Dua Sembilan

1.3K 147 54
                                    



"Oftentimes hurtful people were hurting people."


●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


●●●●


Jevian tengah bersandar di pagar balkon menikmati heningnya malam. Sudah pukul dua kala itu dan matanya sama sekali tidak ingin terpejam. Isi kepala Jevian berlomba-lomba memaksanya untuk berpikir, otaknya jadi terpaksa untuk tetap bekerja meski tubuhnya terasa mulai lelah.

Keadaan jadi semakin kacau semalam ketika Dave ingin tetap bersama Jihan dan Jevian, lalu ibuk datang membawa bayi kecil yang sudah ia jaga seharian dan berkata jika ibuk harus pulang. Keempatnya kemudian terjebak dalam flat kecil Jihan, tidak tau bagaimana harus bersikap. Jihan harus mengurusi bayinya dan Jevian bertugas menenangkan Dave, tapi si sulung tetap ingin berada di kamar sementara kasur Jihan terbilang kecil dan Jevian tidak mungkin membiarkan Jihan tidur di sofa luar. Belum selesai sampai di sana, Bi Eni menelepon pukul sembilan malam atas permintaan Devan. Ia kemudian bertanya ayah di mana, kakak di mana, bunda di mana, dan.. berakhir merengek menginginkan hal yang sama—ikut tidur dengan ayah bunda.

Jelas tidak ada ruang dan kondisi yang tepat untuk mereka berlima dalam flat kecil Jihan. Jadi pada akhirnya Jevian menyewa sebuah kamar suite khusus dengan dua kamar, berlokasi tidak begitu jauh dari flat Jihan berada. Devan datang setelah diantarkan oleh Dante, lalu untuk beberapa jam mereka berlima terjebak di dalam satu ruangan. Menenangkan seorang bayi dan dua anak yang pada akhirnya baru terlelap setelah pukul satu pagi.

Jevian dilanda pening. Melalui hal-hal seperti ini di tengah gempuran deadline project bukanlah hal yang ia harapkan terjadi. Kepala Jevian rasanya sudah penuh sekali, terutama oleh bayang-bayang isak tangis Dave dengan biar matanya yang penuh lara.

Dave, si sulung itu, adalah tipikal yang pendiam dan jarang menangis. Sebagai anak pertama ia amat tangguh dan selama ini tidak pernah merepotan kedua orang tuanya. Dave memiliki kemampuan memahami keadaan jauh lebih cepat daripada anak seusianya, dan seharusnya itulah yang Jevian takuti sebab harusnya ia lebih peka mengapa Dave jadi jauh lebih pendiam akhir-akhir ini.

Rupanya kini, si sulung sudah mengerti keadaan ayah bundanya.

Pria kecil yang baru tujuh tahunan mengenyam kehidupan dunia itu rupanya juga mengerti bahwa ia tidak perlu bertanya atau mempertanyakan hal-hal seperti ini pada ayah bunda sebab hanya akan membuat suasana menjadi sangat canggung. Maka Dave menyimpan segala tanda tanya dan dukanya sendiri dari dunia.

Tapi bukan hanya sampai di sana. Beberapa hari yang lalu seorang temannya kemudian berceloteh ringan tentang 'Ayah kamu kemana sih? Kenapa Bunda terus yang datang?' ketika Jihan mendampininya ke acara pentas seni sekolah. Hari itu adalah akhir pekan, dan semua anak datang bersama kedua orang tua mereka sementara Dave hanya datang bersama Jihan. Sejak saat itu, ia jadi sering diledeki tidak punya ayah. Bahkan salah satu dari mereka dengan gamblang berkata,

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang