Dua Satu

1.4K 218 56
                                    

"Katanya.. semakin lebar kita membuka mata pada dunia, semakin rendah pula ego kita dibuatnya."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

Jevian bangun terlambat sebab semalam ia tidak dapat tidur sama sekali. Sepanjang malam, yang ada dalam benaknya hanyalah pikiran tentang bagaimana sulitnya kehidupan Jihan setelah berpisah darinya.

Semalam saat mengantarkan Jihan dan kedua putranya, mau tidak mau Jevian jadi mampir meski hanya dalam hitungan menit. Ia sempat menginjakkan kaki ke dalam flat Jihan guna mengantarkan Devan untuk berbaring di kamar. Rupanya benar kata anak-anak, flat Jihan hanya memiliki satu kamar tidur. Meski beruntungnya, ranjang wanita itu lumayan besar dan masih muat untuk menampung tubuh anak-anak mereka yang sudah mulai tumbuh besar.

Ketika Jevian memasuki kamar-setelah diberikan ijin oleh Jihan—ia tidak menangkap satu pun maternity pillow ada di atas ranjang. Kepala Jevian jadi dipenuhi tanda tanya baru apakah tidur Jihan masih cukup nyaman selama ini? Sebab sepanjang mengandung Dave dan Devan, Jihan sering mengeluh mengenai sulit tidur akibat nyeri punggung dan maternity pillow adalah apa yang tidak pernah absen Jevian sediakan untuk membuat kualitas tidurnya jadi lebih baik.

Ada banyak sekali tanda tanya yang menggantung dalam benak Jevian dan ia tau jika Jihan dapat melihat itu dengan jelas. Namun seperti biasa, tidak ada di antara mereka yang ingin membicarakannya. Jevian segera pamit usai meletakkan Devan dan sempat mengecup puncak kepala Dave serta berjanji padanya untuk datang esok hari.

Lalu pagi ini, Jevian terlambat tiga puluh menit.

Saat Jevian memarkirkan mobilnya di depan lobby bangunan, ia pun mengabari Jihan. Meski semula berencana untuk naik dan menunggu tepat di depan flat—sebab Jevian tau betul Jihan pasti membawa bekal untuk piknik nanti—tapi niat itu ia urungkan karena dengan status yang kini mereka miliki, akan terlihat sanat tidak sopan jika ia tetap melakukannya terlebih tanpa izin Jihan.

Sepuluh menit kemudian Jihan turun bersama anak-anak. Ada keranjang besar dalam genggamannya dengan salah satu gagang yang dipegangi Dave yang kerepotan. Begitu mendengar suara heboh anak-anaknya, Jevian yang semula bersandar pada pintu mobil segera mendekat dan mengambil alih keranjang piknik itu. Ia sempat melihat Jihan baru akan berterima kasih sebelum suaranya didahului oleh kedua putra mereka.

"Makasih Ayah!!"

Surai tebal Devan sempat berantakan sebab Jevian mengacaknya gemas. Si bungsu tampak sangat amat girang. Kedua tangannya menggenggam strap tas mickey mouse kesayangannya yang memang selalu Devan bawa kemanapun, terlebih hari ini mereka akan piknik dan tentu saja Jihan menyediakan baju ganti untuk keduanya andai Dave dan Devan berkeringat terlalu banyak.

"Mas.."

Jevian berbalik dan menemukan Jihan berdiri di sampingnya saat ia tengah merapikan keranjang di bagasi mobil. Dave serta Devan sudah lebih dulu duduk di kursi penumpang dan keduanya kini tengah menoleh pada sang ayah.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang