"It is easy for her, she opens her heart and accepts everything."
●●●●
Sebenarnya Ajis tidak berharap banyak jika Lami akan datang ke acara wisudanya. Sebab ia sadar saat ini sudah memasuki musim libur kuliah dan Lami berhak menghabiskan waktu liburannya bersama keluarga. Juga, hubungan mereka sedikit merenggang sejak terakhir kali Ajis bertemu Lami dan mamanya malam itu.
Mereka masih berkomunikasi. Sesekali juga saling bicara lewat sambungan telpon. Tapi Ajis bisa merasakan jika ada yang hilang dari hubungan ini. Ada yang terasa mulai hampa. Excitementnya terasa pudar perlahan.
Semalam sepulangnya dari acara perayaan wisuda Ajis di toko, pemuda itu menerima satu kotak terbungkus rapi kertas kado. Kata ibuk, paket itu datang siang tadi untuk Ajis. Ada sebuah pita kecil dan kartu ucapan berisikan dua bai kalimat panjang di dalamnya. Dua bait kalimat, yang kemudian membuat Ajis tergugu kaku ketika melihat Lami berdiri mengenakan dress tunik sederhana dan menggenggam sebuket bunga, tersenyum begitu manis ketika pandangan mereka beradu siang ini.
"Kakak pikir kamu nggak dateng.."
Ajis menatap Lami begitu lamat, begitu.. penuh rindu.
Dua tahun lebih menjalin kasih bersama, hari ini rasanya debar menggelitik itu kembali hadir tanpa Ajis pinta dan duga-duga. Kehadiran Lami hari ini seolah mengingatkannya akan rindu. Bahwa selama hubungan mereka merenggang, Ajis begitu merindukan yang terkasih meski ia tidak sempat mengakuinya secara langsung pada Lami.
"Aku nggak pernah bilang gitu, Kakak aja yang suka ambil kesimpulan sendiri." Lami mengedikkan bahu, seolah kalimatnya barusan tidak ia maksudkan untuk menampar Ajis dengan realita.
"Kamu juga nggak bilang bakal dateng." balas Ajis. Niatnya ingin berkonfrontasi, tapi pandangannya justru begitu berbinar dan bibirnya tersenyum makin lebar.
"Namanya juga surprise."
Lami akhirnya kembali menyatukan pandangan setelah lelah menatap ujung sepatu. Matanya yang cantik menatap sosok Ajis yang kini tampak begitu.. mempesona. Kemeja putih dibalut jas hitam body fit, rambut yang dipotong pendek dan ditata rapi, sepatu mengkilap, jubah wisuda dengan ornamen yang membuatnya nampak semakin gagah, lalu topi yang kini talinya sudah berpindah sisi.
"Ganteng banget.." cicit Lami tanpa sengaja.
Gadis itu mengerjap sedetik setelah menyadari celetukan memalukannya, bersamaan dengan senyum Ajis yang tercetak semakin lebar lagi.
"Kangen nggak?" tanya Ajis memastikan.
Begitu Lami mengangguk tanpa ragu, Ajis melanggkah mengikis jarak lalu memasukkan Lami ke dalam rengkuhannya. Dan seolah memastikan bahwa mereka tidak merindu sendirian, keduanya secara refleks saling mengeratkan pelukan. Sebuah usap Ajis beri di rambut belakang Lami yang ia ikat separuh dan membiarkan sisanya tergerai bebas. Lalu begitu saja, Lami ikut menenggelamkan wajahnya semakin dalam pada rengkuhan sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiderari | Jung Jaehyun
RomanceCinta ini berduri. Tapi sejenak aku lupa, aku tak menggenggamnya sendirian.