Do Not Believe || Lavender

116 19 2
                                    

°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

Tiiiitttttttttttt

"Cepat bawa alat pemacu jantung"

Jeongyeon mendengar kegaduhan di sekitarnya. Bahkan suara mesin yang memekakkan telinga itu masih berbunyi

Setelah Jeongyeon membuka kedua matanya, dia berada di luar ruangan berbatas kaca.

"Doyoung" gumam Jeongyeon setelah melihat orang yang sedang berjuang di dalam sana

Dibantu beberapa dokter dan suster dengan alat pacu jantung. Doyoung sudah tidak bergerak sama sekali didalam sana

Jeongyeon masih harap-harap cemas , sampai Jeongyeon melihat salah satu dokter menggelengkan kepalanya. Tubuh Doyoung sekarang sudah tertutup kain putih dari ujung kepala sampai ujung kaki

Jeongyeon menatap kematian Doyoung seperti tidak percaya

"Hiks.....Doy" Jeongyeon menangis sambil meletakkan telapak tangan di kaca depannya

Walaupun ini tidak nyata, tapi rasanya sangat sakit. Kehilangan orang terdekat kita memang sangat menyakitkan

Ceklek

"Nyonya" panggil dokter yang baru saja keluar dari ruangan

Jeongyeon berjalan gontai ke arah dokter itu

"Maaf nyonya kami gagal menyelamatkan suami anda" ucap Dokter ini

"A-apa?" Ucap Jeongyeon tidak percaya

Dia bukan terkejut karena berita kematian Doyoung. Tapi informasi dimana Doyoung menjadi suaminya

"Untuk pemakamannya akan kamu bantu untuk mengurusnya" ucap Dokter itu

Setelah kepergian Dokter itu, Jeongyeon kembali melihat ke arah Doyoung yang sudah tertutup kain penuh itu

Ting

Yoo Bomul
Nama : Jeongyeon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Apa artinya sekarang aku janda - batin Jeongyeon

Akhirnya hari itu dipenuhi dengan kesedihan dimana Jeongyeon masih saja menangis mengantarkan Doyoung sampai di pemakaman

Sekarang semua orang sudah pergi, hanya Jeongyeon yang masih setia berdiri di depan makan Doyoung yang masih basah dan penuh bunga itu

"Kenapa cepat sekali pergi" ucap Jeongyeon kepada nisan di depannya ini

"Padahal aku belum merasakan jadi istrimu Doy" tambah Jeongyeon

Jeongyeon kembali menangis disana, masih dengan baju hitamnya. Bahkan dia sampai duduk bertumpu pada lutut disana. Dia menangis lagi

Tidak lama dari itu Jeongyeon merasakan punggungnya hangat dan sedikit berat

"Menangis lah" ucap seseorang dibelakang Jeongyeon. Orang itu juga yang memberikan jasnya untuk memberi kehangatan pada tubuh Jeongyeon

Jeongyeon tidak menjawab. Dia masih saja menunduk tanpa melihat ke arah orang itu sama sekali

Tes tes tes

Tetesa air dari langit mulai turun satu persatu

"Kita harus pergi Jeong" ucap laki-laki itu

"Pergilah. Aku masih ingin disini" ucap Jeongyeon

Laki-laki tadi langsung berlari ke arah mobil yang berada di dekat jalan setapak itu

96's Love (Jeongyeon X 96L) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang