bastard (minwon)

9.4K 310 33
                                    

"Shit!" Mingyu berdecih kesal, ia bangun dari duduknya, menatap guru matematikanya dan keluar dari kelasnya dengan seringai khas Mingyu.

Ia berjalan menyusuri koridor tersebut hingga sampai di lobi gedung utama sekolah tersebut. Berjalan keluar dan berdiri di tengah lapangan sepak bola sebagai hukuman karena ia lagi-lagi berbuat masalah di kelasnya.

Mingyu berdiri di sana sembari memainkan ponselnya, tak menghiraukan terik matahari yang membuat kulitnya menjadi lebih gelap dan eksotis.

Baru jam pelajaran pertama, ia sudah membuat masalah. Yah, hari-hari Mingyu memang penuh dengan masalah, entah di rumah atau di sekolah.

Ia mendongak dan melihat gedung sekolah yang ada di depannya. Tersenyum simpul ketika ia membayangkan bahwa dirinya membakar sekolah tersebut.

Mingyu menghela napasnya, ia berdiri, duduk, berjongkok, kembali berdiri, dan terus seperti itu hingga jam setengah sepuluh. Bel istirahat berbunyi, ia menatap Pak Shim yang berjalan ke arahnya.

Mingyu menyakukan ponselnya. Melihat Pak Shim yang menghela napasnya panjang. "Mingyu, kau sudah akan lulus, berhentilah membuat masalah." Ucapnya.

Mingyu menatap Pak Shim dengan tatapan sendu lalu menggeleng pelan. "Untuk apa hidup jika tidak ada masalah?" Balasnya dengan nada sinis.

Pak Shim menghela napasnya. "Kami sudah tidak tahu caranya agar kau berubah. Kami sudah buntu."

"Maka jangan sebut dirimu sebagai guru, jika hanya mempertahankan harga diri karena muridnya membenarkan jawabanmu yang salah." Mingyu terkekeh pelan. "Kau malu kau lebih bodoh dari muridmu huh?"

"Mingyu!" Seru Pak Shim.

"Aish-" Mingyu menyakukan kedua tangannya di saku celana seragamnya. "Know your place saem. Jika bukan karena aku, kau tidak bisa mengajar di sini." Mingyu berjalan melewati Pak Shim yang terlihat begitu kesal dan marah.

Ia berjalan menuju ke arah kantin, membeli sebotol minuman dingin dan membawanya ke taman samping gedung sekolah tersebut. Mingyu menegaknya hingga separuh.

Ia menatap para siswa yang sedang bermain bola basket di sana. Mingyu menghela napasnya kasar. Bersamaan dengan Seokmin yang duduk di sebelahnya.

Seokmin merebut minuman Mingyu dan meminumnya, membuat Mingyu hanya menoleh dan bersikap seperti biasanya. Seokmin menaruh botol minum tersebut di sampingnya. "Membuat masalah apa kau tadi?" Tanya Seokmin.

"Bilang bahwa Shim-saem itu bodoh." Balasnya dengan santai.

"Kau gila?" Seokmin meninggikan suaranya. "Bagaimana pun dia gurumu Mingyu." Tambahnya.

Mingyu menoleh dan sedikit tertawa sinis. "Aku tidak pernah menganggapnya guru."

"Astaga Kim." Seokmin menggeleng tidak percaya. Ia menghela napasnya dan mengikuti arah pandang Mingyu yang tertuju pada lapangan basket. "Tumben kau tidak main." Ucapnya.

Mingyu menggeleng pelan. "Tidak menarik, mereka semua tidak sebanding denganku." Balasnya.

Seokmin menggeleng tidak percaya lagi, ia sudah terlalu biasa dengan kesombongan seorang Kim Mingyu, anak dari pemilik sekolah tersebut. Hanya saja, dirinya sangat berbeda dengan kedua orang tuanya.

"Kau tidak akan memotong rambutmu huh?" Tanya Seokmin.

"Haruskah aku memotongnya? Ini rambutku, bukan urusan orang lain termasuk dirimu."

"Terserahmu." Seokmin bangkit dari duduknya. "Sebentar lagi masuk kelas, jangan membuat masalah lagi dan menyusahkan orang tuamu Mingyu." Tambahnya.

Mingyu mendongak dan menatap Seokmin. "Mereka orang tuaku, bukan orang tuamu."

Mingyu x WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang