Delapan Belas

1K 186 44
                                    

"It is an absolute human certainty that no one can know their own beauty or perceive a sense of their own worth until it has been reflected back to them in the mirror of another loving, caring human being."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

Sebagai abdi negara, pekerjaan ayah sering berpindah-pindah tidak menentu dikarenakan mutasi kerja. Dalam lima belas tahun hidupnya kala itu Jihan sudah empat kali berpindah daerah guna mengikuti sang ayah. Mulai dari desa lalu ke kota, lalu kembali lagi ke daerah semi-terpencil di sudut pulau. Mulai dari tempat yang nyaman hingga tempat yang mengerikan. Mulai dari lingkungan yang hangat hingga terakhir kali pindah Jihan dihadapkan dengan teman-teman sebaya yang tidak mau menerima kehadirannya untuk bergabung dalam kelompok.

Lelah akan repetisi yang semakin lama semakin menguras mental itu, akhirnya Jihan meminta untuk di sekolahkan di tempat uti karena tidak ingin lagi kerepotan beradaptasi dengan lingkungan yang terus-terusan berubah dengan cepat.

Saat itu Jihan masih lima belas tahun. Ia baru akan memasuki masa sekolah menengah lanjutannya. Selama beberapa saat, ibuk ada di sana untuk menemaninya mengurusi banyak hal. Namun pada akhirnya ibuk tetap harus pergi sebab tidak mungkin baginya meninggalkan ayah sendirian di tempat kerjanya yang baru. Dan Jihan saat itu tidak merasa sedih sebab memang berada di dekat uti adalah pilihannya.

Rumah uti berada di desa. Tidak terlalu tertinggal namun tidak pula terlalu modern. Bagi Jihan, fasilitas di sana cukup, meski tidak berlebih. Uti tinggal sendirian di rumah berukuran sedang yang eyang tinggalkan sebelum dijemput keabadian. Selain nafkah dari anak-anaknya, uti hidup dengan uang pensiun milik eyang yang diberikan setiap bulannya oleh pemerintah. Namun meski sudah merasa cukup dengan materi, uti tetap memutuskan untuk berkebun dan mengolah lahan kosong miliknya. Dan dari sana lah untuk pertama kalinya Jihan belajar mendapatkan uang dari hasil keringatnya sendiri.

Lahan perkebunan uti tidak besar. Tapi karena dirawat dengan baik, hasil panennya seringkali bagus. Jihan yang selalu ikut uti untuk bekerja di kebun saat musim panen tiba, diajarkan untuk menyisihkan hasil kebun guna di jual ke pasar—kala itu uti bilang, dengan harga rendah saja. Karena tujuannya memang untuk membantu pedangan di pasar—dan sisanya dapat disimpan untuk konsumsi mereka di rumah.

Uang dari hasil kebun itu tidak pernah ditagih uti. Beliau justru bilang karena Jihan yang telah bersusah payah menjualnya ke pasar, jadi Jihan boleh menyimpannya untuk ditabung. Maka dari uti pula lah pertama kalinya Jihan belajar menabung uang jajannya. Ibuk akan datang satu kali dalam sebulan namun Jihan tidak pernah merasa kesepian meski ia hanya ditemani uti seorang sebab lingkungan dan teman-teman barunya benar-benar positive dan menyenangkan.

Memasuki tahun kedua bersekolah tiba-tiba saja seorang anak pindahan diperkenalkan oleh guru di depan kelas. Matanya runcing dan tubuhnya tegap bukan main. Kalau kata Seno sih tampilannya necis seperti anak ibu kota. Ia jadi terkenal seantero sekolah dan ada banyak sekali orang-orang yang berlomba untuk berteman dengannya.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang