Tiga Puluh

985 108 45
                                    

"Time doesn’t heal emotional pain, you need to learn how to let go."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

Apakah segalanya berjalan lebih baik setelahnya?

Mungkin iya. Mungkin juga tidak.

Jevian benar jadi lebih sering mampir dan makan malam di toko milik Jihan. Tapi keadaan kantor yang juga sedang memerlukan perhatian lebih membuatnya cukup keteteran. Beberapa kali Dave masih sering bertanya mengapa ia tidak datang ke toko—sebab Jevian memang tidak bisa datang setiap hari—dan energi Jevian terasa disedot habis ketika harus kembali menjelaskan alasannya pada si sulung. Belum lagi di tengah gempuran meeting dengan klien dan rapat kerja bersama team, ia masih harus bolak balik ke tempat Jihan bermukim yang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat. Untuk sampai ke sana, Jevian jadi harus pulang tepat waktu, menyebabkan beberapa pekerjaan yang seharusnya bisa ia selesaikan di kantor kini justru menumpuk di meja kerja rumah.

Jevian semakin kekurangan waktu untuk dirinya sendiri beristirahat.

"Jadi gimana?"

Jevian menghela napas sebelum mengangguk dua kali. Membuka kacamata yang bertengger pada batang hidungnya, lelaki itu mengurut kening disela helaan napas yang berat.

"Beneran gapapa, Kak? Apa aku tolak aja permintaan Kak Jess?"

Lelaki itu tidak langsung menjawab. Sibuk mencerna beberapa hal, sebelum akhirnya menggeleng pada Keira. "Gapapa. Mas Aiden cuma minta gantiin satu meeting, kan?"

"Dua sih Kak sebenernya." Keira meringis kala menjawab. "Kantor Mas Aiden menang tender gabungan bulan lalu dan besok meeting pertama mereka bareng partner. Pre-meeting, lebih tepatnya. Kata Mas Aiden kita tinggal dateng sebentar sebagai perwakilan."

"Kalau gak bisa?"

"Its okay, nanti Mas Aiden bisa cari perwakilan dari kantor katanya." Keira menggaruk ujung hidungnya canggung sebelum melanjutkan. "Tapi katanya.. selagi Kakak ada di sini—"

Suara Keira terhenti oleh dering ponsel milik Jevian. Dua pasang mata itu refleks melirik layar untuk sedetik kemudian saling beradu pandang kembali. Keira mengangkat bahunya bingung, sementara Jevian menenggelamkan dirinya semakin dalam pada sofa apartment hingga akhirnya dering ponsel pun berhenti.

"Ya udah, masukin jadwal besok. Kita balik lusa." putus lelaki itu akhirnya. "Sama bilangin Mas Aiden aku lagi tidur so he can stop calling me."

Keira mengangguk patuh. Membiarkan Jevian beranjak menuju kamarnya usai mengacak-acak rambut Keira. Si bungsu tidak banyak bertanya karena ingin membiarkan sang kakak benar-benar beristirahat usai dua pertemuan panjang di sepanjang hari. Rasanya Keira bisa melihat asap tebal mengepul dari kepala sang kakak selepas meeting terakhir mereka selesai. Namun belum sempat menghilang dari balik pintu, Keira bisa melihat layar ponsel Jevian sudah penuh dengan wajah anak-anaknya yang berteriak rindu dan memintanya untuk segera kembali.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang