fearless (wonmin)

7.1K 192 11
                                    

Mingyu menggelengkan kepalanya sembari menunduk, ia duduk di sofa ruang tamunya yang berseberangan dengan kedua orang tuanya yang sedang menatapnya sendu. "Bagaimana jika mereka meninggalkanku?" Lirih Mingyu.

Ayahnya menghela napasnya. "Jika kau sudah berteman dengan mereka, mereka tidak akan meninggalkanmu Mingyu." Ucapnya kemudian. Kedua orang tuanya masih menatap Mingyu yang perlahan mendongakkan kepalanya.

Mingyu menatap kedua orang tuanya bergantian, lalu ia beranjak berdiri dari duduknya. "Aku tetap tidak mau ayah, aku takut." Mingyu berjalan pergi dari ruang tamu tersebut, tak menghiraukan panggilan ayah dan ibunya.

Ia menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Masuk dan mengunci pintunya, langsung membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga sampai menutup lehernya. Mingyu menelan ludahnya sembari tangan kirinya yang meremas ujung selimut tersebut.

Memikirkan apa yang disampaikan kedua orang tuanya tadi mengenai ia yang harus berbaur dengan orang-orang yang ada di sekolah barunya. Mingyu memutar tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya. Ia terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali pada posisi miringnya.

Mendengar ketukan pintu kamarnya dan suara ibunya yang memanggil. Mingyu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur tersebut. Berjalan untuk membuka pintu, mendapati ibunya yang berdiri di depan kamarnya sembari tersenyum. "Ayah dan Ibu akan pergi ke rumah lama untuk mengambil barang yang lain. Kau mau ikut Mingyu?" Tanya ibunya.

Mingyu menggeleng pelan. "Hati-hati ibu." Lirih Mingyu sembari menunduk. Merasakan tangan ibunya yang mengelus kepalanya begitu lembut.

"Ibu dan ayah pergi ya. Ibu sudah memasak, nanti jika kau lapar kau bisa memanaskannya." Ucap Nyonya Kim sembari tersenyum.

Mingyu mendongak menatap ibunya lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Melihat ibunya berbalik dan turun. Ia menutup pintu dan kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang baru semalam ia gunakan. Mendengar suara mobil ayahnya yang dinyalakan.









































































Mingyu menutup erat mulutnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha tak mengeluarkan suara tangisan dari lorong rumah sakit. Ia duduk bersandar di lantai tersebut. Menangis tersedu dan menahan suara tangisannya yang malah semakin menyakitkan.

Tak lama, pintu ruangan terbuka, dua ranjang rumah sakit di tarik keluar dari ruang gawat darurat. Mingyu segera berdiri dan melihat dua tubuh yang tertutup kain putih itu. Ia menangis tapi tak mengeluarkan suaranya. Takut jika orang lain mendengarnya.

Ia mengikuti perawat yang mendorong kedua ranjang rumah sakit tersebut. Melantunkan panggilan ayah dan ibu di dalam hatinya. Membawa kedua tubuh yang sudah tak bernyawa itu pergi ke Jangryesik-jang.

Orang-orang yang mengenal kedua orang tua Mingyu mendatangi Mingyu di gedung tersebut untuk berbela sungkawa. Banyak yang merasa kasihan pada Mingyu karena ia kini sendirian dan ditinggal oleh kedua orang tuanya. Mingyu menerimanya, setidaknya salah satu orang tuanya tidak pergi sendirian. Jadi mereka tidak akan takut untuk sendirian.

Tapi Mingyu, yang kini duduk di pojok ruangan dan bersandar sembari memeluk lututnya itu merasa sangat takut. Ia sendirian, ketakutannya akan sendiri menjadi kenyataan dalam waktu sekejap. Kedua orang tua yang begitu menyayanginya kini tak berada di sisinya lagi.

Mingyu berada di gedung tersebut selama tiga hari sebelum akhirnya kedua orang tuanya di makamkan. Kini ia sendirian lagi di depan makan kedua orang tuanya. Terperosot jatuh ke tanah dan masih menangis.

Mingyu x WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang