliunnya.

"Ke mana kau pergi?" gumamnya lalu ia melangkah meninggalkan jembatan yang menjadi saksi bisu jika gadis itu sedang merindukan sahabat kecilnya tersebut.















































































My Life in JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang