Delapan

1.1K 255 41
                                    

"Manusia memilih memendam dukanya sendirian sebab mereka tau, tidak akan ada yang mengerti meski sekeras apapun kita berusaha menjelaskan."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●


"Ayah?"

Jevian menoleh pada sumber suara dan menemukan Dave tengah duduk di pinggiran kolam sembari menggoyangkan kedua kakinya hingga menciptakan riak di permukaan air. Lelaki yang kala itu tengah menggendong putra bungsunya di tengah-tengah kolam pun mengulas senyum tipis.

"Iya, Kak?"

Devan yang melihat raut wajah murung kakaknya pun akhirnya berhenti bergerak dan beralih melingkarkan lengannya semakin erat pada leher sang ayah agar tidak terjatuh saat Jevian mulai berjalan menuju pinggiran kolam. Mendadak, wajah si bungsu ikut menjadi serius.

"Bunda kerjanya sampai kapan, sih?"

Pertanyaan mendadak itu membuat senyum yang terpatri di wajah Jevian luntur sepersekian detik karena diterjang keterkejutan, sebelum akhirnya ia mampu menguasai dirinya kembali.

"Kok tiba-tiba Kakak tanya gitu?"

Dave mengedikkan bahunya lemas. "Bunda bilang nggak tau sampai kapan. Tapi kan Kakak kangen tidur sama Bunda."

Rasa-rasanya air ludah yang Jevian telan berubah menjadi sebongkah batu yang membuat tenggorokannya tercekat kelu. Tangannya masih memeluk si bungsu dengan erat kala Devan ikut-ikutan galau dan menatapnya menuntut penjelasan yang sama. Membuat Jevian menghela napas pasrah dan semakin menepi ke pinggiran kolam.

Harusnya sore di akhir pekan itu ia gunakan sepenuhnya untuk bersenang-senang dengan kedua putranya. Oleh karena itu sejak pagi Jevian sudah sangat bersemangat membawa Dave dan Devan bersepeda mengelilingi kompleks. Lalu saat si kecil meminta untuk bermain di Trampoline Park, Jevian menyanggupinya dengan segera. Bahkan ketika mereka baru saja kembali dari bermain trampolin dan Devan masih meminta untuk berenang, Jevian pun tidak menolak.

Menemani anak-anak seharian di akhir pekan memang sudah menjadi aktivitas rutinnya beberapa minggu terakhir. Dan Jevian beruntung anak-anak mengerti bahwa selain di akhir pekan sang ayah akan sibuk bekerja di kantor. Karena pernah kala itu ketika Devan bertanya,

'Kenapa Ayah harus kerja?' Jevian memberinya pengertian bahwa ia bekerja demi menyejahterakan kehidupan keluarga mereka.

'Kalau Adek minta es krim tapi Ayah nggak punya uang buat beliin, sedih nggak?' tanya Jevian kala itu dan mendapat anggukan keras.

'Nah Ayah kerja biar bisa punya uang yang banyak. Jadi kalau Adek minta es krim, baju baru, makanan, uang sekolah, Ayah bisa kasih. Dan Adek nggak perlu sedih.'

'Kalau Adek minta rumah?'

Jevian terkekeh geli. 'Iya, boleh. Kalau uang Ayah udah cukup, ya?'

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang